Forgiveness is the final form of love
Bukan pilihannya menjadi janda di usia muda. Tapi Yuri hanya bisa bertahan menerima takdir-- biarlah dia yang menderita asal rahasia mendiang sang suami terjaga. Karena itu sudah tugasnya.
Hanya saja Vero-- san...
Vero dan Orion berlarian di sebuah parkiran. Gurat cemas terlihat dari wajah keduanya. Peluh menghiasi kening Vero, dia dan Orion sedang menuju ke sebuah tempat. Keduanya terlihat panik, saat memasuki gedung kepolisian. Vero setengah berlari menghampiri salah seorang pria berseragam coklat. Polisi itu langsung membawa keduanya menuju suatu ruangan.
Tampak seorang anak kecil berseragam sekolah tengah meringkuk kelelahan di atas ranjang bersama sebuah boneka teddy dan tas sekolah. Di kepala gadis kecil itu terdapat perban dengan bekas darah segar yang terlihat. Bahkan pelipis mata kanan Amelia terlihat bengkak.
"Amel, sayang. Ini Papa, Nak."
Lelaki membungkuk membangunkan putrinya. Perasaan Vero campur aduk. Suara bariton dari sang papa membuat Amelia terjaga, gadis kecil itu langsung memeluknya.
"Pa,"
Suaranya terdengar lemah dan parau. Sekujur tubuh Amelia terlihat gemetar, anak itu meremas baju Vero dengan sangat erat.
"Amel takut, Pa."
"Ssh, tenang sayang Papa disini. Amel sama Papa sekarang." Vero mengusap punggung Amelia agar gadis itu tenang.
Pundak Amelia perlahan turun, tarikan nafasnya berangsur tenang dan teratur saat merasakan dekapan hangat Vero. Tapi lelaki itu gelisah, masih ada hal yang menyelimuti pikirannya.
"Maaf, Pak. Apa Bapak bisa ikut dengan saya?" tanya seorang polisi.
Vero mengangguk, laku mengikuti polisi itu memasuki sebuah ruangan.
"Begini, Pak. Anak Bapak mengalami percobaan penculikan. Permasalahannya adalah sepertinya target utama bukan putri Bapak. Melainkan istri Bapak."
"Kami belum menemukan dimana keberadaan Nyonya Yuri. Amelia ditemukan oleh pemulung di dekat daerah tempat pembuangan sampah akhir. Beruntung putri Anda cerdas. Dia ditemani pemulung melapor ke RT setempat dan memberitahukan siapa keluarga dan nomor anda."
"Amelia bilang, Mamanya diculik menggunakan mobil berwarna merah. Saat mereka hendak pulang dari sekolah."
Rasanya kepala Vero seperti akan meledak saat itu juga. Degupan jantungnya kian cepat. Baru saja dia berencana ingin memajukan pernikahannya dengan Yuri, musibah ini terjadi.
"Jadi Yuri diculik, pak?"
"Ya, besar kemungkinan istri Anda diculik."
Vero sedikit terhuyung saat mendengar itu. Kepalanya terasa berat seperti diduduki beban yang tak bisa ia tahan.
"Astagfirullah," ucap Vero, pria itu sedikit terhuyung. Tapi Orion berhasil menahan punggungnya.
"Saat ini kami tengah mengumpulkan informasi dari saksi mata. Beberapa orang melihat ciri-ciri mobil yang membawa kiistri Bapak."
"Apa anda mencurigai seseorang?"
Vero menggeleng, saat ini dirinya masih terkejut dan tidak bisa berpikir dengan baik. Lagipula, Vero dan Yuri tidak mempunyai musuh sama sekali. Tidak ada alasan bagi dirinya mencurigai seseorang.
____________________
"Gila."
"Mereka sampai membuang Amelia di tempat sampah?"
Juni mengepalkan tangannya, guratan otot dan urat terlihat jelas di lengannya yang kekar.
"Kalau motifnya uang, pasti mereka sudah menghubungi kita. Atau ini human trafficking?"
"Gue rasa nggak, Bang. Kalau motifnya murni kejahatan biasa nggak mungkin mereka melepas Amelia. Ada yang janggal dari penculikan ini," ucap Orion.
Terdengar suara ketukan pintu, sekretaris Vero masuk dengan wajah cemas.
"Pak, maaf. Diluar ada perempuan memaksa masuk katanya ada urusan penting. Kami sudah berusaha bilang kepada beliau untuk menunggu, tapi ibu itu malah histeris."
Vero memijat keningnya yang pening.
"Ya sudah, suruh masuk."
Beberapa menit kemudian perempuan berbaju hijam masuk ke ruangan.
"Ver," ucapnya.
"Linda?"
Linda langsung mempercepat langkahnya. Wajah perempuan itu terlihat cemas dan ketakutan. Vero membawa Linda untuk duduk di sofa.
"Kamu kenapa Lin?"
Perempuan itu meminum segelas air putih yang disodorkan Vero. Linda menarik nafas, mencoba menenangkan diri. Setelah itu Linda menghadap Vero.
"Ver, aku tadi jam 14.00 baru landing pesawat. Karena aku besok ada rapat di sini. Kebetulan aku naik private jet milik boss aku, karena ada beberapa equipment perusahaan yang harus kami bawa. Apa Yuri ada di rumah?" tanya Linda.
Berat hati Vero menjawab, "Yuri diculik Lin. Jam 13.00 siang tadi."
"Berarti bener Ver, yang aku lihat tadi di bandara itu Yuri."
"Apa?"
"Iya, pas di bandara tadi aku lihat Yuri dibawa seseorang. Tapi dia kayak pingsan gitu karena di gendong. Aku bingung mau hubungi siapa. Aku Telepon perusahaan kamu, tapi tidak disambungkan. Makannya, aku segera kesini."
Linda beringsut dari sofa, "Kamu harus cepat Ver, aku yakin ini ada hubungannya dengan Elliot."
"Elliot, siapa Elliot?" tanya Vero.
Juni tiba - tiba bangkit dari tempat duduknya.
"Ah, sial!" umpat pria itu.
"Elliot Kamasea. Pemilik grup Mayadapa bukan?" tanya Juni.
Linda mengangguk.
"Kamu kenal siapa dia, Jun?"
"Oh, sh*t. Pantesan seminggu ini gelagat dia aneh. Nanyain tentang keluarga kita. Pas gue bilang minggu depan adik gue nikah dia kayak antusias gitu. Gue gak curiga, tapi apa hubungan Elliot sama Yuri?" Juni terlibat panik, lelaki itu mondar-mandir di depan Vero.
"Dia itu calon investor gue, Ver."
"Vero kamu masih ingat yang aku omongin sama Yuri di kelas balet anak-anak tempo hari?" tanya Linda.
"Aku bilang, gara-gara Yuri aku diputusin cowok terganteng satu sekolah yang terobsesi sama dia. Elliot adalah cowok yang aku ceritain ke kamu. Dia terobsesi sama Yuri sejak saat itu. Bahkan dulu Yuri juga sempat diculik saat SMA beruntung ketahuan guru, dan kasus itu dilaporkan ke orangtuanya. Untuk menghilangkan jejak, Elliot tiba-tiba pindah sekolah."
"Sejak saat itu aku nggak tahu kabarnya. Tapi tadi aku memang melihat dia jalan masuk ke pesawat dengan beberapa orang di belakang yang menggotong Yuri."
Vero meremas rambut di kepalanya. Rasanya dia ingin mengamuk dan melempar semua benda yang ada di ruangan itu. Tapi Vero memilih menenangkan jiwanya terlebih dahulu agar dia bisa berpikir rasional.
"Apa nama perusahan si brandal itu?" tanya Orion.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.