× PROLOGUE ×

12.8K 760 51
                                    

Lucerne, Swiss.

    Elena berhenti mengayuh sepeda. Kemudian menengok ke belakang. Melihat mobil hitam itu. Aneh, mobil itu berhenti di depan toko buku yang telah tutup. Ponselnya berbunyi, satu notifikasi muncul. Satu pesan dari orang tidak dikenal. Begitu membacanya dilayar kunci, dahinya berkerut. Berpikir keras untuk menangkap apa maksud isi pesannya.

+417321xxxxx
Penolakanmu. Maka ku rasa kau tidak akan menyukai konsekuensinya.

Penolakan?
Elena mengingat kembali sesuatu apa yang membuatnya harus menolak. Munculah sosok Balthis dan Hetsey yang pernah datang untuk bernegosiasi dengan Ayah sambungnya.

Pesan baru lagi, dari nomor yang sama. Sekarang orang misterius itu mengirim ke whatsapp. Elena punya dua nomor berbeda, satu untuk telepon biasa dan satunya lagi untuk nomor akun sosial medianya. Cukup ngeri, entah bagaimana orang itu bisa tahu dua nomornya. Ia buka aplikasi pesan internet tersebut.

Kau peka juga, Elena. Kau tahu ada yang aneh dengan mobil di belakangmu. Kau yang datang mendekat, atau kau tetap diam di sana dan aku yang menghampirimu.

Isi pesan yang cukup menggetarkan rasa takut Elena. Kepalanya perlahan bergerak ke tempat mobil hitam itu lagi. Artinya yang mengiriminya pesan saat ini orang itu ada di dalam mobil itu. Pesan baru muncul lagi.

Ya. Aku suka kau menatap ke arahku, meski kau tidak bisa melihatku dari sana.

Tidak bisa diam lagi. Dengan tubuh bergemetar, ia segera mengayuh sepedanya. Bahkan saking paniknya ia masih memegang ponselnya. Ia kayuh sekencang mungkin. Mengontrol kakinya yang bergemetar sebisa mungkin jangan sampai ia oleng dan jatuh. Layarnya menyala, ia baru sadar ponsel masih di tangannya. Orang misterius itu memberi pesan baru lagi padanya. Sambil mengayuh sepeda ia menatap ponsel, sebuah foto ketika ia bersepeda saat ini.

Jadi kau mau bermain?

Memainkan permainan denganku mungkin bisa membuatmu dalam masalah, baby bear.

"Sial!" rutuk Elena dan kembali fokus untuk melajukan sepeda.

Menambah kecepatan sampai napasnya terengah-engah. Sampai ia harus mengayuh sambil berdiri. Sesekali ia menoleh untuk melihat sejauh apa posisi mobil si penguntit. Mobil itu tadi masih mengikutinya, sekarang mungkin tertinggal jauh. Di perempatan jalan, ia berpikir harus kemana. Ia ke arah jalan yang bukan membawanya ke rumah keluarga Leutrim. Ia pikir mungkin si penguntit nanti akan mengira Elena pulang ke rumah dan datang untuk menjemputnya paksa.

Mobil hitam itu berhenti di tengah jalan perempatan. Pria itu melihat layar mobilnya yang memperlihatkan radar posisi. Satu titik sasarannya bergerak. Elena tidak tahu, kalau pria ini tidak bisa diremehkan. Alat pelacak terpasang di sepeda milik Elena sehingga walau pandangan pria itu kehilangan sosok Elena, radar menuntunnya. Ia juga sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Menganggap Elena ingin bermain-main kecil dengannya, maka ia memainkan permainan ini dengan santai. Ia beri waktu Elena untuk mencari tempat persembunyian.

Namun kali ini ia mau gadis itu semakin ketakutan. Pria itu mengubah kecepatan mobilnya dengan cepat dan mendekat ke posisi Elena. Elena yang menyadari itu tentu ketakutan. Ia terus mengayuh dan mengayuh. Lagi-lagi pria itu memelankan laju mobilnya. Memberi kesempatan Elena untuk lebih cepat darinya. Melihat bangunan terbengkalai di atas sana, Elena mengayuh sepeda melewati jalan menanjak.

OWNED by a DONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang