11. Kericuhan SMA Mandala

28.5K 2.4K 37
                                    

Selamat membaca. Tolong, jangan jadi reader silent ya!



"Aileen, lo udah tau belom kalau Alvarez dikeluarin dari sekolah?" Siska, sekretaris kelas 12 Mipa 1 mendatangi Aileen dengan nafas memburu berat.

Aileen berhenti menulis, wajahnya mendadak pucat mendengar lelucon gila di pagi hari. Saat tidak melihat ekspresi bercanda dari wajah Siska, ia segera berdiri.

"Anggota Calveraz lagi pada kumpul di aula, mereka ramai-ramai ngucapin salam perpisahan ke Alvarez," imbuhnya memberitahu.

"Aula mana?" Aileen bersiap pergi.

"Aula indoor."

"Aileen, tunggu!" cegah Siska "Lo liat Dara nggak?"

"Dia lagi di perpus," jawab Aileen seraya melangkah keluar.

Pikirannya kalut, ia berlari menghalau siapa pun yang mencoba menghalangi jalannya. Berita Alvarez dikeluarkan dari Mandala menyebar cepat ke penjuru sekolah, semua siswa bertanya-tanya masalah apa yang sudah Alvarez perbuat hingga kepala sekolah berani mendepaknya. Namun, mereka tidak ada yang tahu dan muncul dugaan-dugaan bahwa Alvarez beserta pasukannya ketahuan mengkonsumsi narkoba.

Itu adalah alasan paling masuk akal karena memiliki poin paling banyak setelah hamil di luar nikah. Mereka tahu bagaimana sikap Alvarez di sekolah, berandal dan tidak suka di bantah, jelas bukan rahasia umum lagi bila laki-laki itu berani mengkonsumsi obat-obat terlarang.

Sepanjang menyusuri koridor tidak satu pun perkataan dari mereka dipercaya oleh Aileen, gadis itu menyangkal dan yakin kalau Alvarez tidak akan menyentuh lingkaran hitam seperti itu. Sampai di mana, kakinya berhenti di ambang pintu aula, melihat Alvarez berkumpul dengan anak buahnya di sana.

"Cari cewek itu, gue yakin dia mata-mata dan terlibat ke dalam penjebakkan. Apa pun caranya, lo semua harus temuin dia!" tuntut Alvarez secara tegas.

"Selediki sesuai perintah gue, jangan sampai pihak kita kalah sama permainannya, kalau perlu ikutin gimana alurnya dan buat permainan dalam permainan."

"Jen, lo kirim foto cewek itu ke grub utama supaya semua orang bisa pantau."

"Nggak ada yang tahu dia di kelas berapa, bisa jadi junior dan bisa juga senior seperti gue. Intinya, dia punya gelang sesuai yang di foto sama Jeno."

"Gue tegasin, jangan gegabah, bukan berarti dia cewek bisa dibekuk gitu aja. Kalau dia ternyata emang benar orang suruhan blackcrow, langsung aja seret ke markas, sisanya biar gue yang urus."

"Kalau dia bisa main licik itu artinya kita bisa main cerdik. Gibran yang akan gantiin posisi gue setelah gue nggak ada di sini."

"Paham nggak lo semua?" tandas Alvarez meninggikan suara, tatapan tidak rela menyelimuti perkumpulan mereka.

"JAWAB PERTANYAAN GUE?"

"P—paham, Bang," jawab mereka secara kompak kecuali lima petinggi Calveraz, mereka tidak ada yang membuka suara.

"Sesuai janji gue kemarin, gue akan cari pelakunya sampai ketemu." Faldi berucap tegas.

"Bagus, sekarang lo semua boleh pergi," kata Alvarez.

Bukannya menuruti perintah ketuanya, mereka justru membentuk lingkaran dengan Alvarez berdiri di tengah-tengah. Saling merangkul mengucapkan visi misi bersama, sumpah janji mereka terhadap kehormatan Calveraz. Setia itu mahal perlu pembuktian, tiga tahun memegang kendali SMA Mandala membuat Alvarez tahu siapa saja yang setia dan yang berkhianat. Penghianat itu sendiri memiliki tempat dan hukuman secara khusus, datang tanpa permisi maka pulang pun tanpa kaki.

Calveraz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang