Chapter 15

9.5K 491 7
                                    

Assalamu'alaikum

Jangan lupa vote

Happy Reading♡♡♡

Revisi setelah end

***

Nadhira menatap jam yang menunjukkan pukul 20:00. Dia duduk di kursi sofa ruang tamunya, hari ini benar-benar membuat Nadhira banyak pikiran. Nadhira memutuskan untuk pulang duluan tadi dan membiarkan Gus Azam menemani Salwa.

Suara mobil terdengar membuat Nadhira beranjak dari duduknya dan langsung berjalan membukakan pintu untuk suaminya, ternyata benar istri pertama tetap menjadi tempat suaminya pulang.

''Assalamu'alaikum,'' ucap Gus Azam sambil menatap Nadhira yang sudah berdiri didepan pintu.

''Wa'alaikumussalam,'' ucap Nadhira sambil tersenyum dan berjalan mendekati Gus Azam kemudian menyalaminya.

''Kenapa tadi pulang duluan?'' tanya Gus Azam lalu mencium kening Nadhira.

''Gak kenapa-napa,'' jawab Nadhira sambil tersenyum.

Gus azam menatap Nadhira, dia tahu pasti Nadhira cemburu karena seharian ini Gus Azam lebih dekat dengan Salwa.

''Mas minta maaf yaa sayang,'' ucap Gus Azam membuat Nadhira mengerutkan keningnya.

''Maaf? Emang Mas punya salah apa sama Dhira?''

''Banyak,'' jawab Gus Azam membuat Nadhira terdiam.

''Yaudah ayo masuk,'' ucap Gus Azam sambil merangkul bahu Nadhira dan menutup pintunya.

Nadhira melepaskan rangkulan setelah berada diruang tamu. ''Dhira bikinin teh mau?''

''Air putih aja,''

''Yaudah Mas ganti baju dulu,''

Nadhira berjalan kedapur untuk mengambil air putih dan Gus Azam berjalan kekamarnya untuk mengganti bajunya.

Nadhira masuk kedalam kamarnya lalu meletakkan gelas yang berisi air putih diatas meja sambil menunggu Gus Azam ganti baju.

Gus Azam berjalan mendekati Nadhira lalu memeluk Nadhira dari belakang, tidak membuat Nadhira terkejut karena dia sudah melihat Gus Azam dari cermin.

Nadhira terdiam sesaat dia kembali mengingat kalau tadi dia bertemu dengan ibunya tapi ibunya tidak mengenalinya sama sekali.

''Nangis Nadh jangan ditahan,'' lirih Gus Azam membuat air mata yang Nadhira tahan akhirnya runtuh juga.

Gus Azam membalikkan badan Nadhira dan membawanya kedalam pelukkannya.

''Maafin Mas, Nadh. Mas udah buat kamu kecewa,'' ucap Gus Azam tapi Nadhira tidak menjawabnya sama sekali.

Beberapa bulan kemudian.

Hari di mana seorang anak kecil akan lahir ke dunia ini, seseorang yang telah ditunggu kehadirannya.

Gus Azam dengan buru-buru menuruni anak tangga untuk menemani Salwa ke rumah sakit. Namun, Nadhira dengan cepat memanggilnya.

''Masss,'' panggil Nadhira membuat langkah Gus Azam terhenti dan menatap Nadhira.

''Kenapa?'' tanya Gus Azam sambil menaikkan satu alisnya.

''Jangan pergi,'' lirihnya dengan lemas.

''Nadh,''

''Nadhira minta Mas jangan pergi. Temenin Nadhira di rumah Mas kepala Nadhira sakit,'' ucapnya sambil memegang kepalanya.

''Nadh,'' ucap Gus Azam pelan.

''Gak bisa?? Salwa banyak yang nemenin di rumah sakit, Mas. Ada Ummi, Abbah dan santri yang lain. Mas mau biarin Dhira sakit sendirian di sini?'' ucap Nadhira diakhiri pertanyaan.

Egois dikit gak ngaruh!

Azam menghela nafasnya kasar lalu dia berjalan mendekati Nadhira.

''Iya Mas gak jadi pergi,'' ucap Gus Azam sambil tersenyum.

Nadhira menghentikan langkahnya lalu tersenyum miring.

''Ayo Mas antar ke kamar,'' ucap Gus Azam sambil memegang bahu Nadhira untuk memapahnya jalan menuju kamarnya.

Di Rumah Sakit

Semua orang tengah menunggu kedatangan Gus Azam terutama Salwa.

''Ummi Gus Azam mana?'' tanya Salwa dengan lemas untuk ke sekian kalinya.

''Belum datang pasti lagi di jalan,'' jawab Ummi Shafiyyah walaupun dia sendiri tidak yakin.

''Ummi keluar bentar yaahh,'' ucap Ummi Shafiyyah lagi dan di balas anggukan oleh Salwa.

Salwa menatap ponsel nya yang terletak di meja, dengan susah payah dia mengambilnya dan mencari kontak Gus Azam kemudian dia menelponnya.

Gus Azam yang baru saja masuk kamar bersama Nadhira mendengar suara hp nya yang berdering, Gus Azam langsung mengambilnya dan melihat nama yang tertera di sana.

''Mas angkat dulu ya,'' ucap Gus Azam dan di balas anggukan oleh Nadhira.

''Assalamu'alaikum Gus,'' ucap Salwa dengan ramah.

''Wa'alaikumussalam,'' jawab Gus Azam.

''Gus sekarang lagi di mana Salwa butuh Gus,'' ucap Salwa sambil menahan sakit di perutnya.

Gus Azam yang mendengar pertanyaan Salwa bingung akan menjawab apa, kemudian dia menatap Nadhira yang sudah menatapnya juga. Nadhira bahkan mendengar apa yang Salwa ucapkan.

''Gus,'' ucap Salwa dengan lemas.

''I-Iya Sal,'' ucap Gus Azam dengan gugup..

Praanggg..

Nadhira menjatuhkan gelas membuat Gus Azam terkejut. Salwa pun yang mendengar itu ikut terkejut.

''Gus kenapa?'' Tanya Salwa dengan panik.

''Sal nanti di lanjutin lagi yaa? kayaknya aku gak bisa datang, kamu di temenin Ummi aja yaa,'' ucap Gus Azam dengan panik lalu dia mematikkan telponnya dan langsung berjalan menuju tempat Nadhira.

''Nadhira,''

''Mas, kepala aku sakit,'' lirih Nadhira sambil memegang kepalanya.

''Tadikan udah di bilangin tidur, jangan kemana-mana,'' ucap Gus Azam lalu menidurkan Nadhira di atas kasur.

''Aku mohon Mas jangan pergi,'' ucapnya lagi dengan pelan.

Gus Azam menghela nafasnya lalu duduk di samping kasur kemudian dia menggenggam tangan Nadhira.

''Mas kan udah bilang Mas gak akan pergi,'' ucap Gus Azam dengan pelan

''Janji?'' Gus Azam hanya menganggukan kepalanya.

Nadhira menatap lekat mata Gus Azam. Kemudian dia menatap arah lain, hatinya benar-benar merasa sakit setelah dia mendengar berita kalau Salwa akan melahirkan. Nadhira benar-benar merasakan takut, takut jika dirinya nambah saingan lagi takut jika Gus Azam gak akan lagi memerhatikannya, takut jika Gus Azam akan lebih mencintai Salwa dan anaknya dari pada dirinya yang sendiri.

'Maaf Mas.' Batin Nadhira sambil menahan tangisnya.

***

Jangan lupa mampir ke Instagram
@aeeseeyah

''Dan pada akhirnya semuanya tentang luka.''

Revisi, 24-05-2024
Yogyakarta


Gus Azam [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang