15. Alvarez dan Segala Kecurigaannya

29.4K 2.2K 78
                                    

"Tolong beritahu aku bagaimana caranya menghentikan sebuah perasaan"

-Dara Florencia-


"Lo kenapa, Rez?" Seruan Cakra mengagetkan semua orang, mereka menyambut kedatangan Alvarez dalam keadaan babak belur.

"Siapa yang udah bikin lo begini, Rez? Bilang sama gue?" Lanjutnya tidak terima, ia mengambil alih posisi Aileen yang memapah ketuanya.

Ghazi ikut bertanya, "Alvarez kenapa?"

"Tadi waktu di jalan, aku sama Alvarez dihadang sama orang-orang pakai motor gede, mereka bukan cuma satu tapi banyak," jawab Aileen menghadap anggota Calveraz.

"Blackcrow?"

"Bukan, kata Alvarez geng motor dari Bandung."

Ghazi segera membantu. "Bener apa kata Aileen, Rez?"

Alvarez mengangguk sebagai jawaban, ia duduk di kursi dengan meluruskan kakinya di atas meja.

"Kalau begini caranya kita harus lapor ke Sagara supaya dia bantu ngehabisin geng motor yang udah ngeroyok lo, gue nggak terima sampai mereka lolos gitu aja," tegas Cakra mengamuk.

"Apa alasan mereka?" Revan meletakkan segelas air.

"Minta balik motor yang udah jadi taruhan di arena," balas Alvarez seraya meneguk air putih.

"Yang bener aja minta balik, taruhan ya taruhan, mana bisa dibatalin. Tau peraturan nggak sih mereka?" omel Jeno seperti cacing kepanasan.

"Biasa, anak kemarin sore."

"Kira-kira siapa? Lo kenal nggak?" tanya Ghazi duduk di sebelah Alvarez.

"Mereka nggak pakai nama komunitas, gue nggak tau."

"Sagara pasti tau, gue mau lapor masalah ini ke dia," kekeh Cakra dengan pendiriannya. Ia adalah orang pertama yang maju paling depan bila itu menyangkut tentang keselamatan sahabatnya. 

"Harus di usut sampai tuntas, modelan mereka itu cuman jadi hama di masyarakat. Bisanya bikin onar sama kegaduhan," tambah Jeno.

"Yang penting Alvarez nggak apa-apa, masalah mereka dari komunitas mana biar Sagara yang turun tangan, kita tunggu informasi selanjutnya dari dia," saran Revan selalu berpikir rasional.

Fyi, Sagara adalah teman seperjuangan mereka yang memimpin geng motor di Bandung. Melalui koneksi cukup luas membuat meraka saling mengenal dan menjunjung tinggi solidaritas. Tak heran di dalam lingkup pertemanan mereka saling tolong menolong tanpa memikirkan siapa yang benar dan yang salah, pada intinya satu diusik maka semua turun tangan.

"Sini aku bantu lepas jaket kamu," ujar Aileen dan tidak mendapat penolakan dari Alvarez.

"Yang lain pada kemana?"

"Sebagian ke rumah sakit jagain Gibran. Ntar malam gue, Revan, Jeno sama Ghazi yang ke sana. Lo gimana?" 

"Gue ikut."

"Tapi kondisi lo masih begini, mending istirahat dulu, lagian juga ada anak-anak yang lain di sana ikut bantu ngejagain Gibran," nasehat Ghazi.

Calveraz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang