Najis

549 35 8
                                    

"Hai Lean," Sapa Calvin begitu melihat Lean tiba diruangan tersebut.

"Hai, maaf membuat kalian menunggu." Kata lean menyapa para pangeran.

"Tak apa, kau pasti sibuk mengurusi wilayah duke utara yang luas ini." Jawab Arves sembari menepuk-nepuk pucuk kepala Lean.

'Heleh monyet, ngapain juga pegang-pegang, najis,' batin Lean berbanding terbalik dengan mukanya yang tersenyum.

"Udah, tangan anda itu najis arves," tegur Feliks dengan senyum ramah.

"Tidak Feliks, tanganku selalu bersih tidak seperti sikap Calvin," balas Arves tidak terima dibilang najis, malah numbalin Calvin lagi.

"Heh, apa nih? Kok aku? Aku ga berbuat apa pun loh?" Tanya Calvin yang bingung karena dirinya tiba-tiba disebut.

"Hm, apa kita perlu mengingatkannya?" Tanya Arves tiba-tiba.

"Ingat tidak waktu kita umur 7 tahun dulu? Calvin...."

Flashback

"Eh, kita mau gimana sekarang?" Tanya Calvin pada teman-temannya.

"Keliling aja deh, udah lama ga keliling." kata Lean yang disetujui oleh semuanya.

"Baiklah, pasti mereka tidak sabar menemui pangeran tampan ini." celetuk Calvin dengan muka sombongnya.

'Dilihatnya najis.' batin Lean jengah.

'Aduh, narsis.' batin Arves melihat tingkah Calvin.

'Norak.'

'Percaya diri sekali bocah ini.' batin  Feliks yang ada dibelakang Calvin.

Flashback off

"Itu tingkahmu yang najis." kata Feliks mengingat kejadian waktu berumur 7 tahun.

"Dih, kan aku memang tampan." balas Calvin percaya diri.

'Dih, muka pas-pasan gitu.' batin Lean memutar bola matanya.

"Daripada itu, aku lebih mengingat waktu xander marah kemarin." celetuk Arves tiba-tiba.

Mereka akhirnya mengingat-ingat kejadian pesta kemarin. Xander yang marah karena disentuh oleh anak perempuan, dan perbuatan mereka juga.

Flashback on

Pesta musim semi dilakukan dengan sangat meriah di Kerajaan Whife. Mereka bertujuh, dengan Reval dan Rafeel tentunya. Mereka disibukan oleh para bangsawan lain yang berusaha untuk menjalin kerjasama.

"Kak, ini kapan selesainya ya?" Tanya Rafeel yang berdiri disamping Lean dan menggunakan bahu kakaknya ini menjadi sandaran.

"Mungkin sebentar lagi." Jawab Lean sembari mengelus surai Rafeel yang ada di bahunya.

Rafeel tentu senang dengan perlakuan Lean yang ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Dia jiwa yang tersesat di dunia novel hanya bisa percaya dengan Lean yang sama-sama jiwa tersesat. Tapi ada yang aneh, Rafeel sejak tadi merasakan panas di punggungnya.

'Berani sekali dia.'

'Dasar para bangsawan haus kekuasaan. Biarkan aku pergi.'

'Aku juga ingin.'

'Haruskah dibiarkan?'

'Kapan ini berakhir?'

Saat sedang menatap Rafeel dan Lean, Xander merasakan aura buruk didekatnya. Ini bukan pertanda baik, Xander segera pergi dari tempatnya namun...

"Pangeran Xander~" ucap seorang anak perempuan yang menghampiri dengan manja.

"Kamu tau tidak? Kita akan dijodohkan lohh." Kata anak perempuan itu sembari bergelayutan manja pada salah satu tangan Xander.

Orang-orang yang berada dipesta tersebut tercengang dengan kelakuan anak itu yang sangat berani. Walaupun dia seorang putri dari Kerajaan lain, tentu saja seharusnya dia tidak melakukan hal seperti itu. Teman-teman Xander yang melihat itupun hanya membatin sinis. Melihat Xander yang seperti terganggu, mereka dengan segera menuju ke tempatnya untuk membantu.

"Heh, gausah pegang-pegang, tanganmu itu najis." kata Arves melepaskan tautan tangan anak itu pada Xander.

"Suara kayak tikus kejipit aja bangga." kata Lean menatap sinis.

"Tolong sadar diri dan tau diri ya." celetuk Reval dengan senyuman manisnya.

"Muka ga seberapa juga." ucap sinis Rafeel.

"Mimpimu terlalu tinggi, tolong bangun dulu." kata Calvin yang ada dibelakang Xander.

"Intinya, kamu itu Najis." seru mereka kompak pada anak perempuan itu.

Xander yang melihat kelakuan teman-temannya itu tersenyum tipis. Ternyata begini rasanya dibela oleh orang lain.

"Lebih baik kau pergi, karena dirimu itu kotor dan najis, tidak cocok dengan tempat ini, dan jangan bermimpi terlalu tinggi." kata Xander dengan menusuk.

Mendengar hal-hal tersebut anak perempuan itu pergi dengan menangis. Mereka yang melihat itu tertawa sekaligus merasa kasian pada anak itu yang harus menghadapi iblis bermuka malaikat.

"Kasian sekali anak itu, pasti terguncang." kata Lean diangguki oleh semuanya.

Flashback off

•bersambung•

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Duke(Hiatus!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang