part 18

224 15 2
                                        


Suasana haru menyelimuti ruangan besar itu. Yuri memeluk Jonathan yang juga menitikkan air mata. Hati lelaki tua itu begitu gembira saat bisa kembali memeluk menantunya yang telah lima tahun di abaikan.

Diana tak kalah sedih, perempuan paruh baya itu menangis tersedu dalam dekapan putranya Vero.

Lepas memeluk ayah mertuanya, Yuri memandang Diana. Perlahan perempuan berbaju coklat muda itu mulai bergeser. Yuri memegang tangan Diana lalu mengecup buku tangan ibu mertuanya dengan lembut. Perempuan tua itu semakin larut dalam tangis kala Yuri berkata,

"Mami, Maafkan Yuri."

Perempuan itu mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana mungkin rasa gengsi dan malu membutakan hatinya sehingga ia dengan tega membuat menantunya yang baik hati itu menderita? Yuri memang menantu yang baik, meski dirinya yang menderita tapi malah dia yang meminta maaf.

"Mami yang salah, Nduk. Mami minta maaf. Maafin Mami ya, Mami khilaf." Lirihan itu terdengar begitu menyayat hati. 

Yuri hanya mengangguk sambil mengusap air matanya. Sementara itu Vero berjalan ke belakang, membawa seorang gadis kecil dengan kado di tangannya.

Malu-malu dia melangkahkan kaki menuju tempat ibunya berada. Ada dua orang yang dikenalnya sebagai kakek dan nenek tapi tak pernah bercengkrama langsung. Gadis kedil itu hanya pernah melihat foto keduanya saja. Amelia menundukkan pandangan, malu-malu berjalan pelan.

Vero mengangkat dagu si kecil dengan jari telunjuknya yang panjang. Sambil tersenyum pria itu meyakinkan pada Amelia bahwa semua akan baik-baik saja.

Amelia sampai tepat di depan sang oma. Gadis kecil itu menyodorkan kotak hadiah berwarna pink yang ramai dengan pita itu.

"Oma, ini dari Amel. Semoga Oma Diana suka," ucap gadis itu malu-malu sambil mencium tangan omanya.

Lembut kulit Amelia terasa hangat, gadis kecil itu tampak lucu dan menggemaskan. Diana melihat cucunya lekat, wajahnya, mata sipit nan tajam, bibir plumpy, hidung yang mancung, rambut lurus hitam. Semua adalah jelmaan Arjuna. Dia membelai lembut pipi cucunya, linangan air mata semakin deras. Ada rasa sesal yang teramat menumpuk dalam dadanya, hingga dia tidak bisa bersuara. 

"Maafkan Oma, Sayang. Maaf," ucapnya sambil memeluk Amelia.

Hari semakin terik, suara gemericik air dari kolam ikan di taman belakang rumah keluarga Elderenbosch membuat suasana terasa sejuk. Amelia tengah bermain bersama sang kakek. Jonathan sepertinya jatuh hati dengan kelucuan cucu kandungnya. Sedari tadi pria tua itu tidak meninggalkan Amelia. Saat ini mereka tengah memberi makan ikan koi sambil bersenda gurau. Lawakan Amelia membuat Jonathan tertawa terbahak-bahak.

Potongan buah semangka tengah dihidangkan, Yuri meletakkan beberapa piring kecil dan garpu. Tidak lupa dia menuangkan infused water bunga telang ke dalam beberapa cangkir. Diana memperhatikan istri mendiang Arjuna itu dengan seksama.

"Nduk, boleh Mami bicara?" tanya Diana.

Seketika Yuri menghentikan kegiatannya lalu duduk di samping Mami mertuanya. Setelah memandang Yuri sebentar, Diana tersenyum lalu memegang tangan menantunya.

"Bagaimana perasaanmu?"

Rasanya pertanyaan itu mengena langsung pada ulu hati Yuri. Diana mengenal menantunya dengan baik.

"Maksudnya Mami, bagaimana perasaanmu pada Vero?"

Ya, Diana tentu saja kaget setengah mati saat anak ketiganya memutuskan untuk menikahi kakak iparnya. Diana tahu Yuri sangat mencintai Arjuna. Dan bukan hal mudah bagi seorang perempuan setia macam Yuri untuk membuka hatinya. Maka dari itu Diana sempat sangsi saat Vero meminta restunya.

Perempuan muda itu menghela nafas, menatap mertuanya sambil menggigit bibir bawah.

"Yuri, juga masih bingung Mi. Vero memang selalu ada disamping Yuri sejak Mas wafat. Tanpa Yuri sadari, kehadiran Vero membuat aku bergantung sama dia. Kayaknya kalau nggak ada Vero, Yuri merasa sendiri dan tidak tenang."

Diana tersenyum saat Yuri menceritakan mengenai putranya.

"Rasa nyaman itu muncul tanpa aku sadari, Mi."

"Tapi,"

Perempuan itu menunduk, jarinya terus bergerak tak tenang.

"Yuri merasa mengkhianati Mas Juna, Mi. Apalagi ... ini dengan Vero, adik dari suami Yuri sendiri."

Seutas senyum mengembang di bibir merah Diana.

"Nggak mudah melupakan seseorang yang kita cintai, tapi Nak. Salah satu cara untuk mencintai seseorang adalah bergerak maju untuk bahagia. Mami yakin, Arjuna pasti tenang kalau melihat kamu bahagia."

"Tapi, apa Mami ikhlas aku sama Vero menikah?"

Wajah ayu itu kembali menunduk sedikit gentar menunggu jawaban Maminya.

"InsyaaAllah, Mami ridho. Tapi, kalian harus ijab kabul lagi setelah si kecil lahir."

Tunggu, apa katanya?

Mata Yuri terbelalak kaget saat sang mertua mengelus perutnya. Yuri mencerna baik-baik apa yang dimaksudkan oleh Maminya. Menapaki setiap kamus dalam otaknya.

"Yah, meskipun Mami agak kecewa, kenapa Vero sampai seperti ini. Tapi ya sudahlah,"

"Kamu yang sehat ya, Nduk. Jagain calon cucu Mami," ucap Diana mengecup pipi Yuri lalu beranjak dari tempat duduknya.

Yuri hendak mengatakan sesuatu saat Vero tiba-tiba datang. Netranya memastikan Diana sudah berjalan cukup jauh, setelah melihat ibu mertuanya menghampiri Amelia yang berada di gazebo kolam ikan koi. Yuri segera menarik lengan Vero. 

"Kenapa?" tanya Vero pada Yuri yang tengah menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menatapnya tajam. 

Turun Ranjang (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang