#53 Yohan x Chaeyeon

45 8 1
                                    

Minggu pagi begini, Chaeyeon dan adiknya biasanya akan memulai hari dengan lari santai atau jogging di alun-alun kota. Kebetulan rumah mereka memang tidak jauh dari sana. Setelah berpakaian olahraga lengkap dengan sepatu kets, keduanya siap menjalankan rutinitas mingguan.

Namanya alun-alun kota, tentu saja suasananya ramai. Apalagi di akhir pekan. Banyak yang lari pagi seperti Chaeyeon dan Chaeryeong, bersepeda, dan lain sebagainya.

Ada juga beberapa kelompok anggota klub olahraga yang berlatih di sana, bermandikan cahaya matahari pagi. Misalnya kelompok anak taekwondo di sisi barat itu.

Para pemakai sabuk hitam-lah yang paling menarik perhatian Chaeyeon. Begitu juga pemuda yang menjadi pelatih. Wajah imut si pelatih terlihat kontras dengan tubuh tegapnya yang didapat dari latihan bertahun-tahun.

"Gak capek Kak? Kita udah keliling empat kali lho," Chaeryeong menyebelahi langkah kakaknya.

"Belum. Tapi kalo kamu mau istirahat, ya sana. Nanti Kakak susul setelah nambah satu putaran," balas Chaeyeon.

"Ya udah. Nanti aku duduk di kursi panjang sana ya Kak. Ini mau beli minum dulu. Kak Chae mau titip?"

"Enggak, makasih. Aku bisa beli sendiri nanti,"

Chaeryeong mengangguk, lalu keluar dari area lapangan. Tujuannya sekarang adalah pedagang kaki lima di sekitar lapangan yang menjajakan berbagai minuman dan makanan. Sedangkan Chaeyeon masih dengan aktivitas berlarinya.

Rombongan anak taekwondo itu juga rupanya menyudahi latihan mereka. Mungkin mau istirahat. Pelatih itu juga meraih sebuah tas dan mengambil sebotol air. Para anak didiknya juga tampak menikmati bekal. Ada juga yang pergi jajan.

"Mbak, tali sepatunya lep-"

BUGHHH

Sial! Gara-gara fokusnya tertuju pada pelatih taekwondo imut itu, Chaeyeon tidak sadar bahwa simpul di salah satu sepatunya terurai. Ia tak sengaja menginjaknya, lalu jatuh terjerembab.

MALU BANGET GILA!

"Mbak, mbak gapapa? Mana yang luka?"

Suara panik seseorang menegurnya. Namun, Chaeyeon enggan mengangkat wajah. Malu sekali jatuh di depan umum begini.

"Mbak? Apa jangan-jangan pingsan?" Orang itu semakin panik.

Chaeyeon perlahan mendongak untuk melihat si penanya. Ia tidak mau orang itu berspekulasi semakin jauh.

"Sa-saya baik-baik aja," Chaeyeon segera bangkit, mengikat kencang tali sepatunya, kemudian berdiri. Belum reda rasa malunya, sekarang ia gugup karena di depannya, si pelatih taekwondo itu berjongkok.

Pemuda berwajah imut itu ikut berdiri. Ia hendak menghembuskan napas lega, namun tidak jadi karena melihat luka di lutut Chaeyeon.

"Eh, lutut Mbak kegores tuh. Ada darahnya juga!"

Chaeyeon ikut menatap lutunya, kemudian panik. Ia duduk kembali, menekuk lututnya yang luka agar bisa memeriksa lukanya lebih jelas. Benar saja. Lututnya tergores, namun darahnya hanya keluar sedikit. Itu pun tidak mengucur.

"Oh, ini sih gapapa, Mas. Sembuhnya juga cepat," kata Chaeyeon.

Pemuda itu mengeluarkan sesuatu dari celana seragam taekwondo-nya, lantas memyerahkannya pada Chaeyeon. Sebuah plester berwarna coklat muda.

"Ini buat nutupin luka kamu. Atau mau saya pakein?" tawarnya.

"Saya bisa pake sendiri, terima kasih," Chaeyeon mengambil plester tersebut, memasangnya dengan hati-hati, lalu kembali berdiri.

Lee Chaeyeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang