#42 Jihoon x Chaeyeon

132 20 7
                                    

Jihoon trejo ya, trejo


-Beautiful-

_______

"PaJi, aku cantik nggak?"

Baru saja duduk dan menyedot minuman boba rasa tiramissu, Jihoon mendapat pertanyaan random dari Chaeyeon. Gadis itu sendiri habis membuka kemasan tisu basah untuk mengelap mulutnya yang belepotan es krim coklat.

Ini akhir pekan, dan pasangan kekasih itu memutuskan untuk berkencan di alun-alun kota. Chaeyeon yang minta, karena di sana paling banyak menjual street food murah dan nikmat. Ditambah keduanya memang belum pernah ke sana.

"Cantik dong," Park Jihoon menyahut singkat, namun tulus dari hati.

"Apa yang bikin aku cantik di mata kamu?"

Jihoon bingung mau menjawab apa. Pasalnya, ia sangat suka semua yang ada dalam diri gadisnya. Chaeyeon cantik bagaimanapun keadaannya, dan Jihoon tidak cukup mendeskripsikannya dengan beberapa baris kalimat.

Eh, tapi ada satu yang mau diungkapkan Jihoon sih.

"Hmm sebelumnya aku mau nanya. Kamu kenapa nanya gini? Tumben amat,"

"Itu, masa kata salah satu temenku, aku cantik kalo pake make up, agak nggak jelas sih," kata Chaeyeon. "Tapi aku iyain, karena mau ngehargai pendapat dia aja, meskipun kurang bermutu,"

Jika Chaeyeon pikir-pikir, banyak temannya yang memakai riasan untuk ke kampus. Ya wajar saja, mereka kan perempuan dan sudah bukan semester satu lagi. Chaeyeon sendiri sih jarang, alias kalo lagi mood aja.

Bagi Chaeyeon, cantik dan tidaknya seorang wanita tidak dinilai dari fisik atau penampilan luar saja. Menurutnya, wanita intelek yang otaknya dijejali beragam ilmu pengetahuan justru lebih terlihat memesona. Karena dengan begitu, mereka bisa memilih dan memilah hal-hal baik dalam hidup. Menjadikannya sebagai orang yang berhati bersih.

Dan itulah standar kecantikan sesungguhnya. Cantik yang dari hati.

"Jujur, aku kurang setuju sama pendapat temen kamu, Chae. Karena di mataku, Chae selalu cantik kok," ujar Jihoon. "Aku sebagai pacar kamu sih lebih suka lihat kamu tampil apa adanya,"

Untaian kalimat Jihoon membuat hati Chaeyeon bagai dipenuhi ribuan bunga bermekaran. Membuncah dan menyebarkan semerbak harumnya hingga dapat tercium oleh sang kekasih.

Namun Chaeyeon hanya mampu tertegun, sibuk mengendalikan perasaannya itu. Terlebih ketika tangan Jihoon mengusap puncak kepalanya lembut, lalu turun untuk menyelipkan sejumput rambut Chaeyeon ke belakang telinga.

Ah iya, Chaeyeon ini juga mau terlihat cantik hanya di depan pasangan sahnya kelak. Ia yakin, orang itu punya definisi kecantikan seperti tadi. Kecantikan yang tidak melibatkan fisik.

"Kamu itu cantik, Chaeyeon. Kamu nggak gampang bohong, ramah, penolong, penuh energi positif. Itu semua sudah mencerminkan hati kamu yang baik dan tulus,"

Dan Chaeyeon tahu, orang itu pastilah Park Jihoon.

"Dengerin pendapat orang emang nggak ada habisnya, Chae. Apa aja dikomentarin. Seolah semua yang kita lakuin cuma buat nyenengin mereka doang. Jadi yang paling bijak ya abaikan aja," lanjut Jihoon. "Mending kalo opininya berbobot, bisa jadi motivasi buat ngembangin diri. Lah kalo enggak?"

Kalau Chaeyeon menawan di mata Jihoon karena kemurnian hatinya, maka Jihoon terlihat memesona bagi Chaeyeon karena kebijaksanaan dan sikapnya yang dewasa.

"Jadi diri sendiri itu salah satu kunci kebahagiaan, Chae. Itu yang paling penting untuk dilakuin," ucap Jihoon. "Kalo Chae berubah jadi orang lain, aku bakal cari pacar baru,"

"PaJi kok gitu!" Chaeyeon pura-pura marah, namun malah terlihat menggemaskan bagi Jihoon hingga memancing tawa si pemuda Park.

"Bercanda, soalnya cewek lain belum tentu seistimewa Chaeyeon,"

Lagi, Jihoon membuat Chaeyeon seolah melayang tinggi. Menembus tujuh lapisan langit, lantas memohon pada Tuhan untuk diizinkan menghabiskan sisa hidup bersama Jihoon.

Bukannya berlebihan, namun Jihoon adalah orang pertama yang memujanya seperti itu. Orang yang menganggapnya sangat spesial.

"Nah gitu dong. Soalnya hati aku yang tulus ini udah aku jaga baik-baik buat PaJi,"

"Oh really? Thank you, My Girl. I promise, I will do the same. I love you..." Kalau ini bukan di tempat umum, mungkin Jihoon akan memeluk atau bahkan mencium Chaeyeon.

"Aku juga cinta kamu, PaJi," Chaeyeon tersenyum. "Yuk pulang,"

"Ayo. Tapi kamu nggak ada yang mau dibeli lagi?"

"Enggak. Udah kita pulang aja. Aku yakin PaJi sendiri udah nggak sabar meluk-meluk aku," kata Chaeyeon tepat sasaran.

Jihoon mengulum senyum malu, kemudian menarik Chaeyeon lembut menuju lahan parkir. Ia tidak boleh kelihatan salah tingkah di depan gadisnya. Maka dengan cepat, Jihoon memasangkan helm di kepala Chaeyeon, sebelum menyalakan motornya.

Menyadari hal itu, Chaeyeon naik dan dengan usil bertanya pada Jihoon, "PaJi kenapa?"

"Gapapa!" seru Jihoon lantang, agar suaranya bisa terdengar oleh Chaeyeon tanpa teredam bunyi kendaraan lain.

Setelah enam menit berkendara, mereka berhenti di lampu merah yang berdurasi lima puluh detik. Chaeyeon menumpukan dagunya di atas pundak Jihoon, hendak bicara pada kekasihnya itu.

"PaJi, masih mau meluk aku?"

"Nggak usah nanya, maulah," Jihoon menyahut cepat.

Chaeyeon lalu melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh kekasihnya. Kesepuluh jemarinya saling bertaut di depan perut Jihoon.

Mendapat perlakuan seperti itu tentu membuat Jihoon terkejut. Bisa dirasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar, mereka baru tiga minggu jadian, sehingga belum banyak yang mereka lalui. Juga belum banyak skinship. Jihoon kemudian melirik spion dan menemukan cengiran lebar Chaeyeon.

"Nih udah aku peluk hihihi,"

"Astaga Chae..." Jihoon terkekeh geli. Tangan kirinya mengelus lutut Chaeyeon. Memicu senyum lebar dan semburat merah samar di paras sang dara.

Dari tiga minggu yang dia habiskan bersama Chaeyeon, ini adalah hari yang paling berkesan bagi Jihoon.

Chaeyeon tentu merasakan hal yang sama. Berkat Jihoon, Chaeyeon tahu bahwa dia istimewa. Dia cantik dan memikat, terutama karena hatinya yang sejernih embun pagi, sehangat binar mentari.

Hatinya yang telah dimiliki Park Jihoon seutuhnya.

END

_______

Woy jihoon x chaeyeon boleh juga, eh tapi hoonsuk tetap di hati heheh

Lee Chaeyeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang