Serry bukanlah sosok wanita yg introvert, dia termasuk orang yg mudah berbaur dan suka bersosialisasi, dan itu adalah alasan utama mengapa dia membangun sebuah yayasan panti asuhan dan juga sebuah sekolah dasar. Pada dasarnya dia memang suka dengan anak kecil, dan dia juga suka saat melihat banyak anak yg mungkin tidak seberuntung dirinya setidaknya memiliki hidup yg sama seperti apa yg ia rasakan.
Kamar besar dengan matahari pagi yg sudah mendirus terpantul kaca besar itu makin menyengat area wajah Serry. Gadis itu mendengus sambil menyembunyikan wajah nya di balik selimut. Sejemang gadis itu membuka mata, kedua iris nya terasa bergetar lalu menerawang cukup jauh, menggapai lamunan di pagi hari yg cukup membuat kepala nya pening bukan main. Serry menghela nafas besar, lalu membuat tubuh nya terlentang sembari menatap langit-langit kamar nya.
Sejak ucapan Yoon dua hari yg lalu, dia hampir tidak bisa melakukan aktifitas nya dengan baik, bahkan kemarin ia absen untuk tidak masuk kantor. Ia hanya menenggelamkan diri nya pada kamar selama seharian penuh. Haneul sempat mencari nya bahkan menawarkan diri untuk datang kerumah nya. Seperti nya gadis dengan bibir membentuk hati itu tahu, bahwa teman nya sedang tidak dalam kondisi baik, namun Serry melarangnya karna memang ia tidak membutuhkan hal semacam itu sekarang.
Maka, setelah gadis itu membersihkan tubuh nya lalu mengganti pakaian nya dengan pakaian santai, gadis itu melangkah turun meniti anak tangga, ia berjalan menuju dapur, dan melihat bibir Yin tengah menyusun menu sarapan di atas meja.
"Nona, mau langsung sarapan?" Tanya Bibi Yin setelah meletakkan satu pitcher air dingin ke atas meja. Serry mengangguk lalu mendaratkan bokong nya pada salah satu kursi di sana. Satu buah roti isi dan segelas susu hangat nyata nya tidak bisa membuat ia menjadi bersemangat, ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa agar semua nya terasa membaik.
Bahkan penolakan yg Hwan lakukan saja belum sempat ia telan secara bulat-bulat, kalimat yg terlontar dari bibir Hwan bak air dingin yg di guyurkan di atas kepala Serry. Bahkan pria itu terang-terangan untuk meminta nya membuang semua perasaan suka nya secepat mungkin, benar-benar penolakan yg tidak terduga.
Dan kini, Yoon malah seperti memberikan Serry sebuah lemparan bola basket tepat mengenai wajah nya. Mendadak Serry jadi berfikir, haruskah ia datang menemui Hwan agar mendapatkan sebuah titik terang? Paling tidak ia bisa menjadi lebih tenang meskipun jika nanti ternyata semua nya tidak seperti yg ia harapkan. Tapi Serry juga takut jika itu malah terkesan berlebihan. Di dalam kepala nya yg sudah terisi penuh dengan banyak masalah, hal yg seperti ini malah semakin di jejalkan masuk ke dalam otak nya. Serry sampai-sampai ingin sekali membenturkan kepala nya itu ke tembok.
Manusia itu hidup dengan di bekali insting dan akal yg kuat dibandingkan makhluk lain nya, dan itu berguna untuk manusia bisa hidup dengan penuh antisipasi dan perhitungan diri. Serry paham betul bahwa datang ke rumah Hwan hanya akan membuat diri nya semakin terlihat menyedihkan. Mencari jalan lain untuk menghindari kemacetan biasanya di lakukan oleh pengendara yg tengah terburu-buru, dan Serry nyata nya melakukan hal yg sama untuk dapat memuaskan semua rasa penasaran dan campur aduk di hati nya dengan membawa mobil porche miliknya bertolak menuju sekolah Gyeonggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour ✔️
FanfictionHwan selalu menutup segala nya serapat mungkin, berharap agar tidak ada orang lain akan tahu, bagaimana ia berjuang menggapai kewarasan yg terenggut dengan cara yg paling tragis. Serry dan Hwan sudah berada pada titik perasaan yg menggebu-gebu, seja...