Warning!
Cerita ini beralur maju mundur. Perhatikan tanda (***) sebagai alur mundur atau cerita masa lalu Mark dan Haechan masih kuliah.
🎶 Chen EXO - Beautiful Goodbye
(Play the song)
Happy Reading!
"Apa kau bahkan bisa melakukan, itu?"Haechan terdiam dengan kepala menunduk melihat tangan Mark yang masih memegang salah satu jarinya. Dengan perasaan yang berkecamuk akan pernyataan sekaligus pertanyaan tak terduga yang Mark lemparkan padanya, Haechan mendapati dirinya sendiri kalut dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak memperlihatkan perasaannya pada Mark.
Jadi dengan sebelumnya menggertakkan gigi, dia pun mengangkat tangannya dan membuat sentuhan Mark di ujung sana menghilang. Dengan percaya diri, Haechan menatap balik pria tampan di hadapannya yang sejak awal memang telah menatap lurus kesini, pada dirinya.
"Apa yang kau bicarakan sebenarnya?" dia mendecih, memperlihatkan ketidakpahamannya pada apa yang Mark katakan barusan.
"Sepertinya kau salah paham, Mark-ah. Aku tidak menderita karena perasaan ku sendiri. Dan seharusnya kau sadar bahwa mendapati seseorang yang masih memiliki perasaan mendalam seperti kasus ini membuat mu akan merasa terbebani."
"Perasaan saat kau mengetahui bahwa seseorang menderita karena masih mencintai mu. Bukankah itu membuat mu menderita juga?" Haechan bertanya dengan salah satu alis terangkat, sikap manisnya beberapa menit lalu menghilang dan digantikan dengan ekspresi mencemooh luar biasa. Merasa superior, seolah perkataannya adalah kebenaran dari semua permasalahan yang mereka hadapi saat ini.
Haechan jelas terdengar congkak, namun Mark malah membalasnya dengan ucapan yang lebih congkak. "Wah kau terdengar sangat baik hati untuk ukuran pria yang meninggalkan kekasihnya begitu saja. Membicarakan mengenai penderitaan yang kau hadapi karena di cintai oleh seseorang tanpa memikirkan sudut pandang ku sebagai pihak yang seharusnya terlihat lebih menderita."
Haechan merasa tertohok dan Mark dengan senang hati melanjutkan yang mana membuatnya menciut perlahan.
"Ngomong-ngomong, apakah menderita karena seseorang yang masih mencintai mu lebih buruk dan menyakitkan daripada menderita karena ditinggalkan kekasihnya dalam keadaan kosong? Seperti orang bodoh, tidak mengetahui kebenarannya sama sekali."
Haechan menyimpan lengannya di belakang tubuh dan tanpa sadar mencengkram seprai kasur saat mendengar sindiran keras yang Mark lontarkan. Hatinya berdenyut sakit karena menyadari bahwa perkataan Mark memang benar adanya. Sebodoh itulah Lee Haechan dalam menghadapi masalah ini.
"Aku sangat menyesal karena kau harus mengalami hal buruk seperti itu di masa lalu. Aku tidak berhak untuk memberikan penilaian apalagi menyalahkan mu akan situasi yang sudah terjadi ini. Tapi bagaimana bisa-" Mark menghentikan ucapannya hanya untuk mendengus singkat, memperlihatkan seberapa kerasnya ia menahan diri untuk tidak diliputi emosi.
Sedangkan disisi lain, Haechan yang melihat itu tanpa sadar menahan nafas, tidak pernah mendapati Mark yang seperti ini sebelumnya.
"Bagaimana bisa kau melakukan itu semua tanpa memikirkan perasaan ku." Dia mengernyit sejenak dengan pandangan ke bawah sebelum akhirnya benar-benar kembali menatap lurus pada mata Haechan yang mulai bergetar.
"Darimana datangnya kepercayaan diri itu?"
"Darimana datangnya pemikiran untuk meninggalkan ku tanpa kata-kata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
For Your Life [MARKHYUCK]
Fantasía"Apa mau mu, Mark Lee? Bukankah aku sudah membuat keputusan dengan jelas?!" Haechan membentak, merasa frustasi terhadap sikap Mark yang terlampau santai. "Aku adalah pria yang kejam, apa yang kau ingin dari pria seperti ku, hah? Apa sulitnya berhen...