wih

1.3K 211 22
                                    

Terlihat seorang anak laki-laki berambut coklat dan berkata coklat, dia adalah Lean. Ya dia Lean atau lebih tepatnya jiwa Rekan yang hidup di dalam raga Lean.

"Halo, kalian melamun lagi?" Tanya Lean seraya melambaikan tangan ke arah mereka.

'Ini perasaan gw, apa gw emang jadi kalem?' tanya Lean dalam batin pada diri sendiri.

Sementara para pangeran masih menatap Lean dengan kekaguman, Lean mendapatkan ide untuk berbuat jahil.

"Kalian tu, kalo orang bicara di dengarkan." Kata Lean mendekat ke arah para pangeran dan..

|plak|

|plak|

|plak|

|plak|

|plak|

|plak|

Setelah menampar para pangeran, Lean bergegas berlari menjauh. Sedetik kemudian para pangeran sadar akan Lean yang kabur dan berlari mengejar.

"Leandra Veliks Agranta!!" Teriak para pangeran berbarengan.

"Hahaha, rasain tu, makanya orang bicara itu dengarkan, dasar bongkahan es salju!!" Lean menoleh membalas teriakan para pangeran.

"Awas bi!" Teriak Lean berpapasan dengan salah satu maid nya.

"Ya ampun tuan muda, jangan berlari di mansion!!" Teriak maid itu terkejut.

"Awas!" Teriak para pangeran.

"Yang mulia, jangan berlarian di mansion!" Teriak maid itu lagi.

"Misi-misi."

"Tuan muda!!"

"Awas-awas,"

"Yang mulia!!"

"Air panas lewat."

"Astaga tuan muda!!"

Akhirnya keadaan mansion di pagi hari penuh kerusuhan yang di buat oleh Lean dan para pangeran. Di sepanjang jalan Lean terus berteriak pada para pekerja yang menghalangi jalannya.

"Kalian tidak bisa mengejar ku." Ejek Lean menoleh ke belakang.

"Lean, awas!!" Teriak para pangeran panik.

"Hah, ap-"

|Duak!|

|prang!|

|bruk!|

Lean menabrak tiang di depannya dan menyenggol vas di sampingnya. Dengan apiknya dia terduduk di depan tiang yang di tabrak nya.

'Ini kenapa lagi tiang ada disini?' batin Lean kesal. La ya emang di sana Lean bodo ( ̄へ  ̄ 凸

Para pangeran segera menghampiri Lean dan membantu Lean untuk berdiri. Dengan telaten mereka membersihkan debu yang menempel serta mengecek jika Lean terluka.

"Kalau mau nangis, nangis saja." Celetuk Arves tanpa dosa.

"Apa eng-engga ya, Le-Lean hiks nggak akan hiks nangis hiks." Runtuh sudah pertahanan dirinya agar tak menangis, salah Arves pastinya.

"Sudah-sudah, sini Xander gendong." Kata Xander menenangkan Lean.

Sedangkan yang lain hanya menatap tajam Arves. Arves harusnya tau bahwa anak kecil tidak akan menangis jika tidak di katai.

"Apa lihat-lihat?!" Garang Arves karena risi dengan mereka yang melihat ke arahnya, dan hanya mendapat gelengan sebagai jawaban.

"Cih." Decih Arves sebal, padahal mau ngomel dia tu, cuman karena menjaga image sebagai pangeran yang irit bicara makannya dia diam saja.

Sementara Lean yang ada di gendongan Xander cuman bisa diam aja. Ya mau ngapain? Orang habis jatuh, mau buat ulah? Sorry dah kapok, kapan-kapan lagi aja.

Hari itu pun berlalu dengan Lean yang terus berada di gendongan 6 orang pangeran itu, iya, mereka rebutan mau gendong Lean.

Ya mau gimana lagi? Lean bisa sih mukul mereka lagi, tapi takut kualat dia. Terus kalo ada perang cuman gara-gara mau gendong Lean, kan gak seru kalo dia yang disalahkan.

Para pangeran dan raja pulang ke kerajaan sehabis makan malam, gak tau kenapa. Mungkin mereka kehabisan nasi di kerajaannya sendiri, kasian harus makan di mansion orang.

"Kami akan kemari 2 hari lagi Alex." Kata raja Aron menatap Duke Alex sebelum pergi.

"Haha, tak usah." Jawab Duke Alex tersenyum manis, lebih tepatnya iblis sih.

Di perhatikan, bibir Duke Alex agak bengkak tu, ga tau kenapa digigit lebah mungkin ya. Kasian Duke harus nerima makhluk tak di undang ke mansionnya dua hari sekali, cape ya?

"Lean kami akan pergi, jangan sakit dan jangan tidur terlalu larut." Ucap pangeran Milo menasehati Lean.

"Iyaa."

"Kami pergi dulu, kelinci kecil kami." Gombal Feliks pada Lean dan mengecup punggung tangannya.

Emang kebiasaan di Feliks, setiap mau pamit pulang harus ngegombal dulu, dasarnya memang titisan bebek sawah dia.

"Sudah, kalian cepat pulang." Usir Duke Alex karena melihat putranya yang terus di goda, maklum Lean seperti anak gadis makanya di jaga ketat oleh sang Duke.


























Bersambung, cape aing nulis ini

100+ vote, nggak lanjut kalo nggak terpenuhi.

Chap ini awal masuk alur yang gw bilang ya, udah itu aja, mau mengistirahatkan jempol tangan dulu.

Bubay

The Duke(Hiatus!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang