Bagian 25 𑁍

1.9K 187 7
                                    

A/N : Maafkan untuk segala macam kesalahan yang ada di chapter ini, ya Readers ~

Athanasia memandangi seseorang yang sedang menyeduh teh di hadapannya hampir tak berkedip. Gerakannya begitu halus dan anggun namun terarah, seolah-olah sudah benar-benar ahli.

Mungkin wanita itu sebenarnya adalah bangsawan. Kamar tidur yang di tempatinya lumayan mewah dan cukup lengkap.

Orang itu menyerahkan cangkir tehnya pada Athanasia. "Ini, minumlah dengan perlahan."

"Te—rima kasih."

Athanasia menerimanya tanpa ragu. Namun, dalam lubuk hati terdalamnya, Athanasia bertanya-tanya.

Siapa wanita cantik nan anggun yang entah bagaimana menyelematkannya ini?

Athanasia ingat setelah jiwanya terombang-ambing tak jelas di suatu tempat, dia terdampar di suatu hutan yang lebat dan tidak dapat bergerak barang seinci pun.

Karena kehabisan tenaga, Athanasia pingsan di tempat antah-berantah tersebut.

Bangun-bangun, Athanasia sudah berbaring di suatu ranjang dengan wanita tersebut yang duduk di sebelahnya sembari menyisir rambut pirang miliknya.

Wanita itu mengatakan bahwa seseorang yang dekat dengannya menemukan Athanasia dan memilih untuk membawanya ke sini karena manor-nya lah yang paling dekat dengan hutan tempat di temukannya Athanasia.

Begitulah bagaimana dia berakhir di sini.

Sangat aneh.

Apa Athanasia mengenalnya?

Mengapa di sekitar wanita tersebut, Athanasia merasa nyaman dan terlindungi? Rasanya seolah-olah Athanasia sudah sangat familiar dengan keberadaan nya.

Jadi, siapa?

Athanasia tertegun. Usapan lembut di kepalanya membuatnya kembali ke kenyataan.

"Jangan terlalu memaksakan otakmu untuk bekerja, Athy. Kau belum pulih sepenuhnya."

Athanasia terdiam sejenak sebelum mengangguk kaku.

Orang ini ... bertingkah laku seakan dia sudah mengetahui segala hal tentang Athanasia, dan itu sangat mencurigakan, tau. Athanasia bahkan tidak tahu namanya.

Athanasia tidak ingin percaya namun tanpa sadar merasa nyaman di dekatnya.

Sudah 10 menit lamanya Athanasia dan orang misterius itu berdiam diri. Suasananya amat canggung dengan senyum tulus yang tak pernah luntur milik wanita berparas rupawan di depan Athanasia.

Tiba-tiba saja, wanita itu terkekeh.

Athanasia menatapnya dengan bingung.

"Pasti sangat canggung untukmu, ya?" Wanita itu lekas berdiri, "Aku akan pergi saja kalau begitu. Nyamankan dirimu, Athy. Andai kau perlu sesuatu, bunyikan saja bel di atas nakas, aku pasti akan langsung datang."

Langkah kaki yang ringan mendekati pintu. Tangan lentik dengan perlahan memegang kenop dan mendorongnya, membuka pintu kayu jati dengan gerakan perlahan.

"Nikmati waktumu, Athanasia."

Uh ...

Ini kali pertama wanita itu memanggil namanya bukan dengan panggilan 'Athy'. Hati Athanasia tergelitik sedikit.

"Wanita itu ... entah mengapa mirip dengan seseorang, siapa ya ... ?"

" ... "

Athanasia menggeleng. Meletakkan cangkir di atas nakas, sebelah bel perak yang di bicarakan wanita tadi, Athanasia kemudian berbaring dan memejamkan mata.

𝗖𝗮𝗹𝗲 𝗱𝗲 𝗔𝗹𝗴𝗲𝗿 𝗢𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang