21. Siapa A2?

28.3K 2.4K 216
                                    

"Ketakutanku bukan lagi kehilanganmu, tapi terungkapnya jati diriku"



SELAMAT MEMBACA. TOLONG, JANGAN JADI READER SILENT, YA!

"Aduh, sorry-sorry gue nggak sengaja," ucap Dara meminta maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh, sorry-sorry gue nggak sengaja," ucap Dara meminta maaf. Ia tak sengaja menabrak seseorang ketika hendak berbelok ke arah tangga.

Dara membersihkan roknya yang kotor, menyadari seseorang yang ia tabrak juga sedang melakukan hal yang sama, ia buru-buru bangkit hendak membantu orang itu. Namun, ketika keduanya sudah beradu tatap, berhadap satu sama lain, netra mereka tampak membola karena terkejut.

"Yura?"

Yura menyibak rambutnya ke belakang secara anggun, mulutnya enggan mengatakan permintaan maaf karena sempat bersenggolan, perempuan itu memilih berdiri santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Long time no see, Dar," ucap Yura tersenyum miring.

"Dunia sempit banget, ya? Ada berjuta-juta penduduk bumi tapi lo lagi yang ditakdirkan ketemu sama gue."

"Orang munafik itu hidupnya selalu stuck, nggak pernah maju sama sekali."

"Lo ngomongin diri lo sendiri?" sahut Dara meringsek maju.

"Ada orang yang jadi lawan bicara gue, bego banget harus ngomongin diri sendiri."

"Lo kan emang bego, dari dulu nggak pernah pintar. Jadi, nggak usah bicara soal siapa yang munafik di sini, semua orang tau gimana busuknya lo selama ini, Ra."

"Oh, ya?" Wajah Yura seperti merendahkan keberadaan Dara. "Gue bukan busuk sih, tapi realistis."

Dara mengepalkan tangan di sisi tubuh, mendengar Yura tertawa membuatnya tidak terima. "Jangan bikin ulah di Mandala atau lo tau akibatnya!" ancamnya tajam.

"Ihh takut, serem banget, hahaha," ejek Yura penuh hinaan.

Cemoohan itu terdengar sangat jelas, bagaimana Dara tidak marah melihat tingkah murid baru yang sikapnya melebihi murid lama. Dari pandangan matanya saat ini, Yura bukan sekedar murid baru yang tiba-tiba datang bersekolah di Mandala tanpa membawa apa-apa, tapi Yura datang ingin melanjutkan pertikaian lima tahun lalu tentang kematian sahabatnya.

"Mata lo bisa santai nggak? Lo terkejut tiba-tiba gue ada di sini?" tanya Yura melipat tangan di depan dada.

"Gue nggak peduli, mau lo ada atau enggak, gue nggak akan mau tau tentang hidup lo," jawab Dara sarkatis.

"Hidup itu nggak melulu tentang lo, Ra. Lo boleh ketawa sepuas yang lo mau, tapi kalau udah puas, lo bisa tutup mulut dan nggak usah berlagak lo itu berkuasa di sini!"

"Kunci mulut lo rapat-rapat atau gue yang akan cabik-cabik sampai apa yang pernah lo keluarin, lo telen lagi. Lo pinter kan? Pahami baik-baik!"

Mulut manusia itu mudah kelepasan, mengeluarkan kata-kata kotor ketika tak bisa menahan perkataan. Terkadang, ingin sekali bersikap baik, menyegani lawan bicara tapi justru orang lain tidak mengerti bagaimana membalas rasa hormat sesama manusia.

Calveraz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang