S2; 03. [Sasa merajalela]

242 61 17
                                    

Anrez memasukkan tangan kirinya kedalam kantong celananya, netranya menatap sekeliling rumah berukuran kecil didepannya saat ini, jauh dari kata mewah bisa dibilang sederhana. Pandangannya beralih pada Allard yang sedari tadi menunduk lesu dan beberapa kali menghela nafas.

"Baju-baju kalian berdua udah didalem, tadi Ayah udah nyuruh orang buat anter semua barang-barang kamu."ucap Anrez

"Iya, yah."

"Makasih om"cicit Nazwa dia menunduk tidak berani melihat kearah Anrez yang saat ini sudah menjadi mertuanya. Setelah seminggu Anrez membuktikan ucapannya dengan menikahkan Al dan Nazwa, pernikahan berlangsung privat hanya dihadiri dua keluarga.

"Hmm, kartu kredit?"Anrez mengadahkan tangannya, Allard menghembuskan nafasnya perlahan lalu mengambil beberapa kartu kredit dari dalam dompetnya

"Kerja sendiri..."Anrez menepuk pundak Allard

"Maaf yah, udah jadi anak yang malu-maluin Ayah sama Bunda. Al minta maaf"sesal Allard tulus

"Hmm, tugas kamu cuma bahagiain istri kamu. Jangan buat dia kelaparan, satu lagi belajar hidup sederhana karna mulai hari ini status kamu udah gak kayak sebelum nikah. semuanya akan jauh lebih sulit lagi"Anrez hanya mengingatkan

Mengingatkan atau mengancam?

"Ayah cuma bisa doain semoga langkah kamu dipermudah"

"Kalo ada apa-apa jangan sungkan hubungin bunda ya?"Tiara memeluk Nazwa sekilas

"Iya bunda, makasih"

"Al, ini konsekuensinya karna udah bikin Ayah kamu marah"Tiara menatap iba kearah putranya, bagaimana bisa Allard tinggal dirumah kecil seperti ini.

Bayangkan saja, selama ini Allard selalu hidup bagai pangeran yang apa-apa dan setiap kebutuhannya dipenuhi oleh asisten rumah tangga, bahkan terkadang makan pun diambilkan. Sekarang? Huh, dia menjadi rakyat miskin. Allard sendiri tidak yakin apakah dia bisa hidup tanpa harta Orangtuanya.

Setelah mengantar Al dan Nazwa kedua orangtua mereka pulang, kecuali Argan,Joana, dan Kavin.

"Maaf ya, gabisa bikinin lebih dari ini soalnya didapur adanya cuma ini"Nazwa meletakkan beberapa minuman

"Gapapa, lu duduk aja."ucap Joana

"Yuna gimana?"

Allard mendongak, "dia gatau apa-apa. Gue gak ngomong apapun sama dia,"ucapnya

"Lo kok bisa berakhir sama Nazwa? ceritanya gimana si?"giliran Kavin yang bertanya

"Panjang..."Allard menghela nafas panjang

Argan menghela nafas panjang, sedikit kecewa pada adiknya karna adiknya itu sempat menyuruh Nazwa untuk menggugurkan kandungannya.

"Sejak kapan lo jadi brengsek gini?"

Allard menunduk, menghindari kontak mata dengan Argan yang terlihat menyeramkan ketika tidak banyak bicara.

"Pasti karna lo bergaul sama Felix sama si Rayn"Joana langsung menyambar

"Lucas, jangan lupa!"Kavin mengingatkan

Joana tidak membantah, memang pada dasarnya Lucas brengsek makanya dia tidak pernah mau menjalin hubungan dengan pemuda itu, meskipun ia tau jika Lucas menyukainya.

"Naz?maafin kakak gue ya?karna dia lo jadi gini...maaf banget!"Joana meminta maaf dengan tulus

Nazwa mengangguk, bersamaan dengan air matanya yang kembali jatuh untuk kesekian kalinya. Mengingat pendidikannya yang hancur dalam sekejap, cita-citanya juga yang tidak akan pernah tercapai.

Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang