SELAMAT MEMBACA. TOLONG, JANGAN JADI READER SILENT, YA!
♡♡♡
Sejak tadi pikiran Alvarez berantakan, sudah mencoba tenang tetapi tidak bisa. Otaknya seperti tertimpa beban, berat dan tersiksa. Ia membelah kota Jakarta dengan Aileen duduk di belakang. Setelah perjanjian bersama Dara, pikirannya bertambah kacau, memikirkan secara berurutan apa saja yang akan ia lakukan ke depannya.
Kecepatan motornya berpacu tidak kencang, ini ketiga kalinya Alvarez membonceng Aileen pulang bersama. Momennya sekarang berbeda, ia yang mengajukan diri mengantarkan perempuan itu untuk pulang ke rumah, bukan Aileen yang memohon-mohon. Dari kaca spion, Alvarez bisa melihat wajah datar Aileen tersapu angin, sama sekali tidak ada senyuman atau setitik keceriaan, gadis itu diam membisu sepanjang perjalanan.
Aneh, memang, ada rasa tidak senang ketika Aileen bersikap dingin, hari-hari kemarin dengan sekarang benar-benar menunjukkan perubahan.
"Aileen?" panggilnya.
"Kenapa, Rez?"
"Mau langsung pulang?"
"Iya," jawab Aileen tanpa berpikir, dan jawaban itu cukup mengejutkan.
Seharusnya seperti ini bukan? Bersikap seadanya, tidak perlu menunjukkan sikap excited kepada orang yang tidak mengerti arti perjuangan.
"Kenapa nggak belok ke kiri? Kamu lupa jalan pulang ke rumah aku?"
"Alvarez?"
"Kita mau ke mana? Kenapa kamu diem aja?"
"Pegangan, bentar lagi turun hujan." Alvarez tahu karena mempelajari tentang awan cumulus dan cumulonimbus yang terbentuk di atas langit.
Aileen mendongak ke atas. "Tiba-tiba banget, tadi pagi cuacanya cerah," gumamnya pelan.
"Yang awalnya cerah belum tentu sampai akhir, di pertengahan masih bisa berubah-ubah."
"Emang bisa begitu?"
"Bisa, kalau Tuhan sudah berkehendak, apa yang nggak mungkin menjadi mungkin."
"Rez?"
"Hm?"
"Kita ngehabas apa sekarang?" Aileen ikut menatap wajah laki-laki itu dari kaca spion, keduanya berpandangan melalui pantulan kaca.
"Tentang awal yang di pertengahan bisa berubah itu maksudnya gimana?"
"Sama nggak, sama perasaan kamu ke aku?"
"Kamu bilang, bisa berubah-ubah, kan?"
Cukup lama Aileen menunggu, gerak respon Alvarez menunjukan kebingungan dari raut wajahnya, laki-laki itu takut keliru memberi jawaban, takut juga melukai perasaan Aileen. Ah, sejak kapan ia peduli dengan gadis itu, selama ini selalu cuek dan tidak mau tahu. Aneh, sekali lagi Alvarez bisa menangkap keanehan dalam dirinya.
"Kita mampir dulu di warkop depan," kata Alvarez mengubah topik.
"Kenapa enggak di jawab dulu?"
"Penjelasan gue di uks, apa lo masih belum paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Calveraz
JugendliteraturFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Cerita ini mengandung kata-kata kasar, Action, dll. Bijak dalam membaca❗ TERBIT‼️ "Jangan buat gue hilang kontrol, Aileen!" "Maaf." "Jangan pernah main-main sama dunia gue!!" **** Tentang perempuan sedang berusaha menda...