Part 11

247 24 6
                                    

"Kamu yakin, Ver?" tanya Yuri.

Perempuan itu berada di ambang pintu rumah Vero. Memakai mantel coklat dengan rambut tergerai.

"Iya, biar aku yang antar." Vero mencubit pipi perempuan dengan tinggi badan yang hanya sedadanya itu dengan gemas, membuat sang empunya meringis. Lelaki itu melihat raut cemas di wajah ayu kakak iparnya. Yuri terlihat lucu saat memanyunkan bibirnya dan mengusap bekas cubitannya di pipi. Perempuan itu menggembungkan pipi dengan kedua tangan memegang erat tas selempang kecil berwarna coklat yang dipakai nya.

"Ver, aku harus mencari pekerjaan. Sisa tabunganku sudah berkurang. Aku sudah melamar kemana - mana selama setahun ini tapi nihil."

"Mudah-mudahan ini jalan rezeki aku ya, Ver."

Perempuan itu mendaratkan telapak tangannya ke dada. Memejamkan mata sambil berdoa penuh harap.

"Aku titip Anakku, insyaallah pulangnya aku yang jemput."

Vero hanya tersenyum sambil mengusap-usap lembut bahu perempuan itu. Mencoba meyakinkan Yuri bahwa Amelia akan aman berada di tangannya.

"Tenang aja, Amel aman sama aku kok."

"Aku pergi ya, Assalamualaikum."

Yuri hendak pergi dari sana, tapi Vero menarik tangan perempuan itu. Yuri itu menatap Vero dengan heran. Lelaki itu memicingkan alisnya lalu menyodorkan tangan kanan padanya.

Perempuan itu mengernyitkan dahi sambil menatap buku tangan Vero.

"Salim," titah Vero.

Karena takut terlambat Yuri akhirnya meraih tangan itu lalu menciumnya. Aroma kulit Vero yang khas menari di indera penciuman Yuri. Wangi Musk yang lembut khas pria itu terasa menenangkan.

"Waalaikumsalam," ucap Vero.

Bodohnya, perempuan itu dengan polos berjalan meninggalkan apartemen. Yuri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sambil berpikir dia bergumam, "Kenapa aku yang salim sama dia?" Yuri membalikkan tubuhnya, melihat Vero melambaikan tangan dengan riang ke arahnya.

"Bukannya dia adik iparku, dia dong yang harusnya salim. Cih, nyebelin emang si Vero," gerutunya sambil menekan tombol lift.

Suara burung terdengar merdu memanjakan indera pendengaran. Sapuan lembut nan dingin dari angin yang menerpa kulit membuat siapapun ingin menarik selimut. Kalau kata orang hawanya bikin mager. Sepertinya, cuaca ibu kota saat ini sedang dingin. Sudah lama kota ini tidak dihiasi kabut. Tapi, pagi ini berbeda. Entah karena perubahan iklim atau karena orang - orang masih malas pergi bekerja sehingga udara masih segar tanpa polusi.

Waktu menunjukkan pukul 05.15 pagi. Yuri menaiki sebuah taksi online yang dipesannya beberapa menit lalu. Dia harus segera bergegas, karena wawancara akan dimulai dua jam lagi. Yuri mendapatkan pekerjaan di kota tetangga. Jarak tempuhnya cukup jauh yaitu satu jam. 

Berkali-kali dia melamar pekerjaan, tapi tidak ada satu perusahaan yang mau menerimanya. Entah alasannya apa dia tidak tahu. Padahal, sebelumnya Yuri sempat bekerja di Kementerian Luar Negeri sebagai pegawai negeri, namun karena Arjuna wafat dan harus mengurus Amelia yang tidak diakui keluarga mendiang suaminya, Yuri berhenti bekerja, memutuskan untuk pensiun dini dan bertahan menggunakan tabungan miliknya serta berbisnis online.

Malangnya nasib Yuri, bahkan warisan Arjuna tidak dapat digunakan, mertuanya membekukan aset Arjuna. Mereka marah karena dia memilih mengasuh putri kandung suaminya-- Amelia. Bagi keluarga Elderenbosch, Amelia adalah aib besar. 

Tapi dia tidak pernah mengeluh. Seperti terbiasa babak belur oleh keadaan, perempuan bertubuh mungil itu ternyata jauh lebih kuat dari yang terlihat. Dengan keteguhannya Yuri banting tulang demi membesarkan Amelia seorang diri. Dia bersumpah akan membuat kehidupan putri kecilnya itu terjamin.

Turun Ranjang (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang