Chapter 10

11.4K 587 12
                                    

Assalamu'alaikum teman-teman..

Jangan lupa tinggalkan jejak..

~Revisi setelah end

Happy Reading♡♡

***

Selama tiga hari ini Nadhira hanya bisa berpura-pura masih koma disaat ada Gus Azam atau yang lainnya mengunjungi rumah sakit.

Nadhira yang merasa bosan di rumah sakit akhirnya memutuskan untuk pergi walaupun masih harus mendapatkan perawatan. Melihat sekelilingnya sepi akhirnya Nadhira nekad membuka infusnya lalu berjalan kekamar mandi untuk mengganti pakaiannya karena kebetulan ada beberapa pakaian miliknya disana, entah lah itu untuk apa.

Dibuka pintunya lalu melihat sekelilingnya, merasa sudah aman Nadhira mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya dan berjalan keluar rumah sakit.

Sedangkan Dokter yang menangani Nadhira baru saja memberitahukan Gus Azam kalau Nadhira sudah bangun dari komanya.

***

Sampai dirumah Nadhira melihat sekeliling rumahnya, hiasan-hiasan bunga berada dimana-mana awalnya Nadhira tersenyum karena melihat itu tapi senyumnya hilang saat dia melihat sebuah nama, nama itu bukan nama miliknya tetapi nama wanita lain yg bersanding dengan nama suaminya.

Tidak lama kemudian suara seseorang yang tengah menuruni tangga, Nadhira memerhatikan baik-baik siapakah orang yang sedang bersama Gus Azam.

''Dokter bilang Nadhira uda—'' ucapan Gus Azam terhenti saat dia melihat kehadiran Nadhira. Begitupun dengan perempuan yang bersama Gus Azam ikut menatap Nadhira.

''Nadhira,'' ucap Gus Azam pelan lalu melepaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan perempuan itu.

Nadhira menggelengkan kepalanya sambil berjalan mundur dada nya terasa sesak saat melihat semua itu, pikirannya sudah kalut.

''Nadh.'' Gus Azam berusaha memegang tangan Nadhira tetapi Nadhira selalu menghindar.

''Ini kah yang di namakan janji, Mas?'' tanya Nadhira dengan air matanya yang mengalir di pipinya.

''Aku ingin memberi kejutan dengan sadarnya aku dalam koma, tapi salah malah aku yang di beri kejutan sama kamu dengan menikah lagi sama perempuan itu,'' ucap Nadhira sambil menujuk perempuan yang berdiri diam di depan tangga.

Gus Azam terdiam tidak bisa dia mengatakan apa-apa, dirinya merasa salah karena dia sudah menikah saat Nadhira koma.

Gus Azam langsung memeluk Nadhira dan Nadhira hanya diam tanpa memberontak atau melepaskan pelukkannya.

''Please Nadh maafin Mas,'' lirih Gus Azam sambil menangis.

Nadhira tidak menjawab ucapan Gus Azam, saat ini Nadhira hanya bisa diam untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.

''Kenapa nikahnya pas Dhira koma, Mas?'' tanya Nadhira pelan tapi Gus Azam bisa mendengarnya dengan jelas karena dia masih memeluk Nadhira.

''Kasih Mas waktu buat jelasin semuanya,''

Nadhira melepaskan pelukkan Gus Azam lalu menatap suaminya. ''Tapi sekarang Dhira capek, Dhira mau istirahat dulu yaa.''

Gus Azam mengelus kepala Nadhira lalu mencium kening Nadhira. ''Maaf.''

Nadhira tersenyum lalu melirik Salwa yang masih berdiri di tangga, Nadhira kemudian berjalan menuju kamarnya.

Perlahan Nadhira memasuki kamarnya dan nafasnya terhembus saat dia melihat tidak ada perubahan sedikitpun didalam kamarnya dan Gus Azam.

'Apakah mereka menghabiskan malam pertamanya disini.' batin Nadhira sambil melihat sekelilingnya dan Nadhira segera berjalan menuju lemari untuk memastikan kalau Salwa tidur dikamarnya tapi ternyata tidak ada. Nadhira ingat kalau ada kamar satu lagi disebelah kamar ini.

Rumah nya terlihat sudah sepi dan mungkin Gus Azam sudah pergi seperti biasa ke pondok dan Salwa ntah lah Nadhira tidak terlalu memikirkan perempuan itu.

Dengan hati-hati Nadhira memasuki kamar Salwa dan iya ternyata dia tinggal disitu. Tidak sengaja Nadhira melihat sebuah kertas yang terletak diatas meja lalu Nadhira segera mengambilnya.

Betapa terkejutnya Nadhira saat membaca kertas itu seketika rasa marah, kesal, kecewa dan ingin menangis bercampur aduk dalam dirinya. Kertas itu dari dokter hasil USG menyata kalau Salwa sedang hamil anak dari Gus Azam.

Nadhira langsung menutup kertas itu dan menyimpannya kembali segera dia berjalan ingin keluar dari kamar Salwa tapi ternyata Salwa sedang berdiri didepan pintu nya.

''Apa yang Ning lakukan di kamar aku?'' tanya Salwa sambil menatap Nadhira.

''Panggil Mbak,'' kata Nadhira.

Nadhira menghela nafasnya lalu menatap wajah Salwa lalu turun ke perut rata Salwa. ''Mas Azam udah tau kalau kamu hamil?''

''Mba-''

''Barusan aku lihat ada hasil USG,''

Salwa hanya menundukkan kepalanya. ''Maaf.''

Nadhira menatap ke arah lain sambil tersenyum. ''Terimakasih udah kasih Mas Azam keturunan walaupun bukan lahir dari rahim aku setidaknya udah menghabiskan rasa penasaran.''

Nadhira kembali menatap Salwa. ''Salwa, terimakasih.''

Salwa menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. ''Ak-''

''Tapi aku boleh minta kamu jangan tinggal disini?''

Salwa menatap Nadhira di saat Nadhira mengatakan itu.

''Tenang aja, aku gak bakalan ngelarang Mas Azam buat nemuin kamu,'' lanjut Nadhira.

Nadhira mendekati Salwa lalu mengusap bahu Salwa. ''Kamu udah sarapan?''

Salwa hanya menganggukkan kepalanya.

''Ya udah aku ke kamar dulu yaa.'' Nadhira melangkahkan kakinya meninggalkan Salwa yang masih diam ditempatnya merasa aneh dengan tingkah Nadhira.

''Kenapa bunda,'' lirih Salwa.

***

Nadhira merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan pikiran yang berantakkan, tidak menginginkan semua ini terjadi tapi malah terjadi.

Di pijitnya pangkal hidung karena pusing memikirkan semua yang terjadi ini. Mau bagaimanapun setelah ini Nadhira harus ikhlas, bukan?

Terkadang sesuatu hal yang terlalu ditakuti malah terjadi.

Nadhira merubah posisinya menjadi duduk lalu melihat kearah meja yang mana ponselnya terletak disana. Tiga tahun koma dan tidak memainkan ponsel. Nadhira membuka nya kemudian membuka aplikasi WhatsApp dan ternyata Gus Azam sudah memberitahukan anak halaqah nya tentang dia yang koma.

Di letakkannya kembali ponselnya di atas meja, awalnya alih-alih untuk menghilangkan pikirannya yang sedang kacau tapi sama saja tidak ada perubahan.

Diliriknya jam lalu berdiri dan berjalan menuju kamar mandi kemudian wudhu setelah itu shalat duha, hanya itulah yang Nadhira percayai untuk menenangkan pikirannya saat ini.

***

Boleh komen, tapi minta tolong untuk tidak komen kasar. Oke cantik?

Jangan lupa main ke Instagram
@aeeseeyah

Revisi, 07-08-2023

Gus Azam [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang