Bagian 6 𑁍

5.8K 728 13
                                        

Athanasia tersadar dari mimpinya dengan tubuh kaku.

"Akhirnya kau bangun juga. Memangnya kau pikir kau itu putri tidur di dalam dongeng, hah?"

Di sebelah tempat tidurnya, seorang pria berambut hitam dengan mata merah duduk dan menatapnya dengan seringaian main-main. Pria itulah yang barusan mengeluarkan suara.

Athanasia perlahan bangkit untuk duduk. Menatap kedua tangannya dengan linglung, Athanasia kemudian teringat kalau bukan hanya dia saja yang batuk darah dan pingsan.

Dia mendongak untuk melihat tempat tidur lain di ruangan. Tempat tidur milik Cale.

"Cale ... "

Tatapan Athanasia berubah kosong.

Adiknya terbaring di tempat tidur. Wajahnya di penuhi keringat, kedua tangannya mencengkram erat seprai yang membalut kasur. Untuk beberapa kali, terdengar erangan dan ringisan darinya.

Lucas menoleh pada Cale dan seringaian nya menghilang.

"Cale! Bagaimana kondisi Cale?! Kau yang menyembuhkan aku, kan? Apa kau juga menyembuhkan Cale? Jawab!"

Lucas menghela nafas dan berkata, "Aku tidak bisa menyembuhkan adikmu."

"Apa?!!"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi aku merasakan ada banyak kekuatan besar mengelilinginya. Itu yang membuatku sulit untuk menyembuhkannya, juga memeriksa keadaannya secara pasti."

Athanasia mendengarkan penjelasan Lucas, sebelum sekali lagi, telinganya menangkap ringisan Cale.

"Apa Cale ... kesakitan?"

"Mungkin."

Sebelum Athanasia membuka mulutnya kembali untuk bertanya pada Lucas, pintu besar ruangan itu terbuka. Menampilkan Claude dan Felix yang berjalan menghampiri mereka.

"PAPA!"

Athanasia bangkit dari tempat tidurnya dan berlari menuju Claude.

Tersandung, Athanasia hampir saja terjatuh dan menghantam lantai. Untungnya Claude bergegas mendekat dan menangkapnya.

Claude menggendong Athanasia saat anak perempuannya itu menunjuk Cale dengan sebelah tangannya dan mata yang memancarkan ketakutan.

"Papa! Cale akan baik-baik saja, kan?"

Air mata menggenang di sudut mata Athanasia, tampak siap tumpah kapan saja.

Hati Claude agak terenyuh melihat anak dalam gendongannya yang akan menangis, dan anak lain yang masih belum sadar. Dia beralih pandang pada Lucas yang mulai terbatuk-batuk.

Felix mendekat untuk membantunya tetap seimbang.

"Sepertinya saya sudah menghabiskan seluruh kekuatan saya untuk menyembuhkan Tuan Putri."

Lucas entah bagaimana terlihat seperti anak kecil sekarang. Seperti dia baru saja mengecil karena kekurangan kekuatan.

"Saya mohon maaf sebesar-besarnya, Yang Mulia. Saya tidak bisa menyembuhkan Pangeran."

Air mata-palsu-menggenang di sudut mata Lucas. Dan Athanasia tiba-tiba merasa marah dan ingin menghancurkan sesuatu.

"Selain di sebabkan karena kurangnya kekuatan, ada sesuatu yang menghalangi saya untuk bisa mengetahui keadaan sebenarnya dari Pangeran. Kekuatan itu sangat besar dan sulit menanganinya tanpa menyebabkan pengaruh pada Pangeran."

"Saya takut menyakiti Pangeran kalau saya memaksa, Yang Mulia."

Claude mengerutkan dahinya bersamaan dengan giginya yang bergesekan di dalam mulutnya. Kekejaman tampak jelas terpancar dari mata biru permata miliknya.

𝗖𝗮𝗹𝗲 𝗱𝗲 𝗔𝗹𝗴𝗲𝗿 𝗢𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang