Part 23

209 15 1
                                        


Vero telah pulang ke rumah besar Elderenbosch. Mami dan Papinya mengatakan bahwa Amelia dan Yuri berada di sana. Lelaki itu mempercepat langkah, dia bahkan tidak sempat menutup pintu mobilnya sejak sampai di depan gerbang.

Vero langsung berlari menaiki tangga, saat pelayan membukakan pintu lelaki itu langsung bertanya dimana Amelia dan calon istrinya. Pelayanan mengatakan bahwa Amelia dan Yuri ada di ruangan bermain. Tanpa ragu Lelaki itu bergegas menuju ruang bermain. Rasanya nafas Vero terasa lancar, saat melihat Amelia dan Yuri yang tengah bermain semua beban berat yang ada di punggungnya mendadak hilang.

Pria itu menyandarkan bahunya yang lelah di sudut pintu. Memandangi calon istrinya dari kejauhan. Rasanya rindu itu tak terbendung lagi.

"Sayang,"

Suara bariton Vero membuat Amelia dan Yuri menengok ke arahnya. Manik mereka bertemu, Amelia yang melihat papa datang langsung bangkit berlari ke arah pria itu dan memeluknya.

"Papaaaaaa," sambut Amelia.

Vero memeluk gadis kecil itu, menghujani pipi gembulnya dengan ciuman rindu seorang ayah. Dalam hati Vero berjanji tidak akan lengah lagi. Yuri berdiri terpaku di sana, perempuan itu menangis. Ada rasa bahagia dan tenang saat melihat Vero kekasihnya.

Yuri ingin sekali menghambur ke dalam pelukan kekasihnya. Rasa rindu itu begitu mencuat dari dalam lubuk hati. Tapi ada rasa ragu yang membuat Yuri terdiam di sana. Dia mengingat ucapan Elliot tempo hari.

"Sayang," Vero hendak memeluknya, tapi Yuri tiba-tiba mundur beberapa langkah.

"Jangan, Ver. Jangan sentuh aku. Aku kotor," jawab Yuri sambil menangis.

Lelaki itu terdiam, tubuhnya serasa dihantam petir. Tak terasa Vero jatuh terduduk dan menangis. Begitu juga Yuri yang berjongkok di pojok ruangan sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Melihat Mama dan Papanya sama - sama menangis membuat Amelia berteriak histeris. Gadis itu berteriak memanggil kedua kakek dan neneknya, sehingga seluruh keluarga berlari ke sana. Diana langsung memeluk dan membawa Yuri ke kamarnya dibantu Ameri. Sementara Jonathan dan Juni membawa Vero yang juga tak berdaya ke ruangan keluarga.

Dua hari setelah insiden itu terjadi, Yuri masih enggan keluar kamar. Sementara Vero sibuk sholat dan berdzikir mencoba menenangkan diri menghadapi ujian ini. Lelaki mana yang tidak terpukul ketika calon istrinya berkata demikian seminggu sebelum pernikahan.

Saat itu Vero baru selesai sholat subuh di kamarnya. Jika biasanya dia akan berjamaah bersama keluarganya atau pergi ke masjid. Dua hari ini lelaki itu memilih menyendiri, agar lebih leluasa dalam berdoa. Vero berjalan di lorong rumah keluarga itu, udara dari balkon terasa segar dengan bunyi sahutan burung di pagi hari.

Pria itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menguatkan diri walau dalam tarikan nafasnya masih ada rasa tersayat di hatinya. Vero berjalan menuju sebuah ruangan, dari sana Vero bisa melihat jelas ke arah jendela kamar Yuri yang terbuka.

Perempuan itu masih memakai mukenanya. Dengan kedua tangan menengadah ke langit, dia khusuk berdoa. Sesekali tangannya menyeka air mata.

Vero mendekatkan diri untuk mendengar suara lirih kekasihnya.

"Ya Allah, aku menerima apapun yang terjadi pada diriku. Tapi, aku hanya manusia dan rasanya ini sakit sekali. Aku sangat mencintai Vero, tapi jika hal laknat itu sudah terjadi padaku, aku tidak mungkin menikahinya. Lalu bagaimana dengan diriku?"

"Jika ada benih pria itu di dalam tubuhku nanti, aku tidak ingin membuat Vero menanggung hal yang bukan menjadi kewajibannya. Kuatkan aku,"

Yuri tak kuasa menahan tangis, perempuan itu mencoba berdzikir tapi tetap tak menghentikan tangisnya. Dia bersujud di atas sajadah mengeluarkan semua emosi yang berkecamuk. Sebisa mungkin dia menahan suara agar tidak terdengar orang lain. Tapi Yuri tidak tahu bahwa ada seseorang yang setia menemaninya di balik pintu.

-----

Jonathan meminta seluruh anggota keluarga makan siang bersama. Keluarga itu berdoa sejenak mengucap rasa syukur atas keselamatan cucu dan menantu mereka Yuri.

"Alhamdulillah keluarga kita berkumpul lagi, semoga kedepannya semua baik. Yang terpenting kita syukuri bahwa Amel dan Yuri pulang dengan selamat."

Setelah makan siang, Yuri yang tidak terlihat berselera makan segera pamit ke kamarnya. Lagi-lagi perempuan itu menangis, membuat sprei berwarna putih itu basah oleh air matanya.

"Sayang,"

Yuri segera bangkit saat Vero masuk ke dalam kamarnya. Perempuan malang itu hendak menghindar, tapi Vero dengan cekatan menarik dan memeluknya erat.

Merasakan hangatnya dekapan Vero, Yuri semakin menangis. Isak tangisnya terdengar membuat Jonathan dan Diana yang berdiri di depan pintu kamar Yuri ikut merasakan kesedihan itu. Viola bahkan memeluk Juni, sebagai perempuan tentu Viola paham bagaimana rasany0a jika berada di posisi Yuri.

Amerie dan Orion memilih membawa Amel ke taman. Tidak baik jika Amel mendengar atau melihat kerapuhan ibunya. Vero memeluk erat tubuh mungil itu, mengusap punggung Yuri perlahan.

Yuri sempat pingsan karena terlalu lama menangis. Vero tetap menemaninya. Kini hanya ada mereka berdua di kamar itu. Vero terus mengecupi buku tangan Yuri, menaruh tangan lembut itu di keningnya seraya berdoa agar Tuhan melindungi mereka.

Alis mata Yuri terlihat bergerak, perlahan kelopak matanya mulai terbuka. Vero membantunya duduk dengan memberi beberapa bantal di punggungnya.

"Minum dulu," lelaki itu menyodorkan segelas air putih.

Yuri menggelengkan kepalanya, tapi karena Vero langsung menyodorkan sedotan ke mulutnya Yuri tak bisa menolak. Dia meminum setengah air di gelas itu. Setelah Vero menyimpan gelas dan kembali duduk di tepian ranjang di samping Yuri, mereka saling pandang.

Sapuan lembut di pipi membuat rona merah di wajah ayu Yuri terkembang. Vero tersenyum menatap kekasihnya, Yuri bisa melihat pandangan sayang itu masih ada di manik mata coklat indah Vero.

"Aku,"

"Apapun yang terjadi kita akan tetap menikah," ucap Vero.

"Tapi, aku … Elliot bilang,"

Vero menggelengkan kepalanya.

"Nggak, kita akan visum dulu. Keputusanku sudah bulat Ri, apapun hasilnya aku akan menikah sama kamu."

"Tapi,"

"Kalau hasil visum sudah keluar, kamu boleh mengambil keputusan."


Turun Ranjang (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang