Chapter 14

9.4K 533 30
                                    

Assalamu'alaikum

Ciieee nungguin banget yaa sama kelanjutan cerita Gus Azam.

Sebenarnya kalian tim pembaca baru?
Atau lama?

Yaudah niih Ae lanjut

Happy Reading♡♡♡

***

Nadhira menyenderkan kepalanya dibahu Gus Azam, setelah shalat isya keduanya masih ada disekitar pantai. Mungkin malam ini adalah malam yang indah untuk Nadhira setelah berada di Jakarta, Gus Azam menatap istrinya lalu tangan kirinya merangkul bahu Nadhira dan mengusap-ngusap kepala Nadhira.

Suasana malam dipantai ini juga lumayan indah, ada banyak pengunjung datang kesana hanya untuk sekedar foto atau main-main.

Nadhira mendongakkan kepalanya untuk menatap suaminya. ''Uhibbuka filla jauzi.''

''Wa uhibbuki fillah jauzati,'' jawab Gus Azam sambil tersenyum.

Nadhira menghela nafasnya kemudian berdiri diikuti oleh Gus Azam, Nadhira berjalan membuat Gus Azam mengikutinya dari belakang.

Nadhira berdiri tepat ketika ombak itu kearahnya dan membasahi gamis yang sedang dia pakai. Nadhira kemudian menatap Gus Azam sambil tersenyum.

''Mas,''

''No, udah malam jangan basah-basahan sayang,'' ucap Gus Azam dengan lembut.

Nadhira menganggukkan kepalanya kemudian mendekati Gus Azam dan menautkan jarinya di jari Gus Azam. Gus Azam mengelus kepala Nadhira lalu keduanya berjalan menjauhi pantai menuju parkiran.

Sampainya diparkiran Gus Azam membuka pintu mobilnya untuk Nadhira dan kembali menutupnya setelah Nadhira masuk.

Sebelum melajukan mobilnya Gus Azam menatap Nadhira lebih dulu. ''Mau kemana? Beli apa?''

Nadhira berpikir sebentar lalu menatap Gus Azam. ''Batagor, ehh jangan deh somai aja, tapi kayaknya enak cilok.''

Gus Azam tersenyum ketika Nadhira tidak bisa menentukan pilihannya. ''Jadinya mau apa?''

''Bakso,''

Nahkan udah Gus Azam tebak kalau ujungnya pasti bakso.

Gus Azam kemudian melajukan mobilnya keluar dari parkiran menuju jalanan kota yang ramai oleh kendaraan, Nadhira melihat keluar jendela mobil melihat lampu yang menyinari jalanan dan bulan yang selalu setia ada disetiap malam dengan bintang yang ada disekitarnya.

Gus Azam menghentikan mobilnya ditempat jualan orang-orang. ''Tunggu disini aja yaa,''

''Iya,''

Gus Azam kemudian turun dari mobilnya menuju penjual bakso sesuai yang Nadhira katakan kalau dia ingin bakso.

Nadhira menyenderkan tubuhnya dan seketika pokusnya teralihkan pada ponsel yang menyala menandakan ada telpon masuk. Ponsel itu milik Gus Azam, Nadhira mengambilnya dan melihat siapa orang yang menelpon suaminya malam-malam seperti ini?

Salwa

Nama yang tertera di ponsel Gus Azam membuat tangan Nadhira panas dingin, inget dengan kenyataan ternyata Gus Azam bukan cuma suami Nadhira tapi juga suami Salwa jadi gak aneh kalau Salwa menelponnya.

Nadhira meletakkan kembali ponsel Gus Azam di tempatnya tanpa berniat ingin menjawab telpon itu, bukan cuma Nadhira yang sakit pasti Salwa juga akan sakit kalau Nadhira mengangkatnya.

Gus Azam [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang