"Kakak marah, ya?"
Pertanyaan Nara dianggap angin lalu oleh Alaska. Nara menundukkan kepalanya ketika Alaska lebih memilih menaiki motor besarnya. Alaska menoleh, menatap Nara yang menunduk dengan jemari bertaut, "Naik dulu."
Nara sontak menggeleng pelan, "Gak mau, Kakak marah."
Alaska menghela napasnya pelan, ia menarik pelan jemari Nara, "Enggak, Kakak gak marah. Naik dulu, kita pulang sekarang."
Nara mengangguk pelan, ia mulai naik ke motor Alaska. Sedangkan tangan kiri Alaska secara otomatis ke belakang, selalu seperti itu, perlakuan sederhana yang diam-diam mampu membuat jantung Nara berdebar.
"Udah?" Tanya Alaska membuat Nara mengangguk, "Udah."
Alaska mulai melajukan motor besarnya meninggalkan lingkungan sekolah. Kedua tangan Nara bertengger apik dipinggangnya.
Puk
Dagu Nara bertumpu di bahu kiri Alaska, masa bodoh dengan sang empu yang fokus pada jalanan didepan.
"Nara laper banget, tadi gak sempet makan karna kekunci di toilet." keluh Nara.
Tatapan Alaska masih fokus ke depan, tidak menanggapi perkataan si manis yang mulai menekuk wajahnya.
"Pengen ke rumah makan yang ada bebek gorengnya deh, pengen makan bebek goreng." oceh Nara.
"Jam setengah empat warung makan yang di tenda-tenda itu udah buka belum, Kak?"
Bibir Nara mengerucut lucu, ia tidak bisa melihat wajah pacarnya itu karna sang empu menutup kaca helm nya.
"Huh, tapi Nara juga pengen telur gulung." keluhnya tak lelah walau semua ucapannya dianggap angin lalu oleh Alaska.
"Kak?" panggil Nara sedikit berteriak.
"Kakak?"
Masih diabaikan, Nara terdiam ia menghela napasnya pelan.
"Sedih banget, udah pacarnya laper banget eh pake acara dicuekin lagi."
Bibir plum itu maju beberapa senti, alisnya menyatu dengan kening mengerut. Nara tidak tahu saja jika dibalik helm full face nya Alaska tengah mati-matian menahan teriakannya. Pacarnya terlalu gemas dan Alaska tidak rela orang lain melihatnya.
"Panglima.." panggil Nara pelan.
"Semestanya lapar sekali, ayo makan!"
"Iya, kita makan." sahut Alaska.
Kan, Alaska paling tidak tahan kalau Nara sudah menyebutnya dengan sebutan 'Panglima'. Terlalu menggemaskan baginya.
Nara tersenyum lebar, "Let's go!!!"
Alaska tersenyum lebar, ia membuka kaca helmnya membuat Nara bisa melihat obsidian Alaska lewat kaca spion.
"Mau beli telur gulung dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Semesta | Sungjake
Fanfiction[END] Alaska itu cuek, ketua dari geng motor Rajawali itu hanya peduli pada dua hal. Pertama Rajawali dan kedua sahabatnya. Namun, pertemuannya dengan murid ceroboh yang menabraknya di kantin merubah segalanya. "Siapa?" "Hah? Siapa apanya?" "Yang na...