Jana menyunggingkan senyum, kala matanya tak sengaja bersitatap dengan Hanif yang baru saja keluar dari mobil yang mengantarkannya ke sekolah. Kadang Jana seringkali bertanya-tanya dalam hati, Hadif dan Hanif tidak pernah terlihat berangkat bersama, maupun pulang bersama. Hanif akan diantar jemput dengan mobil, sedangkan Hadif seperti merakyat, menggunakan sepeda motor dengan helm full face hitam miliknya.
"Selamat pagi, Hanif." Sapa Jana duluan, kakinya tak canggung ia langkahkan agar mendekat pada Hanif yang terdiam memperhatikan Jana.
Senyum dibibirnya terbit, "Pagi, Jana." Balasnya menyapa.
Keduanya berjalan bersisian, dengan Jana yang celingak-celinguk menatap kesana-kemari, berharap agar aksinya saat ini tidak diperhatikan oleh Hadif atau Kala.
"Kenapa?" Menyadari kepala Jana yang tak bisa diam, lantas Hanif bertanya.
Jana menggeleng pelan, "Nyariin Kala, gue kira udah sampe duluan." Jana tersenyum lagi, bersama Hanif itu mampu membuat senyum Jana selalu menghiasi bibirnya, "Oh iya, Nif. Ngomong-ngomong, kok gue gak pernah sih liat lo berangkat bareng Hadif?"
Hanif tersenyum kecil, memasukkan tangan kanannya kedalam saku celana seragam, "Hadif suka bawa motor." Katanya, "Gue gak suka motoran."
Jana mengangguk-angguk, walau sebenarnya ingin bertanya kenapa Hanif tidak suka motoran, tapi sepertinya tidak ada alasan khusus untuk itu, mengingat Hanif seringkali membawa banyak barang bawaan, dan tasnya yang besar, membuat Jana menerka-nerka, mungkin itulah alasan lelaki di sampingnya ini diantar jemput menggunakan mobil.
"Hadif masih sering gangguin lo?"
Mendengar pertanyaan itu, Jana mengangguk dengan semangat, ia harus mengadukan kelakuan Hadif yang seringkali semena-mena dengan dirinya.
"Sorry, ya. Hadif emang jahil." Lanjut Hanif lagi.
Jana bisa memaklumi itu, kalau Hanif yang meminta maaf padanya seperti ini, "Gapapa, Nif. Gue mulai paham, kok."
Keduanya berjalan bersama hingga masuk ke dalam kelas, banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya, tak sedikit yang iri pada Jana yang bisa dekat dengan Hanif yang terkenal acuh pada orang lain.
Siswa yang di dalam kelas menatap keduanya kaget, mereka pikir Jana dan Hanif berangkat bersama. Terutama Yona dan Jazlyn, mereka berdua sudah mendekati meja Jana, "Jana, lo berangkat bareng Hanif?" bisiknya, takut Hanif mendengar.
Gelengan pelan Jana berikan sebagai jawaban, "Gak bareng, ketemu di depan."
"Soon, ya?" Tanya Jazlyn dengan menaik turunkan alisnya menggoda Jana yang sekarang malah terkekeh malu.
Yona duduk dibangkunya, dengan masih menatap Jana ia memberikan senyum kecil, "Gue seneng deh, kalo Hanif bisa deket sama orang lain." ujarnya, "Gue hampir ngira dia itu mati rasa sama orang."
Alis Jana terangkat sebelah, "Kenapa gitu?"
"Soalnya gak pernah liat dia deket sama orang lain sebelumnya." Jazlyn menyahuti, "Kalo Hadif kan biasa."
Biasa?
Apa yang dimaksud Jazlyn dengan biasa, apa Hadif pernah memiliki kekasih atau semacamnya, Jana penasaran.
"Maksudnya Hadif biasa?" Tanya Jana balik. Sontak saja Jazlyn dan Yona berpandangan, entahlah apa yang mereka bicarakan lewat tatapan mata itu, kemudian yang Jana liat, Jazlyn yang mengangguk.
Yona mendekatkan kepalanya pada Jana, tangannya melambai pelan agar kepala Jana ikutan mendekat, gadis ini hendak membisikkan sesuatu, "Hadif udah pernah pacaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
FanfictionHajeongwoo area. Sekolah baru dan kehidupan baru bagi Jana. (130522) - (200922) highest rank : #1 haruwoo 06/10/22 #1 bxb 12/01/23 #1 lokal 04/11/23 #2 treasure 12/01/23 #2 haruwoo 18/05/23 #2 rujeongwoo 07/06/23 #3 treasure 14/01/23 #3 haruwoo 17/0...