it's okay, if you still want to come back

2.1K 310 80
                                    

Sekala yang menyandarkan tubuhnya pada dinding pos satpam hanya bisa menggelengkan kepala pelan saat melihat mobil Hadif yang baru saja memasuki pekarangan sekolah, tidak ada yang aneh sebenarnya, hanya saja dua sejoli ini datang pukul 10 pagi, yang mana sebentar lagi persiapan untuk istirahat pertama.

Berjalan mendekati keduanya, Kala bersidekap dada, "Penguasa sekolah." Ujarnya, "Nyonya, tuan, kenapa gak bolos aja sekalian? bikin kerjaan gue aja."

Satpam sekolah terkenal sangat berdedikasi tinggi, ia tak mudah disogok dan tak segan-segan menghukum siswa yang terlambat termasuk A class sekalipun.

Tapi, tadi Hadif meminta Kala bernegosiasi dengan pak Satpam, yang kalau tak salah bernama Pak Mahmud, salah satu orang kepercayaan Kakek Hadif, agar Hadif dan Jana bisa masuk ke sekolah tanpa dihukum.

Katakanlah Kala ini sangat pandai, entah bagaimana caranya, gerbang tinggi sekolah ini sudah terbuka lebar ketika Hadif melewatinya tadi.

Jana yang baru saja keluar dari mobil hanya mengedikkan bahu acuh, "Salahin Hadif aja gak bangun-bangun." Ucapnya, kemudian memilih berjalan terlebih dahulu.

Sedangkan sang pacar hanya bisa terkekeh gemas, memang benar ini ulahnya, Hadif sedikit malas untuk berangkat ke sekolah, rencananya tadi ingin bersama Jana di apartemennya hingga sore sebelum diantarkan pulang, namun si manis memaksa untuk datang ke sekolah, membuat Hadif malah semakin malas untuk bangun dari tidurnya.

"Jadi gimana?" Tanya Kala pelan, "Kita gak bisa ngulur waktu terus, pada akhirnya lo tetep bakal milih antara keluarga lo atau Jana, Kalo Hanif tau duluan bakal kacau."

Hadif mengangguk singkat, "Gue masih nyoba." Jawabnya, lalu menepuk pundak Kala pelan, "Lu urus sisanya."

Jana sudah duduk manis disalah satu kursi yang ada di kantin sekolah, menunggu Hadif yang katanya sedang ada urusan dengan Kala, jadilah lelaki ini hanya memainkan ponselnya guna menghindari sepi.

Bukannya Jana terlalu percaya diri, biasanya kalau ia ditatap seseorang, Jana akan langsung sadar dan refleks melihat kearah orang yang menatapnya, dan beginilah sekarang, rasanya kepala Jana dengan otomatis menoleh ke arah kanan, lebih terkejut lagi ketika melihat Hanif berjalan mendekat.

Jana mengalihkan pandang, menatap sekitar, dan menetralkan rasa gugupnya, mencoba berfikir bahwa Hanif tak mungkin duduk didepannya.

Lalu kemudian Jana dibuat kaget, karna Hadif tiba-tiba meletakkan nampan makannya didepan Jana, membuat Jana menghela nafas dengan kasar, sekaligus lega karna ia tak mungkin terjebak bersama Hanif dalam satu meja.

Namun tak sampai disitu, selalu ada yang membuat jantungnya serasa berdetak lebih cepat, Hadif memanggil Hanif tanpa mengalihkan tatapannya pada makanan didepannya.

Hanif berhenti tepat disisi meja, "Kenapa?" Tanyanya.

"Sini aja, gabung." Ajak Hadif pada sang kembaran, sedangkan Jana hanya bisa menahan nafasnya dari tadi.

Sekilas Hanif menatap Jana yang menunduk, mengaduk makanannya dengan gerakan kikuk, "Gue bareng sama anak osis yang lain." Jawabnya, entah mengapa sedikit membuat Jana lega.

Jujur, duduk bertiga bersama Hanif dan Hadif dalam satu meja itu sangat menakutkan.

Lalu lelaki itu pergi berlalu, duduk bersama rombongan dimeja panjang didekat dinding, sedangkan Jana langsung menghela nafasnya, Hadif terkekeh melihatnya, "Lo setakut itu kah sama Hanif?"

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang