Announcement; Special part

3.5K 319 86
                                    

Telah tiba hari yang sangat dinantikan, hari yang paling bahagia bagi Hadif dan juga Jana, hari yang paling keduanya tunggu-tunggu. Semarak hiasan memenuhi kediaman Sabiru, juga kelap-kelip lampu yang memanjakan mata.

Semuanya sibuk, tak terkecuali Kala, yang sibuk menarik perhatian Radika yang terlihat tak nyaman dengan keberadaannya. Yovan dan temannya bernama Bima juga sibuk, berkeliling mencoba makanan enak yang disajikan.

Sedangkan diujung ruangan, ada Hanif dan juga sang sekretaris, bernama Pradipta, melihat-lihat keadaan dalam diam, dengan tangan yang terlipat di dada.

"Mending kita pergi dari sini deh, ke belakang kek, ke atas kek, jangan disini." Ajak sekretaris yang kerap kali dipanggil Dipta, lelaki ini paham suasana hati Hanif tanpa perlu lelaki itu menjelaskannya, dan ia bermaksud mengajak Hanif pergi, agar tak menambah rasa sakit hatinya.

Namun, sang tuan mendengus, "Ini acara kembaran gue, Dipta." Ujarnya.

Padahal Dipta sudah berbaik hati ingin menyelamatkan hati Hanif dari ambang kehancuran.

"Sekalipun sakit, semuanya harus dihadepin." Lanjutnya, Dipta dibuat terdiam.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi, kalau Hanif benar-benar menaruh hati pada Jana, semua orang tau dari tatapannya, dan juga perhatian-perhatian kecil yang Hanif tunjukkan untuk lelaki yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai tunangan kembarannya itu.

Lelaki manis bernama Arjana Kelana, kerap kali diajak berbincang oleh beberapa karyawan kantor Hanif, ketika ia dan Hadif sesekali berkunjung, mereka semua hanya ingin bertanya tips dan trik mendekati Hanif yang ampuh dan terpercaya.

Bahkan Jana kerap kali ditawari uang, kalau bisa membuat Hanif mendekati mereka, namun tak pernah ada yang berhasil.

Karna hati Hanif, hanya diisi oleh Jana. Sayangnya ia terlambat menyadari, dan sang pujaan hati telah berpaling.

Sekalipun kesalahan besar itu diakibatkan oleh keluarga Jana, Hanif tak akan pernah tega melakukannya, walau hati kecilnya seringkali berteriak ingin Jana menderita seperti yang ia rasakan dulu.

Radika mendekati Hanif, dan Pradipta berpamitan untuk lebih dahulu ke belakang, meninggalkan Hanif dan sang teman kecilnya berdua disana, "Perasaan lo gimana?" Radika mengikuti arah pandang Hanif.

Kekehan pelan dari yang lebih tinggi terdengar, "Emang kalo gue bilang, gue gak baik-baik aja, acara ini bakalan langsung batal gitu?" Ucapnya sarkas.

Jadi Hanif rasanya serba salah, kalau tak mengorbankan perasaannya, ia harus mengorbankan keluarganya, dan itu tak akan pernah ia lakukan, bagi Hanif keluarganya lah yang utama, tak apa-apa hatinya sakit atau bahkan kecewa, yang terpenting semuanya masih sama, tak ada yang meninggalkannya.

Hanif takut merasa ditinggalkan. Setelah kepergian sang ibunda, tak ada yang bisa membuatnya tenang, banyak les yang ia ikuti hanya untuk mengalihkan pikiran, juga dengan begitu banyak kegiatan yang ia lakukan, Hanif ingin risau dikepalanya hilang.

Tepukan dipundaknya dari Radika membuat Hanif menoleh, "Walau bukan hari ini, atau bahkan besok, lo pasti bakalan nemuin orang yang tepat, walau dia bukan Jana."

Hanif tersenyum miring, mungkin kah?

Lalu suara sang pembawa acara terdengar, menyerukan dua nama mempelai untuk segera bertukar cincin, tak kuasa Hanif menyaksikan semuanya, lelaki ini menoleh kearah lain, dan Radika berusaha menguatkan sang teman.

"Sorry, ternyata gue gak sekuat itu." Hanif pergi meninggalkan acara, bertepatan dengan Hadif yang menoleh kearahnya.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang