27. Rasa Yang Mulai Ricuh

29K 3K 750
                                    

Selamat Membaca. Tolong, Jangan Jadi Reader Silent, Ya!

♡♡♡

"AILEEN, BERHENTI!"

"BAHAYA NYETIR SENDIRI SAMBIL HUJAN-HUJANAN!"

Seseorang berteriak menembus derasnya hujan, suranya yang tak sampai membuat perempuan itu tidak mendengar dengan jelas. Revan menambah kecepatan motornya membelah pada jalanan yang lenggang menyamai motor Aileen. Ia membuka kaca helm meminta perempuan itu untuk menepi tetapi tidak dihiraukan.

Keduanya sempat mengalami aksi kejar-kejaran karena Aileen beramsumsi orang itu adalah orang asing, semakin cepat ia berkendara, orang itu juga semakin mengejarnya.

"AILEEN ..." panggil Revan, kali ini posisi motornya berhasil menyamai motor perempuan itu.

"Berhenti, bahaya berkendara di tengah hujan."

"Pinggirin motor lo, ada yang mau gue bicarain," perintahnya menunjuk tepi jalan.

Aileen menyadari seseorang itu adalah Revan, saat kaca helmnya ia buka, ia diserbu besarnya tetes hujan dan interupsi keras laki-laki itu. Di depan sebuah ruko tidak terpakai mereka memutuskan sama-sama berhenti dengan keadaan basah kuyup.

"Kenapa, Van?" tanya Aileen sedikit terkejut dengan kemunculan Revan secara tiba-tiba.

"Alvarez ngehubungin gue, dia punya tanggung jawab tapi nggak bisa dia lakuin."

"Terus?"

"Tanggung jawabnya dilempar ke gue, Ai. Alvarez minta gue untuk menyelesaikan tugasnya," kata Revan seraya melepaskan jaket anti airnya lalu ia berikan pada Aileen.

"Tugas apa?"

"Mengantar lo pulang sampai rumah dengan selamat," jelas laki-laki itu.

Aileen mulai mengingat satu hal, tentang kejadian di rumah Alvarez dan juga bagaimana laki-laki itu mengusirnya. Alvarez memang mengajukan dua pertanyaan, meminta Revan datang atau membawa salah satu mobilnya, tapi Aileen tidak mau merepotkan dan memilih pulang sendirian.

Revan sendiri tidak mengajukan pertanyaan, kebangsatan sahabatnya tidak perlu mendapat pembahasan. Ia tahu betapa brengseknya sifat Alvarez ketika seseorang ikut campur ke dalam urusannya dan Revan memilih diam. Bukankah, diam itu adalah emas?

"Gue bisa pulang sendiri, Van." tolak Aileen tanpa berpikir. "Gue nggak mau ngerepotin orang lain."

"Jadi, gue masih orang lain di mata lo?"

"Itu namanya istilah," sanggah Aileen.

"Istilah orang lain lebih tepat lo tujukan ke orang yang nggak lo kenal. Gue sama lo kan saling kenal," jelas laki-laki itu.

"Iya."

"Iya apa nih?"

"Kita saling kenal."

"Ya udah, berarti lo nggak masalah kalau gue antar pulang?"

Aileen tak kunjung memberi jawaban, ini yang ia mau, ia berharap supaya Alvarez bisa memperlakukannya dengan baik, dengan suka rela tetapi bukan laki-laki itu yang memenuhinya. Atmosfer di depan ruko tiba-tiba berubah, mata pekat Revan mengunci segala rasa di tempat itu.

Calveraz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang