Fahri terbangun karena ada yang mengelus pipi kanannya. Ternyata itu Angelina, yang membuatnya tersenyum.
"Shalat Ashar dulu. Nanti jam setengah lima kita pergi cari takjil," ucap Angelina.
"Hm," gumam Fahri.
Fahri tersenyum dan pergi mandi untuk shalat, sementara Angelina keluar dari kamar Fahri.
Setelah shalat, Fahri keluar dari kamarnya untuk menemui Angelina. Ia mencari sekeliling, dan ternyata Angelina berada di ruang tamu.
"Mom!" panggil Fahri.
"Kesini, nak," jawab Angelina.
Fahri mendekat dan duduk di sebelah Angelina yang sedang menonton siaran TV Indosiar, seperti biasa, yang membuatnya menangis. Fahri memperhatikan adegan film di mana sang suami selingkuh dari istrinya, dan ia merasa kesal oleh kejadian itu.
"Istrinya bodoh, ya? Sudah tahu suaminya selingkuh, malah dipertahankan terus rumah tangganya!" seru Fahri dengan nada terkejut.
Angelina menatap Fahri dengan bijak, lalu menjawab, "Nak, ada banyak hal yang dipikirkan seorang istri saat suaminya selingkuh."
"Dipikirkan? Apa lagi, Mom?" Fahri makin bingung.
"Kalau sudah punya anak, seorang istri kadang memilih untuk bertahan meski suaminya selingkuh, karena dia nggak mau anaknya kekurangan kasih sayang dari ayahnya," jelas Angelina dengan lembut.
"Dan ada juga yang nggak punya penghasilan sendiri, atau alasan paling klasik-mereka nggak mau mempermalukan nama keluarga," tambah Angelina lagi.
"Wow, ada yang kayak gitu, ya, Mom?" Fahri mulai paham, tapi masih terkejut.
"Ya, banyak. Dan suatu hari, kalau kamu punya istri, kamu harus jadi suami yang setia. Penuhi semua kebutuhan istrimu, jangan pernah sakiti perasaannya," ujar Angelina dengan tegas.
"Jangan khawatir, Mom. Aku janji!" Fahri berkata dengan penuh keyakinan.
"Tapi, Mom, aku ketinggalan pesantren kilat! Kan di rumah sakit terus!" keluh Fahri, merengut.
"Eh, kan kamu udah merasakan pesantren kilat selama beberapa tahun," jawab Angelina dengan senyum.
"Benar sih..." Fahri menyerah, sambil mengangguk.
"Aku tuh pengen banget pesantren, Mom," ujar Fahri dengan semangat.
"Kenapa pengen pesantren, nak?" tanya Angelina, penasaran.
"Ilmu agamaku masih kurang banget, dan aku belum jago bela diri," jawab Fahri, terlihat serius.
Angelina tersenyum lebar, "Kata Daddy, mulai besok kamu akan dapat guru karate pribadi! Biar kamu bisa bela diri kalau ada yang macam-macam!"
"Serius, Mom?! Wah, makasih banget!" seru Fahri dengan kegirangan.
"Tentu saja, mulai besok jam delapan pagi sampai sepuluh pagi. Siap-siap ya!" jawab Angelina.
"Eh, Mom, bisa nggak agak diundur? Jam delapan aku mau shalat Dhuha dulu," pinta Fahri dengan sedikit cemas.
"Ah, iya! Mom lupa. Jam sembilan aja, ya!" jawab Angelina dengan penuh pengertian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Teen FictionMahendra Sabil Al Fahri, seorang cowok yang selalu terlihat ceria dan penuh canda tawa di depan semua orang. Namun, di balik senyumnya yang menawan, ia menyimpan luka mendalam akibat perlakuan tak adil dari kedua orangtuanya. Topeng keceriaan yang i...