43 (ujian berlangsung)

493 44 24
                                    

Ujian nasional sedang berlangsung di salah satu ruangan ujian. Fahri duduk dengan santai, sesekali melirik ke kanan dan kiri, mencari jawaban dari teman-temannya. Namun, pengawas ujian yang duduk di depan melototi setiap gerak-geriknya.

"Pak, nanti matanya copot, lihatin saya mulu sejak tadi," ucap Fahri dengan santai, sambil melihat pengawas yang terus menatapnya dengan tajam.

"Kamu mencari contekan, Mahendra, makanya saya awasi!" tegas Pengawas ujian, dengan suara yang penuh peringatan.

"Saya kan sudah belajar selama beberapa bulan terakhir, untuk apa melakukan kecurangan seperti itu?" ucap Fahri, membela diri dengan nada tenang.

"Berisik lu, kelas buangan, mending mengerjakan soal saja sih!" Kesal Rivaldo, yang kebetulan sekelas dengan Fahri. Kelas IPA dan IPS dicampurkan untuk ujian, jadi mereka tidak duduk di kelas yang sama.

"Diam kalian berdua!" tegas Pengawas ujian, menatap tajam ke arah Fahri dan Rivaldo.

"Kamu, Mahendra, lebih baik diam saja!" Ucap Pengawas dengan nada yang semakin keras, menegur Fahri yang mulai mengganggu ketenangan ujian.

Fahri berdiri, membuat semua orang di kelas kebingungan dengan tindakannya yang tidak biasa dan dianggap sangat tidak sopan terhadap guru. Semua mata tertuju padanya.

"Saya sudah selesai sejak tadi dan hanya memperhatikan yang lain saja, karena waktu ujian masih sekitar satu jam lagi," ucap Fahri, sambil melirik ke sekitar ruangan.

"Ck, sok-sokan banget!" kata Rivaldo kesal, tidak bisa menerima sikap Fahri.

"Kayak ada nyamuk lewat tadi di telingaku," Fahri melirik dan meledek Rivaldo dengan nada santai.

"Keluar saja, Mahendra! Kau mengganggu yang lain!" Tegas Pengawas ujian, memerintahkan Fahri untuk meninggalkan ruang ujian.

"Baiklah pak, saya keluar sekalian referensi otak juga, kan sebentar lagi ujian fisika," Ucap Fahri, tidak merasa keberatan dan berjalan keluar dari ruangan lab komputer.

Setelah keluar dari ruangan, Fahri duduk di dekat pintu, sambil menunggu waktu ujian berakhir. Tidak lama kemudian, seseorang menepuk pundaknya. Fahri menoleh dan melihat Pak Dimas, yang membawa minuman dingin untuknya.

"Ujianmu sepertinya mudah ya, Fahri," ucap Pak Dimas dengan senyum hangat.

"Beberapa bulan terakhir sebelum ujian nasional, Daddy mendatangkan guru privat untukku agar aku lebih mengerti soal pelajaran. Cukup efektif juga bagiku," ucap Fahri, menjelaskan bagaimana dia mempersiapkan ujian.

"Tahun ini kau akan lulus dengan mudah, Fahri," ucap Pak Dimas, penuh harapan.

"Yah, kuharap begitu Pak, karena saat kelulusan SMP, aku harus mengulangnya sebanyak lima kali. Itu hal yang buruk bagiku," ucap Fahri, mengingat masa lalunya yang sulit.

"Peningkatan belajarmu terlihat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, semenjak kau tinggal dengan ayah dan ibumu yang orang luar negeri itu," ucap Pak Dimas dengan penuh pengakuan.

"Daddy dan Mommy tidak pernah memaksaku untuk belajar 24 jam nonstop, namun hanya menyuruhku belajar selama dua jam saja setiap harinya," ucap Fahri, sambil mengenang kebijakan orangtuanya.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang