#9 Jeno x Chaeyeon

1K 100 7
                                    

Keep Your Chin Up, Chaeyeon!

_______

Lee Jeno punya beberapa alasan mengapa dirinya bergegas menyambar kunci motor malam itu. Pertama, ia belum diizinkan menggunakan mobil. Kedua, Lee Chaeyeon belum kunjung membalas pesannya sejak tiga belas menit yang lalu.

Biasanya Jeno tidak butuh waktu lama untuk mendapat balasan pesan dari Chaeyeon. Itulah yang membuat Jeno menjadi sekalut itu.

Semoga Chaeyeon baik-baik saja.

Lee Chaeyeon adalah teman sekelas Jeno. Mereka berteman sejak duduk di kelas dua SMA. Akan tetapi, Chaeyeon bukan sekadar teman bagi Jeno. Mungkinkah perasaan tulus yang diberikan Chaeyeon membuatnya begitu istimewa di mata laki-laki itu?

Sepertinya begitu, karena Jeno sendiri tidak ingin Chaeyeon berpaling pada orang lain.

Belum sempat sepeda motornya mencapai rumah Chaeyeon, netra Jeno sudah menangkap sosok gadis berpipi gembil itu di jalan. Jeno menepi untuk menghampiri Chaeyeon, membuat Chaeyeon ikut berhenti.

"Jeno?" Chaeyeon membelalakkan mata bengkaknya. Dalam sekali lihat, Jeno tahu kalau gadis itu habis menangis.

Yang dipanggil namanya turun dari motor hanya untuk memegang tangan Chaeyeon.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Jeno. "Aku baru mau ke rumah kamu,"

"Aku tadinya mau beli camilan di toko depan, tapi nggak jadi gara-gara mataku bengkak. Terus aku pulang aja," jelas Chaeyeon.

"Ya udah. Sekarang ikut aku yuk," ajak Jeno.

Tanpa bertanya apapun, Chaeyeon sudah naik ke motor Jeno. Laki-laki itu tidak membawanya pulang. Jeno melajukan motornya ke taman kota yang lumayan jauh dari rumah Chaeyeon.

"Ayo duduk di sana," Jeno melepas jaketnya dan memakaikannya pada Chaeyeon. Dengan menggenggam tangan hangat Chaeyeon, Jeno menuntunnya ke bangku taman yang kosong.

Taman itu sepi. Selain mereka berdua, tidak ada yang menghabiskan waktu di sana.

"Chae, jangan nangis lagi," gumam Jeno. "Aku tau kamu sedih gara-gara nggak lolos, tapi kamu nggak boleh terlalu larut dalam kesedihan,"

Sore tadi, Chaeyeon membuka laman web sebuah perguruan tinggi. Ada sebuah pengumuman tentang calon mahasiswa yang lolos melalui jalur prestasi. Sayangnya, nama Chaeyeon tidak tertera di sana. Yang mana membuat sepasang mata si gadis tidak berhenti mengalirkan sungai di pipinya.

"Aku tau, Jeno. Tapi masuk kampus lewat ujian tertulis itu nggak gampang," balas Chaeyeon.

"Iya, aku ngerti. Tapi aku yakin, buat kamu itu bukan masalah besar-"

"Itu masalah besar, Jeno!"

Tangan Jeno kembali menggenggam tangan Chaeyeon. Ibu jarinya aktif mengelus punggung tangan gadis itu.

"Chae, kamu tau penyanyi IU nggak?" tanya Jeno.

Kening Chaeyeon berkerut mendengar pertanyaan random dari Jeno, "Tau. Emangnya kenapa?"

"Sebelum jadi musisi sukses kaya sekarang, IU Noona itu pernah ditolak banyak agensi. Tapi Noona nggak nyerah gitu aja. Dia berusaha lebih keras lagi buat mewujudkan mimpinya, meskipun terjebak dalam keterbatasan. Dan kamu lihat kan sekarang? IU Noona bisa jadi seniman yang hebat dan dikagumi banyak orang, meskipun berada dalam naungan agensi kecil,"

"Chaeyeon, untuk saat ini kamu memang gagal. Tapi untuk ke depannya gimana? Nggak ada yang tau kan? Yang harus kamu lakukan sekarang adalah menebus kegagalan itu. Caranya adalah dengan terus mengasah kemampuan kamu. Aku yakin, kamu nggak gampang menyerah untuk ini," pesan Jeno. "Dan lagi, Tuhan pasti udah nyiapin jalan yang lebih indah buat kamu, yang lebih kamu butuhkan,"

Chaeyeon sudah sering mendengar kalimat itu terlontar dari mulut orang lain. Namun, rasanya beda jika Jeno yang mengucapkannya.

Apalagi Jeno bawa-bawa penyanyi favoritnya.

"Kalaupun kamu nggak masuk perguruan tinggi negeri yang terkenal itu, kamu masih bisa daftar ke universitas swasta. Kan banyak tuh yang nggak kalah bagus dari kampus favorit," kata Jeno lagi. "Tujuan kuliah kan untuk mencari ilmu. Jadi kampus swasta bukan pilihan yang salah kan? Siapa tau nasib kamu jadi kaya IU Noona,"

Chaeyeon mengangguk. Jeno memang selalu bisa diandalkan. Dia spesial, setidaknya untuk Chaeyeon.

"Kok kamu jadi cerewet gini sih?" Chaeyeon mencubit pipi Jeno gemas.

"Gapapa, asal cerewetnya buat kamu. Sekarang kita cari makan yuk. Tadi kamu mau beli camilan kan?"

Chaeyeon mengangguk, lalu berdiri mengikuti Jeno.

"Abis ini belajar yang rajin ya. Kalo butuh bantuan bilang aja. Nggak usah sungkan,"

Chaeyeon tersenyum. Beban di hati dan pundaknya sedikit terangkat berkat Jeno.

"Makasih ya, udah ngehibur aku. Makasih udah meyakinkan dan menguatkan aku. Emang cuma kamu yang bisa numbuhin semangat aku lagi," ucap Chaeyeon.

"Dan cuma kamu yang bikin aku ngomong sebanyak ini," balas Jeno. "Oh ya, aku punya kalimat penyemangat lagi nih buat kamu,"

"Apa itu?"

Jeno mendekatkan bibirnya ke telinga Chaeyeon. Membuat jantung gadis itu berdetak lebih kencang. Belum lagi dengan sesuatu yang dibisikkan Jeno kepadanya.

"Kalo kamu bisa dapet kampus tahun ini, aku mau kita pacaran," tuturnya. "Kamu mau jadi pacarku kan Chae?"

Chaeyeon tidak mengatakan apapun. Namun, senyumnya yang dikulum sudah menjadi jawaban untuk Jeno.

END

_______

Dear mbak iu yang cantik, maafkan daku yang menggaet namamu untuk kepentingan cerita ini ya, abisnya aku sayang banget sama mba iu❤

Dan menurut aku, uri Chaeyeon perjuangannya 11-12 sama mbak iu. Sama-sama pernah mengalami kegagalan, namun akhirnya berujung keberhasilan👍
Semuanya kan butuh proses😊

 Sama-sama pernah mengalami kegagalan, namun akhirnya berujung keberhasilan👍Semuanya kan butuh proses😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lee Chaeyeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang