mencengangkan

3.1K 423 50
                                    

"Hei." Sapa Arves ramah, dan berdiri di belakang Lean. Entah darimana dia datang dan sudah berada disana

"Kau hampir membuat-ku terkejut."

"Maaf."

Arves akhirnya mengajak Lean berkeliling istana. Mengenal-kan tempat-tempat yang di ketahui-nya.

"Itu adalah ruangan pertemuan, jika lurus ke depan itu tempat para kesatria." Kata Arves menjelaskan ruangan di depannya.

"Para kesatria? Bisa tidak, kita melihat-nya?" Tanya Lean penasaran.

"Tentu, apa kau ingin melihat-nya?"

"Iya."

"Baiklah,ayo." Ajak Arves menarik tangan Lean. Melewati lorong, menuju tempat kesatria.

"Hebat." Puji Lean memandang  dengan tatapan berbinar.

"Arves, bisa tidak kau bertarung dengan yang itu." Tunjuk Lean pada komandan kesatria.

"Tentu, tapi ada hadiah?"

"Ya, aku akan memeluk-mu"

Seketika muka Arves menjadi merah tipis. Dirinya tidak menyangka Lean, akan memberi hadiah itu.

"Baiklah kalau kau memaksa." Ucap Arves dengan dingin.

'Tsundere, ya' batin Lean pasti.

"Hei, komandan!!" Panggil Arves pada komandan kesatria menghentikan latihan yang sedang berlangsung.

"Ya pangeran, ada apa?" Tanya komandan menghampiri pangeran Arves.

"Dia menyuruh-ku untuk bertarung dengan-mu." Tunjuk Arves pada Lean yang berada di sampingnya.

'Tunggu, aku salah dengarkan?' batin komandan kesatria.

"Ayo, cepat!!" Perintah Arves karena komandan kesatria terlalu lama melamun.

"Ah, ya?"

Duel antara komandan kesatria dan pangeran Arves terjadi. Para kesatria beserta lean menonton di luar arena.

"Komandan akan melawan pangeran"

"Iya, dengar-dengar itu permintaan seseorang"

"Sungguh, apakah itu tuan muda reval?"

"Sepertinya bukan"

Lean hanya mendengar-kan bisik-bisik para kesatria, sembari melihat ke arena.

"Sudah siap, pangeran?" Tanya komandan kesatria sembari mengacungkan pedangnya.

"Tentu." Jawab pangeran Arves singkat dan mantap.

Sring

"Keterampilan-mu tidak berubah ya pangeran." Ucap komandan kesatria sembari menyerang.

"Tentu"

Duel berakhir dengan kemenangan Arves setelah menjatuhkan pedang dari sang komandan.

"Hm, hebat." Puji Lean terhadap permainan pedang Arves.

"Hadiah." Ucap Arves pelan.

Lean akhirnya menghampiri Arves ke arena, dan memeluknya. Arves menyukai ini, tubuh Lean yang kecil dan rapuh seakan bisa hancur kapan saja ada dalam dekapannya. Dia berpikir bagaimana jika Lean menjadi adiknya saja, dengan senang hati Arves akan mengurung adik manisnya ini.

"Kau puas?" Tanya Lean pada Arves setelah melepas pelukannya.

"Ya."

"Baik, ayo lanjut berkeliling." Kata Lean menarik tangan Arves untuk pergi dari tempat itu.

The Duke(Hiatus!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang