54. survive hurt

229 68 27
                                    

"Eyang..."

Adnan merentangkan tangannya, dia sedikit terhuyung kebelakang karna Joana menubruk tubuhnya cukup kencang. Adnan mengelus punggung cucunya lembut. Dia tau ini menyakitkan, sangat!.

"Aku benci Ayah...dia jahat eyangg"

"Aku benci,"

Sorot mata Erina menyayu melihat kondisi Argan yang tak kalah memprihatinkan. Bedanya, pemuda itu sama sekali tidak mengeluarkan air mata. Tapi bisa terlihat jelas, jika dunia Argan benar-benar hancur.

"Come here, sayang."Erina menghampiri Argan, lalu memeluk cucunya dengan sayang. Sesekali dia mendaratkan ciuman manis dikepala pemuda itu.

"Nangis aja, gapapa kamu nggak akan terlihat lemah dengan menangis Ar...heum?"

Argan menggeleng, dia hanya memejamkan matanya merasakan pelukan hangat eyang Omanya, huh. Ini benar-benar menyakitkan.

Bund, maafin Argan. Karna Argan bunda harus nikah sama laki-laki bangsat itu.

Adnan membiarkan Joana duduk dipangkuannya, dengan tangan yang mengalung pada lehernya. Gadis manis itu masih terisak, isakannya membuat darah Adnan mendidih. Jika Anrez bukan anaknya, mungkin dia sudah memenggal kepalanya.

"Malem ini kamu boleh nangis sepuasnya, besok jangan lagi"ujar Adnan, Joana mengeratkan pelukannya.

"Hmm, hallo Ri?"Erina sedang menjawab telfon dari besannya, Riana.

"Iya, kamu bilang ke Tiara ya...malem ini Joana sama Argan mau tidur dirumah, iya soalnya tadi hpku ga diaktifin"

"Iya, dan besok kamu kerumah ya?ada hal penting yang mau aku omongin"

"Yaudah see you rii"

Joana mendongakkan kepalanya, "Bunda ga boleh tau Oma..."ucapnya dengan suara lirih

Erina menatap kearah suaminya, yang ditatap hanya memberi tatapan datar tidak menjawab apapun.

"Kalo bunda kalian gak tau hari ini?terus kapan lagi?lagipula kalo tau hari ini setidaknya ngurangin rasa sakitnya. Heum?"

Joana kembali menangis, dia benar-benar akan hancur jika sampai Tiara mengetahui ini semua. Bahkan, dimimpi sekalipun Joana tak mampu membayangkannya.

"Tiara punya anak-anak hebat disini, kenapa harus khawatir? Kalo kehilangan satu laki-laki gak guna kaya Anrez, ayah kalian, ada Argan ada Al,ada Jeno,ada Joana."Adnan mengelus Surai rambut cucunya.

.

.

.

Tiara berdiri dibalkon kamarnya, memeluk dirinya sendiri. Menatap ribuan bintang yang malam ini tidak begitu bersinar, cahayanya sedikit meredup. Seolah menggambarkan suasana hati Tiara malam ini.

"Aku pikir...aku satu-satunya,ternyata aku salah satunya."

Dia tertawa miris, menertawakan dirinya sendiri. Dia begitu mencintai Anrez, tapi sepertinya tidak dengan Anrez. Jika dia mencintai Tiara, dia tidak mungkin dengan mudah berpaling.

Suara pintu terbuka, owh. Sepertinya Anrez sudah pulangg, Tiara tersentak saat merasakan sebuah tangan melingkar pada pinggangnya.

"Argan?Joana?"

Tiara berusaha menahan dirinya, dia tidak ingin menangis sekarang apalagi didepan Anrez. Dia tidak ingin Anrez khawatir? Oh benarkah? Apa Anrez masih akan khawatir?.

Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang