19

20.3K 231 3
                                    

William Clanton tertawa kecil dan itu semakin membuat Elena Bexxa semakin muak.

"Sepertinya kau perlu di ajari apa itu sopan santun," ucap William Clanton yang membersihkan ludah di wajahnya tanpa jijik. Kemudian mengoyangkan pinggulnya semakin cepat. 

"Ahh... Hentikan... Hentikan," pekik Elena Bexxa histeris dan hal ini semakin membuat William Clanton tertawa bahagia. Ia senang melihat Elena Bexxa tidak berdaya menerima hentakan rudalnya yang merupakan idaman para wanita jalang.

Sekian lama berteriak kesakitan, Elena Bexxa mulai menikmati persetubuhan kasar dari William Clanton.

William Clanton menampakkan senyum miringnya. Ketika mendengar suara desahan Elena Bexxa berapa kali.

Elena Bexxa semakin melenguh kenikmatan, Ia tidak bisa memungkiri bahwa barang William Clanton yang memenuhi celah intinya yang sempit semakin membuat birahinya memuncak tinggi.

Suara merdu bercampur erangan berapa kali keluar dari bibir Elena Bexxa yang langsung di bungkam oleh bibir William Clanton dengan melumatan kasar kepada bibir randum Elena Bexxa. 

Elena Bexxa merasa nafasnya akan berhenti dengan kecupan kasar dari William Clanton yang semakin memperdalam lidahnya bersamaan dengan bagian bawah yang semakin masuk ke dalam bibir rahim.

"Hmmmp..." Elena Bexxa berusaha untuk berteriak, Namun ia tidak bisa melakukannya. Karena bibirnya masih di serang habis-habisan oleh William Clanton.

Puas mencicipi bibir Elena Bexxa, William Clanton menempelkan keningnya di kening Elena Bexxa. Nafas keduanya masih berseru dan mata keduanya juga saling bertatapan satu sama lain. Terutama tatapan mata William Clanton yang semakin bernafsu.

"Jujur saja padaku. Kau menikmati persetubuhan ini," ucap William Clanton yang masih seenak jidatnya. Ia masih mengerakkan pinggang secara berirama dan hal ini semakin membuat Elena Bexxa berteriak beberapa kali dengan suara merdu.

"Suara mu sungguh membangkitkan gairah," lanjut William Clanton yang kembali menghujam celah inti Elena Bexxa secara kuat.

Elena Bexxa masih berteriak kesakitan karena William Clanton kembali mendorong dan menarik barang itu secara terus menerus di bagian bawah sana yang semakin terasa membelah tubuh Elena Bexxa.

Gemes melihat kedua dada Elena Bexxa masih berayun-ayun. William Clanton menjulurkan kedua tangan untuk meremas dan menarik puncak dada itu berapa kali dengan bagian bawah yang masih bergerak cepat.

Perlahan-lahan rasa panas mulai mendominasi di area bawah Elena Bexxa dengan di iringi suara perpaduan kecipak persetubuhan yang begitu merdu di padu dengan suara erangan, desahan, rancau dan derit ranjang.

Senyuman miring di perlihatkan William Clanton. Ketika menarik barangnya yang basah oleh cairan memilik Elena Bexxa.

Elena Bexxa mengira William Clanton akan mengakhiri permainan di pagi hari. Ternyata ia salah besar. Tubuhnya di balik  ke arah belakang secara mendadak.

"Bersiap dengan ronde selanjutnya," ucap William Clanton yang melayangkan satu pukulan di bokong Elena Bexxa. Lalu menghujamkan miliknya ke dalam celah inti Elena Bexxa.

"Sakit..." pekik Elena Bexxa yang merasakan nyeri berlipat-lipat dari sebelumnya dengan bagian bawah teras terisi penuh oleh milik William Clanton yang besar.

William Clanton mengambil kendali penuh atas tubuh Elena Bexxa. Kedua tangannya  memegang pinggang Elena Bexxa yang ramping.

"Nikmat..." erang William Clanton yang masih menghujam miliknya ke dalam tubuh Elena Bexxa.

"Hentikan... Ini sangat menyakitkan," pinta Elena Bexxa memohon. Karena ia merasa milik William Clanton semakin membesar di dalam hingga mengelitik rahimnya

Until DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang