Kala said, that's the consequence

2.9K 393 27
                                    

Pagi ini ada kabar mengejutkan, hanya untuk Jana sih, yaitu pindahnya siswa 12 C class. Tak ada yang memperhatikannya, semua siswa seakan acuh padanya, hal itu semakin membuat Jana bingung. Apalagi ditambah dengan keadaan lelaki itu yang seakan tidak baik-baik saja.

"Liatin apaan sih?" Tanya Kala melihat Jana masih setia didepan kelas padahal sebentar lagi bel masuk.

"Liat deh." Tunjuk Jana pada seseorang yang berjalan terseok-seok ditengah lapangan, "Dia kenapa?"

Kala melihat sesaat, lalu mengedikkan bahunya acuh, "Itu konsekuensinya."

Baru saja Jana hendak bertanya tentang konsekuensi apa yang Kala maksudkan, lelaki itu sudah menghilang terlebih dahulu memasuki kelas, mungkin takut Jana bertanya macam-macam lagi padanya.

Jana benar-benar penasaran tentang konsekuensi apa yang lelaki itu tanggung?

Masih terus memperhatikannya, alis Jana terangkat ketika seseorang yang ia perhatikan tadi menatapnya balik, tak ada tatapan kesal dimatanya, sulit sekali mengartikan tatapan itu, karna Jana bukan pakarnya.

"Jana."

"Eh—" Jana kaget, sampai memegang dada kirinya. Hanif memanggil Jana tiba-tiba. "Kenapa, Hanif?"

Lelaki itu tersenyum tipis, "Belum masuk? sebentar lagi bel." Katanya.

Jana melihat jam dipergelangan tangannya sesaat, "Ah iya." Katanya, lalu kabur tanpa permisi dari hadapan Hanif.

Aura Hanif itu sangat kuat, seakan menusuk, didekatinya saja mampu membuat Jana tergagap dan ketakutan, sungguh. Pantas saja ia terpilih sebagai ketua OSIS, sepertinya Hanif memang orang yang tegas.

"Udah pindah?"

Jana menajamkan pendengarannya ketika telinganya menangkap adanya bahan gosip yang disebar Yona pada Jazlyn, sepertinya mereka berdua membahas tentang lelaki yang pindah sekolah secara mendadak tadi pagi, apalagi sudah kelas 12 dan sebentar lagi ujian, Jana sampai geleng-geleng kepala memikirkan bagaimana kakak kelasnya itu mengejar ketertinggalannya.

Semakin memajukan badannya, Jana hampir bangkit dari duduknya karna penasaran dengan suara Yona dan Jazlyn yang semakin mengecil. Lalu mendumel kesal ketika tak satupun jawaban atas tanyanya tadi ia temukan.

Kala yang duduk di kursi sebelah Jana berdiri sepertinya hendak keluar, "Mau kamana?" Tanya Jana penasaran.

"WC."

"Ikut."

Kala hendak protes, namun melihat Jana yang berjalan mendahuluinya membuat Kala menelan kembali kata-katanya. Dengan cepat Kala menyusul Jana, "Ngapain sih ikut-ikut?"

"Gabut." Jawab Jana acuh, "Nyatet mulu, kriting jari gue." Keluhnya, namun Kala tak menanggapi lagi.

Keduanya sampai dengan Jana yang langsung menuju cermin besar disana guna melihat penampilannya, sedangkan Kala langsung menuju salah satu bilik.

Merasa hanya ada dirinya dan juga Kala disini, Jana mencoba memberanikan diri bertanya, siapa tau Kala terketuk pintu hatinya menjawab pertanyaan Jana. "Kala gue boleh tanya gak?"

"Gak, lo jangan banyak tanya deh." Jawaban Kala membuat Jana cemberut, ia kan pengen tau apa sebenarnya yang terjadi sebelum dirinya pindah ke sekolah ini.

Pantang menyerah dengan pertanyaannya, Jana bersuara lagi, "Kakak kelas yang tadi pagi itu kenapa sih?" Sedangkan Kala yang ditanya hanya diam, "Emang di sekolah ini ada perundungan, ya?"

Kala diam, Jana ikutan diam karna hidungnya mencium aroma tembakau khas rokok yang dibakar, berarti ada orang lain selain dirinya didalam sini. Jana menggigit bibir bawahnya kuat-kuat takut salah bicara, saat salah satu bilik terbuka dan menampilkan Hadif yang menginjak puntung rokoknya.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang