Bagian 1 𑁍

7.3K 888 6
                                    

Athanasia : Sebenarnya situasi macam apa ini?

Athanasia menegang sembari melihat makanan di meja di depannya.

Claude menatapnya dengan intens, membuat Athanasia membuang pandangannya ke arah lain, asalkan bukan mata biru permata milik sang Kaisar Obelia.

"Aku tidak pernah dengar kalau kau bisu."

Athanasia tanpa sadar cegukan setelah mendengar perkataan Claude.

"Pendiam sekali, tidak seru."

Athanasia : Jadi maksudnya ... = Aku akan membunuhmu karena kau tidak seru?

"Kau memang tidak bisa bicara, ya?"

"Athy, bica bicala." Athanasia membalas dan berusaha keras untuk tersenyum. Sepolos mungkin, semanis mungkin.

"Akhirnya aku mendengar suaramu." Claude tetap pada posisinya, dagu bertumpu pada satu tangan. Tatapannya tidak melepaskan Athanasia, memperhatikan setiap gerak-gerik anak perempuan tersebut.

Jelas, situasi ini bukanlah yang biasa terjadi apabila seorang anak bertemu dengan ayahnya, tapi inilah yang terjadi pada Athanasia.

Dan anak perempuan itu, yang jiwanya sebenarnya bukan anak-anak, tidak punya pilihan selain menerimanya.

Dia tidak bisa mengambil resiko kepalanya akan terputus dan berguling-guling di lantai apabila dirinya membuat marah Claude. Untuk saat ini, bersikaplah sewajarnya seolah dirinya memang adalah anak kecil polos yang imut dan tidak tahu apa-apa.

Benar. Keselamatannya yang utama sekarang.

"Kenapa sampai sekarang kau tidak berbicara apa-apa?

" ... "

Ksatria berambut merah dan bermata abu-abu berkata, "Maaf menyela, Yang Mulia. Tapi setahu saya anak-anak seumuran Tuan Putri memang biasanya pemalu."

Athanasia memperhatikan dengan kaku saat kedua pria itu berbicara. Dia diam bahkan saat Claude menatapnya dengan intens, lagi.

Tapi tidak ketika sang Kaisar Obelia memerintahkan Felix, ksatria berambut merah untuk pergi.

Athanasia panik. Namun tidak bisa mengatakan apapun. Hanya bisa menangis dalam hati.

"Athanasia, ya."

Terdiam kaku, Athanasia menyadari kemana arah pembicaraan Claude.

"Apa kau tahu arti nama itu?"

Celaka. Mengepalkan tangan kecilnya, anak perempuan itu kembali tersenyum dan bersikap sok polos.

"Beraninya ... "

Ludah di telan dengan susah payah, si anak perempuan mencoba setegar mungkin menghadapi sosok Claude de Alger Obelia.

"Beraninya mereka mati dan meninggalkan masing-masing anak yang merepotkan. Dua wanita yang menyebalkan. Kalau masih hidup, tubuhnya di tarik hingga putus pun tidak akan cukup."

Athanasia : Mereka? Siapa yang di bicarakan Claude? Salah satunya pasti ibu kandungku, lalu ...

Athanasia : Siapa yang satunya lagi?

Athanasia perlahan-lahan menaikkan pandangannya, dan mendapati Kaisar tengah menatapnya sebelum belah bibirnya terbuka untuk mengeluarkan suara yang menurut Athanasia, lebih horor daripada cekikikan hantu.

"Kenapa diam saja? Makan."

Dengan tubuh gemetaran, Athanasia mengarahkan garpu ke kue yang ada tepat di depannya. Lalu memakannya.

𝗖𝗮𝗹𝗲 𝗱𝗲 𝗔𝗹𝗴𝗲𝗿 𝗢𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang