Selamat membaca. Tolong, jangan jadi reader silent, ya!
•
•
•Cuaca panas menembus permukaan kulit, bersinar secara terang benerang hingga membuat penghuni bumi mengeluh pada matahari. Jakarta menjadi salah satu kota yang memiliki cuaca terpanas di Indonesia tetapi juga menjadi kota terpopuler hingga mendapat julukan J-Twon atau The Big durian. Tak heran bila di mata orang luar, Jakarta adalah tempat yang menyamai keindahan New York City.
Di bawah terik matahari, Aileen sedang menjalankan hukumannya, berlari mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali. Pak Joko memberi kenaikan dua kali lipat karena Alvarez tak ingin mematuhinya. Dan sekarang, Aileen merasakan tubuhnya panas dingin dengan kaki gemetar seperti ingin tumbang. Ia berhenti sejenak, mengatur deru nafas yang tidak beratuan sembari menyeka keringat secara kasar lalu melanjutkan hukuman sebelum ada siswa lain yang melihatnya.
"Lo bikin gue naik darah, Aileen!"
Aileen menolehkan kepala ke sumber suara, mendapati Alvarez sedang berdiri membawa satu botol minuman di sana.
"Sikap lo yang keras kepala seperti ini, yang buat gue makin nggak suka sama lo," desahnya kesal.
"Ambil." Alvarez menyerahkan botol minum kemudian melangkah ke salah satu bangku dekat lapangan.
Gadis itu terdiam setelah menerima minuman, netranya ia bawa mengawasi Alvarez sedang duduk dengan suasana hati sedikit buruk. Laki-laki itu tampak menahan kesal, menahan marah, dan juga menahan diri dari kekerasan. Ia tersenyum karena mendapat perhatian kecil, tadinya kelelahan menjadi bersemangat sekarang.
Ya, karena ada laki-laki yang sangat ia sukai. Tanpa berpikir panjang, Aileen berjalan mendekati Alvarez dan mengenyakkan diri di sampingnya.
"Atur nafas lo."
Aileen menarik dan membuang nafas pelan. "Udah," jawabnya.
"Mandala ada di bawah kekuasaan gue, berani banget lo nggak nurut sama apa yang gue perintahin, hm?"
"Alvarez, udah dong marah-marahnya, serem tau."
"Gue begini karena ngebelain lo dari guru sialan itu, Aileen."
"Iya, makasih udah dibelain." Aileen tersenyum malu-malu.
"Nggak usah kepedean, senyuman lo jelek," hina Alvarez.
"Akhirnya ..."
Laki-laki itu menoleh. "Kenapa?"
"Akhirnya, kamu notice senyuman aku," jawabnya senang hati.
"Gue bilang, senyuman lo jelek, bangga?"
"Bangga dong, itu artinya, kamu ngeliat hal kecil dari perjuangan aku. Senyuman itu udah aku perlihatkan dari dua tahun lalu, tapi baru sekarang kamu notice nya. Gimana aku nggak bangga? Nggak senang?"
Alvarez terkekeh sembari menggelengkan kepala. Ternyata tidak begitu memuakkan berbicara dengan Aileen menggunakan kepala dingin, perempuan itu bisa menempatkan diri bagaimana bertutur dengan sopan. Ia mulai terbawa suasana, tidak sengaja melihat luka terbuka di lutut Aileen, sejenak memperhatikan kemudian bersikap seolah tidak peduli.
"Karena gue?" Dia bersandar pada kepala bangku, menunggu jawaban sambil mendongakkan kepala menatap langit.
"Apa?"
"Lo terlambat ke sekolah."
"Enggak kok," jawabnya bohong. "Kesiangan karena begadang."
"Alasan klasik," desis Alvarez. Dia menegakkan badan, merebut kotak bekal di samping Aileen dan membuat gadis itu menatap kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calveraz
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Cerita ini mengandung kata-kata kasar, Action, dll. Bijak dalam membaca❗ TERBIT‼️ "Jangan buat gue hilang kontrol, Aileen!" "Maaf." "Jangan pernah main-main sama dunia gue!!" **** Tentang perempuan sedang berusaha menda...