part 5

262 19 3
                                    

"Abang, bunuh diri karena dia tidak mampu menahan rasa bersalahnya … pada Yuri." 

Perkataan Vero masih terngiang saja di telinganya. Satu minggu berlalu sejak kejadian terungkapnya fakta mengejutkan itu. 

Ameri, gadis berusia dua puluh lima tahun itu duduk termenung di sebuah bangku taman kota. Merenungkan apa yang telah terjadi. 

Rasa sakit, sedih dan bersalah mendominasi pikirannya. Lima tahun dirinya menyakiti sang kakak ipar tanpa tahu kenyataan. Terbakar oleh dendam yang tidak tepat sasaran. Lima tahun pula Amelia, anak kandung sang kakak menerima perlakuan buruknya. 

Ameri jadi teringat obrolan kecil keponakan dan kakak iparnya tempo hari. Saat mereka membersihkan rumah dan mengelap debu di foto pernikahan Yuri dan Arjuna..

“Mama, kenapa baju pengantin wanita selalu berwarna putih?” tanya Amelia.

Yuri tersenyum sambil mengusap wajah Arjuna di foto itu. 

“Karena putih melambangkan kesucian. Seperti cinta Mama pada Papa,” ucap Yuri. 

“Mama sayang sama Papa?” Mata Amelia berbinar kala mendengar pengakuan ibunya. Yuri mengangguk sambil tersipu malu.

“Tentu saja. Cinta Mama pada Papa tidak akan pernah berkurang.”

Ameri masih ingat bagaimana keduanya tertawa senang saat itu. Tidak pernah ada dendam di hati Yuri pada Arjuna. Tak pernah sekalipun perempuan itu menjelekkan mendiang suaminya. Yuri begitu mencintai Arjuna sampai rasa cinta itu mengalahkan rasa sakitnya.  

Forgiveness is the final form of love. 

Cinta Yuri pada Arjuna yang tak ternodai. Suci dan murni, seperti warna putih sayap malaikat. 

"Jangan melamun." Suara seorang pria membuatnya terjaga dari lamunan. 

Lelaki itu menyodorkan sebuah kaleng air soda. Ameri tersenyum kecut sambil mengambil kaleng itu. Pria dengan mata bulat dan berhidung mancung Itu kini duduk di sampingnya sambil memakan sebuah burger. 

Ameri meneguk minuman bersoda itu, ia lalu menunduk. 

"Aku kejam banget sama kak Yuri," ucap gadis itu tiba-tiba. 

Mendengar ucapan itu dari mulut kekasihnya Orion hanya tersenyum. Lelaki itu mengusap-usap punggung Ameri. 

"Aku malu, By. Malu banget." 

"Aku nggak punya muka untuk ketemu kak Yuri dan Amelia." 

Sebuah isakan pilu terdengar. Orion memeluk kekasihnya, sebuah pelukan hangat yang menenangkan. 

"Padahal, kalau posisinya dibalik. Aku yang mengalami itu. Aku pasti tidak akan kuat, By." 

"Aku salah banget, aku jahat." 

Rasa bersalah itu menjalar di hati Ameri. Betapa tidak, perempuan mana yang tahan ketika di khianati. Lalu beban itu juga tak berkurang bahkan saat dia harus dengan rela merawat anak perbuatan suaminya. Dan Ameri adalah orang yang menambah luka itu di lima tahun ini. 

"Setiap orang pernah salah, Sayang. And everything happen has a reason." 

Orion menatap lembut wajah kekasihnya yang terlihat berlinang air mata. 

"See, finally. Kamu sadar kamu salah. Itu sudah bagus. Kalau ada istilah nasi sudah menjadi bubur. Bukan berarti bubur nggak bisa dimakan kan?" 

"Tinggal kamu kasih topping sesuai selera kamu." 

Turun Ranjang (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang