Chapter 17.

1K 72 4
                                    

Tiga Hari Kemudian

Jihan sudah rapih dengan pakaian yang dipakai untuk ke kampus, saat ini Jihan sedang menyiapkan sarapan pagi nya yaitu gyeran mari, kongnamul muchim dan nasi putih yang masih hangat, Jihan memasak menu sederhana karena ia tidak punya waktu untuk masak menu yang lainnya.

"Jihoon! Cepat turun!." Teriak Jihan.

"Iyah." Jihoon pun menuruni tangga dengan jaket Levis yang dia pakai tak lupa kaos hitam dan celana jeans hitam nya.

"Sarapan dulu." Ucap Jihan yang sedang menyiapkan makanan untuk jihoon.

Jihan pun meletakkan makanan dan minuman untuk jihoon lebih dahulu, ia pun duduk di samping jihoon.

Saat mereka sedang menyantap makan pagi mereka tanpa berbicara, jihoon pun melirik kearah Jihan, namun, matanya terfokus pada jari Jihan yang tidak ada cincin pernikahan mereka dijari manis Jihan, sampai ketika pandangannya tertuju pada kalung Yang dipakai oleh Jihan.

"Dia bahkan tidak berbicara lagi tentang cincin itu, astaga, ada apa dengan mu jihoon, kenapa rasanya aku sangat tidak suka cincin itu menjadi Kalung." Batin jihoon.

Jihan yang matanya tak sengaja menatap jihoon itu mengangkat satu alisnya.

"Kenapa?! Kok natap aku sampai segitunya?!." Tanya Jihan.

"Tidak, tidak apa-apa, cepat habiskan kita bisa terlambat." Ucap jihoon menggelengkan kepalanya.

Jihan yang tidak memiliki rasa curiga terhadap jihoon pun hanya menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan makannya.

"Oh ya, nanti aku turun di depan gerbang kampus tidak apa-apa kan?! Aku cuman tidak mau fans kamu itu nyerang aku." Ucap Jihan.

"Selagi ada aku buat apa kamu takut sama mereka."

"Aku cuman tidak mau aja buat keributan di kampus, tidak apa-apa kan?!."

Jihoon yang menatap wajah Jihan seperti memohon kepadanya itu pun dibuat bingung, dibalik sisi dia tidak mau Jihan kenapa-kenapa karena fans wanita yang bejibun banyak nya di kampus, tapi di balik sisi lagi dia benar-benar tidak suka dengan cara bersembunyi seperti ini.

"Jihoon, boleh ya?! Please."

Jihoon menarik nafas panjangnya lalu membuangnya kasar, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Baiklah." Ucap jihoon.

"Yeay! Makasih jihoon." Ucap Jihan senang, jihoon yang melihat raut wajah senang dari Jihan itu hanya bisa tersenyum tipis.

Saat mereka sudah di mobil, Jihan sedang asik bermain ponselnya sesekali jihoon melirik kearah Jihan yang sedang membalas pesan seseorang.

"Seru banget kayaknya." Sindir jihoon.

"Hehe iya, sungchan ngechat aku terus bikin pantun yang lucu banget."

"Oh, sungchan, oke." Ucap jihoon tanpa ekspresi.

"Kamu kenapa?! Kok tiba-tiba jadi jutek gitu?!." Tanya Jihan.

"Tidak kok, aku biasa saja." Ucap Jihoon tanpa menatap kearah Jihan.

"Jihoon kamu tidak bisa bohong denganku, wajah kamu itu kelihatan banget kalo lagi marah, dengarkan aku, aku tidak ada hubungan apapun dengan sungchan kami cuman sebatas teman saja kok, aku tidak mungkin macam-macam dengan sungchan." Ucap Jihan.

Jihoon melirik kearah Jihan yang sedang menatapnya dengan tatapan mata tulusnya.

"Baiklah, aku percaya sama kamu." Ucap jihoo tersenyum manis.

[✓] Mate: My Your Life || Park JihoonWhere stories live. Discover now