Warning!
Cerita ini beralur maju mundur. Perhatikan tanda (***) sebagai alur mundur atau cerita masa lalu saat Mark dan Haechan masih kuliah.
Happy Reading!
"Hyung, kita bahkan belum mengunjungi banyak tempat selama kau di sini." Jeno merengek ketika Haechan dengan kopernya berdiri tepat di dekat pintu masuk, menatap dirinya dengan kekehan kecil sebelum memberikan usapan lembut. "Jangan bersikap seperti ini, aku sedang mencoba memaksa mu untuk tetap tinggal. Abaikan pekerjaan dan Mark Hyung, aku yang akan menjaga mu."Sekali lagi, Haechan terkekeh. Entah sejak kapan dia dan adik pria tercintanya bisa sedekat ini dan berbagi kenyamanan bersama. "Oh, ayolah... Aku bisa berubah pikiran kalau kau menangis seperti itu." ujar Haechan sedikit menyindir ketika Jeno mencoba mengeluarkan air matanya secara paksa, keduanya pun akhirnya tertawa.
"Baiklah, aku menyerah... Belum tentu juga Hyung akan baik-baik saja tanpa si bodoh itu." ujar Jeno menunjuk Mark yang tengah mengobrol dengan sang orangtua di ruang tamu. Dan ketika pria tampan itu menoleh untuk melihat ke arah Haechan, Jeno tidak bisa menahan senyumannya. "Oke, aku bisa memprediksi kalau pria itu akan mendatangi Hyung sebentar lagi. Jadi, inikah akhirnya?"
Sekali lagi Haechan mengusap lembut rambut blonde Jeno setelah melirik Mark yang mulai berjalan mendekat di saat kedua orangtuanya terlihat memasuki kamar bersama. "Datang lah saat kau libur semester... Aku akan mengajak mu ke banyak tempat sebagai balasan."
Jeno mengangkat kedua alisnya, merasa tertarik. "Oh, tentu saja aku tidak akan menyia-nyiakan tawaran itu. Tanpa disadari, Hyung sudah berjanji dan jangan menyesal karena telah mengatakan hal itu pada ku."
"Itulah Lee Jeno yang aku kenal." Balas Haechan membuat Jeno kembali tertawa.
"Ngomong-ngomong, maaf menyela pembicaraan hangat ini. Tapi apa semua sudah siap, sayang?" tanpa perlu waktu lama, Mark sudah berada tepat di samping pria kecilnya. Mencoba untuk mengambil koper yang Haechan bawa setelah Lucas memanggil dari luar rumah, mengatakan bahwa taxi yang ia pesan sudah datang menjemput. "Sebentar, Luke." Ujar Mark itu sedikit berteriak sebelum akhirnya kembali menatap Haechan dan Jeno sebagai tambahan. "Bagaimana?"
Keduanya yang sudah memperkirakan kedatangan Mark pun balik menatap pria tampan itu. "Nah, aku sudah selesai jadi kau bisa membawa tunangan mu pergi sebelum aku berubah pikiran dan mencegahnya." Alih-alih Haechan, Jeno yang menjawab kemudian terkekeh kecil sambil mendorong punggung Haechan untuk mendekat pada sosok Hyungnya. "Aku akan pergi ke Seoul saat libur semester nanti. Ah ya, dan jangan lupa mendatangi acara kelulusan ku, oke?"
Mendengar itu, Haechan membulatkan mata. "Oh sudah Selesai?"
"Tentu saja." jawab Jeno bangga yang langsung Hyung nya beri tepukan tepat di bisep kerasnya. "Walau tidak semester ini juga sih." Katanya menambahkan dengan ringisan perih. "Aku masih harus berjuang apalagi mengambil beberapa kelas, ya begitulah... Nyatanya aku tidak seperti Haechan Hyung yang bisa membagi waktu untuk aktif di berbagai kegiatan kampus sekaligus mempertahankan nilai terbaik."
"Itulah kenapa kau tidak boleh terlalu sering berkencan." Tiba-tiba Mark mencibir di luar topik dan hal itu membawa dengusan dari pihak Jeno yang tidak setuju atas tuduhan Hyung nya.
"Apa kau sedang merengek karena aku tidak ingin memberitahu hubungan percintaan ku pada mu dan memilih untuk membuat tuduhan tak mendasar? Oh Tuhan... Mister Lee, kau sangat pendendam dan itu mengerikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Your Life [MARKHYUCK]
Fantasy"Apa mau mu, Mark Lee? Bukankah aku sudah membuat keputusan dengan jelas?!" Haechan membentak, merasa frustasi terhadap sikap Mark yang terlampau santai. "Aku adalah pria yang kejam, apa yang kau ingin dari pria seperti ku, hah? Apa sulitnya berhen...