Bagian 3 𑁍

6.9K 829 29
                                        

Claude memanggil Athanasia dan Cale untuk Tea Time. Setelah Athanasia dan Cale duduk, dia mengamati kedua anaknya dengan tatapannya yang dingin.

Athanasia terus mengoceh, yang sesekali dia tanggapi. Sedangkan Cale diam dan dengan acuh tak acuh menatap meja yang mulai terisi.

Cale makan dengan tenang.

Sesekali melirik Claude dan menghela nafas.

Sebenarnya, dia ingin sekali bertanya tentang ibu kandungnya kepada Claude. Sebab, setiap kali dia bertanya pada Deruth, Violan, Basen, atau Lily, tidak satupun dari mereka menjawab.

Yang mereka lakukan adalah menjaga ekspresi mereka sebaik mungkin agar tidak terlihat tegang, kemudian mengalihkan topik pembicaraan.

Pernah satu kali Cale bertanya pada pengasuhnya tentang Freya.

Pengasuhnya tersebut adalah wanita yang sudah bekerja sebelum Deruth menjadi Duke. Itu sekitar 10 tahun yang lalu. Jadi sudah pasti kalau pengasuhnya itu mengenal Freya Henituse.

Namun sama seperti sebelum-sebelumnya, orang yang dia tanyai tidak juga menjawab. Wanita itu hanya tersenyum dan mengelus kepala Cale lembut.

Saat wanita itu menggendongnya, Cale menyadari kalau pengasuhnya sedang menggigit bibir bagian dalamnya.

Dia terlihat seperti akan menangis.

Sejak itu, Cale memutuskan untuk tidak lagi bertanya ataupun membahas tentang Freya.

Dia tidak ingin membebani pikiran keluarganya dengan rasa penasarannya yang tinggi, dan membuat mereka merasa bersalah karena tidak bisa memberitahu seorang anak yang ingin sekali tahu tentang ibu kandungnya.

Setelah bertemu Claude, Cale berpikir.

Kalau benar Claude ayahnya, kenapa dia tidak bertanya tentang Freya pada pria itu?

Pasti Claude tahu, bukan?

Cale : Aku akan menanyakan itu nanti.

Cale berpikir untuk menundanya setelah mendengar Athanasia bertaya lebih dahulu. "Papa, apakah itu enak?"

Athanasia bertanya dengan nada riangnya yang biasa saat menghadapi Claude.

Claude berhenti dalam gerakannya karena pertanyaan tidak terduga Athanasia. Dia mengamati isi cangkir teh di tangannya saat menjawab, "Aku tidak meminumnya karena rasanya."

Seraya memasukkan sepotong kue ke dalam mulutnya, Cale terus menatap Claude yang tengah memperhatikan pertengkaran kecil—itu bahkan terlalu sepele untuk di sebut pertengkaran—Athanasia dan Felix.

"Berikan saja. Tidak ada alasan untuk tidak memberikannya jika dia mau."

Claude melirik singkat pada Cale, "Apa kau
Juga mau?"

Cale cukup yakin teh yang sering di minum oleh Claude memiliki rasa yang lebih baik daripada Teh Lemon yang sering di bawakan Ron, jadi dia tanpa ragu mengangguk.

Dan dia merinding begitu mengingat bagaimana rasa Teh Lemon yang membuat Ron semakin menakutkan.

Sedikit bersyukur karena di sini, di dunia ini, Ron bukan Kepala Pelayan keluarga Henituse.

Dia tidak perlu khawatir tentang orang tua menakutkan yang akan membangunkannya setiap pagi, membawakannya minuman asam sambil tersenyum jinak seolah-seolah dia bukanlah pembunuh.

Claude memperhatikan bagaimana tubuh Cale merinding dan pupilnya bergetar untuk alasan yang tidak dia ketahui.

Tapi kemudian ekspresinya berubah sedih. Mata coklat kemerahan miliknya memancarkan suatu kerinduan yang membuat hati Claude merasa tercubit.

𝗖𝗮𝗹𝗲 𝗱𝗲 𝗔𝗹𝗴𝗲𝗿 𝗢𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang