~Chapter 15 - The Truth (II)~

101 16 4
                                    

Warning!

Cerita ini beralur maju mundur. Perhatikan tanda (***)sebagai alur mundur atau ceritamasa lalu saat Mark dan Haechan masih kuliah.



















  
🎶 Jamie Miller - Here's Your Perfect
(Play the song)




  











 
Happy Reading!







 




 
"Mark-ah, apa kau baik-baik saja?" Haechan melambaikan tangan di depan wajah pria yang berkulit pucat itu dengan ekspresi khawatir, mencoba untuk menyentuh pipi putihnya itu namun tertahan di udara ketika Mark akhirnya tersentak dan langsung menatapnya.

"Ah ya, tentu. Lanjutkan cerita mu, Chan." Mark tertawa canggung dan masih seperti itu saat Haechan menatapnya lamat-lamat dengan ekspresi curiga. Sebisa mungkin mempertahankan tawa yang kini berubah menjadi senyuman sesaat Haechan menghela nafas ringan.

"Baiklah..." jawab Haechan singkat sebelum berbalik dan kembali masuk ke dalam pelukan Mark, meringkuk di sana.

Dalam keheningan singkat yang tercipta saat Mark menunggu Haechan melanjutkan cerita, pria yang lebih tinggi menghela nafas lega dan memanfaatkan waktu tersebut untuk menyingkirkan prasangka aneh yang mampir dipikirannya ketika ia mengingat ekspresi tidak pernah terpasang di wajah manis itu.

Sejujurnya, Mark tidak akan mengelak bahwa ekspresi dan perkataan Haechan amat sangat mengganggu pikirannya dan sempat membuatnya terkejut. Namun, sebisa mungkin Mark ingin menjaga ekspresi dan caranya merespon setiap perkataan Haechan karena ia paham bahwa apapun tindakannya saat ini akan sangat mempengaruhi sikap Haechan kedepannya.

Mark hanya tidak ingin salah melangkah dan akhirnya membuat Haechan kecewa dan kembali menutup diri. Menyadari bahwa pria yang ia cintai tidaklah berbeda dengan orang-orang tidak berperasaan di luar sana.

Dia benar-benar berusaha untuk itu.

"Mmm, apa kau tidak ingin menanyakan apapun mengenai hal ini? Kau mendengar dengan jelas perkataan ku barusan, bukan?" Haechan bertanya dengan nada ragu sambil memainkan jari-jari besar Mark yang melingkar di lehernya. Sedangkan di belakang, Mark menggigit bibir sambil memikirkan balasan yang tepat untuk itu.

"Aku tidak ingin memberikan kesimpulan di saat aku sendiri tidak tahu alasan kenapa kau tersenyum saat itu, Haechan-ah." Dia menyempatkan diri untuk mencium pucuk kepala Haechan yang langsung mengkerut atas aksi tiba-tiba itu.

"Jadi, jelaskan lah..."

Haechan bisa merasakan kecupan kecil lain di atas sana yang diam-diam ia nikmati. Jadi, setelah memberikan balasan berupa ciuman ringan di telapak tangan Mark, dia pun memulai cerita panjang lainnya.

"Saat investigasi pertama, seorang detektif bertanya kenapa aku melakukan itu semua. Dan dengan tatapan kosong, aku hanya diam dan investigasi tersebut berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun terucap."

Mark tanpa sadar menghela nafas dalam, menyiapkan diri ketika perjalanan kasus yang menjerat anak berusia empat belas tahun tersebut akhirnya mulai Haechan ceritakan. Sejujurnya, dia tidak bisa membayangkan betapa tertekannya Haechan kecil karena harus berhadapan dengan proses pemeriksaan tindak pidana yang amat kejam dan menakutkan. Demi Tuhan, dia hanyalah anak dibawah umur.

For Your Life [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang