Besok paginya saat Jihan sudah di kampus ia meminta Sooyoung untuk menemuinya di taman, Jihan berpikir mungkin hari ini ia akan berbaikan dengan jihoon ternyata tidak, pria itu masih bersikap dingin kepadanya.
"Ini sudah setengah jam kamu diam tanpa berbicara apapun sama aku, sebenarnya ada apa?! Kenapa minta aku datang ke sini?!." Tanya Sooyoung.
"Aku bertengkar dengan jihoon."
"Bertengkar?! Kok bisa?!."
"Itu karena kemarin aku diajak jihoon untuk nemenin dia ke perusahaan yang akan jadi perusahaan milik jihoon, tapi aku menolaknya karena aku ingin menemani sungchan ke toko buku."
"Yaa! Jihan kau sudah gila ha?! Kau menolak suami kamu sendiri demi pria lain?!." Sarkas Sooyoung dengan wajah tidak percayanya.
"Dengar dulu aku belum selesai cerita."
"Oke! Oke! Terus apalagi?!."
"Jihoon awalnya melarang tapi aku kekeh untuk pergi karena merasa tidak enak dengan sungchan, lalu setelah itu jihoon pergi sendiri ke kantor papanya, tapi saat aku menemui sungchan di kafetari ternyata toko buku nya tutup lalu sungchan mengajak aku untuk pergi bersama nya."
"Terus kamu mau?!."
"Aku sempat menolak tapi sungchan memohon agar aku mau jalan bersama dia, jadi karena aku tidak enak yaudah aku terima saja ajakannya, setelah itu aku berantem dengan jihoon, bukan, tepatnya jihoon marah karena tau aku berduaan dengan sungchan di taman."
"Ya bagus si kalo jihoon marah sama kamu, aku malahan mendukung sikap jihoon ke kamu."
Jihan mengerucutkan bibirnya menatap wajah Sooyoung yang malahan membela jihoon.
"Kok kamu malahan mendukung sikap jihoon si?! Seharusnya kamu belain aku dong."
"Maaf Jihan, jika soal ini aku lebih mendukung sikap jihoon, karena bagaimanapun kamu memang pantas untuk didiemin, apa kamu tidak Mikir bagaimana sakitnya perasaan jihoon Yang akhir-akhir ini selalu mengalah dan membiarkan kamu pergi bersama sungchan."
"Tapi aku sudah minta maaf ke jihoon, cuman sepertinya dia masih marah buktinya tadi pagi dia tidak mau sarapan dan pergi duluan ke kampus."
"Bagaimana jihoon tidak mau begitu kalo kamu nya saja tidak bisa menghargai dia, park Jihan."
"Aku menghargai nya young, buktinya aku selalu menyiapkan apapun yang dia butuhkan, aku selalu menjalankan tugas aku sebagai istri dia, tapi dari segi mana nya aku tidak menghargai dia."
"Hati, dari segi hati kamu tidak menghargai dia Jihan, aku tahu kalo kalian belum saling mengungkapkan perasaan, tapi yang namanya rumah tangga, kalian bukan hanya sekedar saling mengenal saja tapi juga Saling menghargai, contoh nya jihoon, pernah kamu lihat jihoon pergi untuk menemui wanita lain di luar?! Pernah kamu lihat jihoon ngobrol bahkan bercanda dengan wanita di kampus ini, pernah jihan?! Tidak, hanya kamu yang seperti itu."
"Tapi aku menemui sungchan ada alasannya young, aku hanya ingin sungchan tidak merasa kesepian karena ditinggal pergi oleh mama dan papanya, apa itu salah?!."
"Aku mengerti Jihan, niat baik kamu memang tidak salah tapi cara kamu yang salah, kamu mau sungchan tidak merasa kesepian tapi tanpa kamu sadari kamu melukai jihoon dengan cara membelakangi jihoon demi mendahului sungchan yang notabenenya bukan siapa-siapa kamu."
Jihan diam menatap wajah Sooyoung di hadapannya, tatapannya kosong ia bingung harus menjawab Seperti apa lagi, ucapan Sooyoung hampir sama seperti apa yang diucapkan oleh jihoon semalam.
"Sekarang aku tanya sama kamu, kalo semisalnya kamu yang di posisi jihoon, kamu selalu membiarkan jihoon pergi menemui wanita lain lalu tanpa kamu duga, kamu melihat sendiri jihoon dengan wanita itu berduaan di taman, perasaan kamu seperti apa?!."
YOU ARE READING
[✓] Mate: My Your Life || Park Jihoon
Fanfiction"Park jihoon, jodoh aku?! Gak, ini pasti mimpi buruk." "Biasa aja kali, gak pernah ya dapat jodoh ganteng kaya park jihoon." Kisah seorang gadis bernama Park Jihan yang berkuliah di Fakultas Seoul National University harus bertemu dengan bad boy d...