18. Rasa Sakit Yang Diterima Aileen

28.8K 2.5K 228
                                    

SELAMAT MEMBACA. TOLONG, JANGAN JADI READER SILENT, YA!



"Woi, Rez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi, Rez. Lo kenapa?"

Gibran mendorong kasar seseorang yang memapah tubuh Alvarez. "Siapa lo?" bentaknya kasar.

"Siapa lo, Brengsek?" Cakra menarik kerah jaket laki-laki itu.

"M—maaf, Bang. Gue cuma disuruh bawa temen lo ke sini," jawabnya ketakutan.

"Siapa yang suruh lo, bilang sama gue?"

Gelagat laki-laki itu mencurigakan, datang membawa Alvarez dengan kondisi babak belur, jelas mereka tidak terima, semula baik-baik saja tetapi tiba-tiba penuh luka. Gibran menatap penuh perhitungan, menahan diri dari emosi supaya tidak melayangkan pukulan.

"Sialan, bisa-bisanya lo berani cari masalah sama kita," decak Jeno lalu membantu melepaskan jaket Alvarez. Tubuh sahabatnya penuh keringat, dapat dipastikan kalau Alvarez sempat beradu jotos yang entah dengan siapa.

"Maaf, Bang. Tapi, beneran gue cuma disuruh dan gue pun nggak kenal sama orangnya," jawabnya jujur.

"Siapa ketua lo?" tanya Ghazi dengan nada tidak santai.

"Sagara, Bang."

"Sagara siapa yang lo maksud?" serang Revan, hampir saja ia melayangkan pukulan karena tak bisa mengontrol diri.

"Itu anak buah gue," sergah Sagara datang bersama salah satu anak buahnya.

Gibran meringsek maju. "Apa maksud semua ini, Sa?"

"Sorry, tapi gue sendiri juga nggak tau sama masalah ini, Gib. Delon datang nyamperin gue, kasih informasi kalau Alvarez terkapar di samping motornya," jelas Sagara memberitahu.

"Lo tau gimana hubungan kita selama ini, kan?" Cakra mengeram marah. "Jangan sampai gue anggap lo sebagai penghianat, Sa."

"Serius, gue bener-bener nggak tau. Buat apa gue celakain Alvarez, dia juga sahabat gue," sela Sagara membela diri, memang sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Ia sibuk mengurus acara dan tiba-tiba mendapat kabar tidak menyenangkan tentang Alvarez.

Kebisingan di tempat arena mendadak berhenti, tidak ada lagi balap motor atau suara sorak sorai menyemangati, mereka bergunjing di belakang Calveraz, membicarakan soal kejadian tidak terduga yang menimpa Alvarez. Belum bisa dipastikan siapa dalang dari pengroyokan laki-laki itu, dari semua anggota geng motor yang datang ke arena, mereka sama-sama tak mau menuduh sebelum mendapat bukti secara jelas.

Calveraz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang