Strawberry juice

2.1K 322 108
                                    

Mendudukan dirinya di ruang keluarga sendirian, Hadif memikirkan cara agar ia tau lebih banyak tentang keluarga Jana, ia segan bertanya, dan Jana sendiri belum menceritakan apa-apa.

Sebenarnya ada cara lain untuk mencari informasi, yaitu menanyai Ayahnya tentang masalah ini, tapi apakah beliau akan menjawabnya?

Melihat Hadif sendirian didepan televisi yang menyala, Hanif datang dari arah tangga, ikut menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk disebelah kanan Hadif, "Ada urusan apa tadi sama kepala sekolah?"

Hadif menoleh sekilas, tanpa menjawab, lelaki ini hanya mengedikkan bahu acuh semakin membuat Hanif penasaran, melipat tangannya didada, Hanif tersenyum simpul, "Gak semua orang bisa dapet hak istimewa, Dif." Ucapnya.

Hadif menoleh cepat, dalam hati bertanya-tanya apakah sang kembaran sudah mengetahui semuanya?

"Lo daftarin nama Jana ke kepala sekolah buat dapet perlindungan, kan?" Tanya Hanif lebih jelas, "Kenapa gak minta tolong gue?"

Hadif masih diam, belum berniat menjawab atau merespon ucapan Hanif.

"Terlepas dari kita suka sama orang yang sama, kita masih sodara kali. Gue gak pernah masalah buat lo mintain tolong, gue juga gak marah sama lo cuma karna masalah ini, tapi liat lo seakan ngehindarin gue, sedikit bikin gue kecewa sih."

Ada hak istimewa yang ditawarkan oleh kepala sekolah untuk siswa-siswa yang berprestasi, maupun siswa yang menjadi korban perundungan, namun orang tua yang memiliki banyak uang seringkali salah menggunakan hak istimewa ini.

Mereka takut anaknya tak bisa bergaul, dan malah menyebabkan dirinya dirundung dan dikucilkan, makanya para orang tua mendaftarkan anaknya untuk mendapat hak istimewa.

Siswa-siswa yang mendapat hak istimewa, kehidupan sekolahnya sangat terjamin. Mereka tidak mungkin dikeluarkan dari sekolah, mendapat perlindungan dari banyak pihak, juga selalu ada kuasa hukum yang siap menjadi pembela kala mendapat masalah. Selain itu, ada juga psikolog yang akan menemani atau mendengarkan keluh kesah siswa yang mendapat hak istimewa ini.

Namun, tak semua orang bisa mendapatkan hak istimewa, kadang yang sudah didaftarkan namanya malah tak diterima kepala sekolah. Sampai saat ini hanya beberapa orang yang namanya benar-benar tercatat sebagai penerima hak istimewa, dan salah satunya adalah Jana, yang baru saja Hadif daftarkan namanya tanpa sepengetahuan sang pacar.

Kepala sekolah adalah paman si kembar, tak ada perintah Hanif maupun Hadif yang bisa ditolaknya. Tapi sepertinya kali ini benar-benar istimewa, karna Hadif berpesan agar tak seorangpun bisa menghapus nama Jana disana selain dirinya.

"Gak ada yang ngehindarin lo kali, ngaco, lo sendiri yang ngehindarin gue, gue ajak satu meja di kantin aja lo gak mau." Ucapnya pada Hanif yang masih memasang wajah datar, yang dibalas sang kembaran dengan tawa pelan.

"Yakali Dif, gue jadi nyamuk." Hanif terkekeh.

Hening sesaat, Hadif dengan pikirannya dan Hanif pun sama, lalu terlihat Hadif menatap sang kembaran dengan serius, "Lo masih suka Jana?"

Dan Hanif mengangguk yakin, "Masih." Jawaban itu sedikit membuat Hadif terdiam, "Tapi lo jangan takut gitu lah, dia juga keliatannya gak mau sama gue."

"Kenapa gitu?"

Hanif berdiri hendak menuju dapur, lelaki ini mengedikkan bahunya sesaat, "Kalo emang beneran suka gue sih gak bakalan berpaling ke lo." Lalu setelahnya berlalu meninggalkan Hadif yang memasang wajah heran.

"Salah siapa jadi orang sibuk." Komentarnya.

Hadif pernah bilang, kalau ia akan melakukan apa saja demi Jana, termasuk memberikan black card miliknya ataupun membelikan Jana sebuah apartemen yang nyaman.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang