Bagian 20 𑁍

2.8K 348 26
                                    

Sementara Athanasia mengadakan acara minum teh bersama putri-putri bangsawan yang lain, Cale menghabiskan waktu dengan Raon, Sheritt dan kembar Alpheus di bagian taman yang lain.

"Saya akan mengambil camilan lagi." Jack berdiri untuk mengambil lebih banyak camilan karena camilan yang ada sudah tidak tersisa.

"Jangan lama." Cale membalas sambil menyuapkan satu cookies ke dalam mulutnya.

"Tentu saja. Saya akan segera kembali."

Percakapan terus berlanjut setelahnya.

"Aku tidak menyangka Tuan Muda Basen dan Nona Muda Lily menjadi paman dan bibi Anda, Pangeran."

Cale mengangguk menyetujui perkataan Hannah. Dia sendiri juga tidak menyangka hal tersebut terjadi. Namun tidak ada salahnya menjadi yang termuda di keluarga Henituse, jadi untuk apa Cale mengeluh.

"Apapun bisa terjadi."

Raon cemberut mendengar apa yang di katakan Cale. Seolah-olah Cale pasrah apapun masa depannya kini.

"Tetap saja!" Hannah mendengus dan menopang dagu dengan ekspresi jengkel. "Mengapa aku dan Jack terlahir di keluarga Alpheus?!"

Cale menaikkan sebelah alisnya, bingung, "Memang apa yang salah?"

"Betul. Bukankah keluarga Alpheus memiliki reputasi yang baik? Terutama Tuan Muda Ijekiel, dari yang ku dengar, dia adalah seorang jenius muda yang menempuh pendidikan di Arlanta. Apa Nona Hannah tidak bangga memiliki adik sepertinya?"

"Begini, Nyonya Duchess, Ijekiel itu ... sangking pintarnya sering membuat kami kerepotan. Dia bahkan berani menguping pembicaraan ku dan Jack di loteng!"

Cale menatap datar Hannah yang kini malah menceritakan semua kejadian-kejadian penting di keluarga Alpheus juga seberapa kesal dia terhadap adik laki-lakinya, Ijekiel.

Jika di perkumpulan Athanasia mereka membicarakan seberapa mengagumkan Ijekiel Alpheus, maka di perkumpulan Cale mereka -tepatnya Hannah, membicarakan keburukan atau kekurangan Ijekiel.

Orang yang di bicarakan sama, namun percakapannya sungguh berbeda.

"Terlepas dari banyaknya pujian yang dia dapatkan sekarang, saat kecil dulu, Ijekiel sebenarnya anak yang sangat ceroboh dan mudah di bohongi."

Mengapa dia membicarakan kekurangan adiknya kepada orang lain? Apa dia kakak jahat seperti di cerita-cerita?

Jack yang baru kembali kemudian menegurnya, "Hannah!"

"Apa aku salah? Dia kan memang merepotkan." Hannah memalingkan muka dan mencebikkan bibirnya kesal. Nampak kekanakan untuk umurnya sekarang.

Jack menggelengkan kepala. Tangannya bergerak untuk meletakkan keranjang yang penuh dengan cookies dan duduk kembali di sebelah Hannah.

Cale hendak mengambil cookies lagi, tapi gerakan tangannya terhenti tak kala merasakan dua bayangan hitam muncul di belakangnya.

Jack dan Hannah spontan berdiri dan memasang postur siaga.

Tangan Hannah yang tidak lagi memiliki pembuluh darah hitam akibat mana mati bersiap-siap dengan memegang gagang pedangnya.

"Pangeran!"

Mereka mengenal suara ini.

Jack dan Hannah menghela nafas lega. Rupanya bayangan itu bukanlah seseorang yang ingin mencelakai Cale.

Cale yang terpanggil hanya menggeser duduknya menjadi posisi menyamping.

Kedua orang berjubah itu menurunkan tudung jubah mereka dan mendongak. Memperlihatkan wajah mereka yang sedikitnya tertutupi bayangan pohon. Mereka berlutut dengan satu lutut menyentuh tanah, seperti seorang ksatria.

𝗖𝗮𝗹𝗲 𝗱𝗲 𝗔𝗹𝗴𝗲𝗿 𝗢𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang