Hidup tidak akan pernah sampai tujuan jika tidak dimulai dari langkah kecil, begitu perjalanan dimulai kita wajib menentukan arah mana yang akan kita ambil untuk mencapai tujuan yang sesuai harapan, walaupun tidak selamanya ekpektasi seindah dengan realita, pastilah banyak yang tidak kita ketahui rintanggan apa saja yang akan kita temukan dalam perjalanan, jika seorang pendaki akan melalui terjalnya tanjakan untuk mencapai puncak dan melihat indahnya pemandangan yang mengeluarkan jati diri bumi, keindahan ciptaan sang pencipta terlihat begitu menawan hingga kita lupa terjalnya jalan yang sudah terlewati.
Pagi memang tak selamanya cerah, langit tak selamanya menampakkan keindahan yang memikat mata, gelapnya kepulan awan membawa kesedihan, aku duduk dibalkon sembari menghirup aroma american coffee, kesedihan itu masih sangat terhirup hingga kening mengkerut, aku meneguknya berulang kali namun memang rasanya masih sepahit ini, iya... aku masih menginggatnya bagaimana kejadian tiga minggu yang lalu sebelum akhirnya aku berada pada di titik ini, aku masih menginggatnya dengan jelas sebuah persahabatan yang tak akan terlupakan, memang kecerobohanku dan sikap kekanak-kanakkanku membuat ayah memiliki niat menjodohkan aku dengan anak dari rekan bisnisnya, karena aku anak dari orang tua yang kurang harmonis seperti broken home tapi tidak bercerai hanya jika dibilang baik-baik saja mereka selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing bisa dibilang kurang perhatian dari orang rumah jadi mencari pelarian dan kesibukan diluar adalah hobby, hal ini membuat hidupku frustasi, aku sangat-sangat butuh kasih sayang dan perhatian dari mereka, namun mereka sangat egois, bahkan aku seperti tidak pernah melihat ada cinta didalam keluarga ini, tidak ku pikirkan kemustahilan bisa ada diriku dan adikku, banyak hal yang membuat aku tidak betah dirumah, begitu pula adikku, hanya saja adikku lebih beruntung karena dia banyak teman wanita dan memiliki pekerjaan sebagai model, selain itu juga terkadang ikut terlibat di perusahaan orang tua, aku merasa iri terhadap kehidupannya, dia yang selalu bisa di andalkan di keluarga.
Pagi ini kita lengkap dimeja makan untuk sarapan, iya bisa dibilang ini adalah hal yang sangat langka dan hampir kita tidak pernah melakukan hal seperti ini bersama.
"Ze,.. Kamu anak pertama yang ayah harapkan untuk melanjutkan bisnis properti yang Ayah jalankan, selama satu tahun lulus kuliah apa saja yang kau lakukan selain bercanda, bermain-main dengan teman laki-laki, sangatlah memalukan" kata Ayah memulai percakapan dengan omelan kecilnya.
"Ayah kax Zechva sedang menggali bakatnya, teman-teman anak e-sport sangat berbakat dan keren ayah" sahut Ziva melirik ke arahku sambil mengunyah makanan penuh dimulutnya.
"Apa,.!! Keren?" Ayah mengerutkan dahi bertanda tak sependapat.
"Aku sangat iri denganmu kax, hari-harimu dikelilingi banyak lelaki tampan, apa lagi ketua team GMG kakax itu, amat sangat tampan" sahut Ziva Nabila dia anak yang tidak jauh beda denganku walaupun dia terlihat lembut namun sama keras kepala, jika sudah dengan keinginannya dia tidak akan menurut pada siapapun.
"Apa kau akan menua dengan bermain game?, tanpa memikirkan masa depanmu?, bagaimana Ayah akan bilang dengan rekan-rekan bisnis ayah termasuk keluarga Lee? apa yang bisa dibanggakan selain bermain game? apa akan ada yang ingin menerima seorang menantu yang hanya menghabiskan waktunya untuk bermain-main?, setidaknya pikirkanlah untuk menjadi wanita yang elegant, berpenampilan menarik, dan kau bisa sedikit membantu menghasilkan banyak uang agar kau sedikit dewasa?" Kata Ayah menatapku, penuh harap.
"Huhh,...( menarik nafas panjang) aku anak ayah dan bukan sedang ingin melamar perusahaan ayah, jelas yang ayah sebutkan adalah persyaratan untuk menjadi karywan bukan menantu, lagian Ze menikmati kehidupan yang saat ini Ze jalani, kenapa harus memikirkan hal itu?" Zechva
"Hah,... kau wanita, anak pengusaha namun lihatlah cara perpenampilan kau bukan seorang wanita yang di segani, lihatlah teman-teman laki-lakimu membawa pengaruh tidak baik dari segi penampilan juga, kau lebih sering menggunakan pakaian seperti mereka dibanding pakaian layaknya anak gadis masa kini" Ayah mulai geram.
"Aku sangat menikmatinya" Zechva tersenyum sambil mengunyah makanan
"Ya,.. sebaiknya aku akan segera menerima perjodohanmu, agar kau tahu bagaimana memiliki tanggung jawab sebagai seorang wanita" Ayah.
"Ini bukan situasi yang tepat untuk membicarakannya" Jawab Zechva singkat.
"Aku hanya tidak ingin menghancurkan makan pagi hari yang jarang kita lakukan bersama" celetuk Ze lagi.
"Bisa di terima Ze, memang sudah saatnya kamu memasuki dunia bisnis Ze, Keluarga Lee hampir 75% hidupnya dalam dunia bisnis" Saut mama sambil mengambilkan mangkuk sub ke Ziva.
"Pertemuan keluarga kita sebentar lagi, apa kamu akan sanggup menjawab jika keluarga Matthew Lee menanyakan pekerjaanmu?" Ayah.
"Lupakan perjodohan itu, bukankan sudah ku katakan kax Ze, hari-hari dirinya dikelilingi pria tampan, dia akan mudah mendapatkan jodoh yang satu frekuensi dengan kax Ze, mama dan Ayah tidak perlu khawatir,.. yang seharusnya kalian khawatirkan adalah aku, usiaku sudah 22 tahun, dan aku harus mengikuti perintah kalian, kadang aku mencari investor, jadi model, manager di perusahaan Ayah belum jika ada masalah, merangkap menjadi asisten mama, ya ampun aku hampir tidak ada waktu untuk berkencan dengan seorang lelaki, bahkan aku telah mengorbankan masa mudaku, aku sangat iri pada kakakku" jawab Ziva dengan panjang lebar ( dia gadis periang namun tidak pandai menyembunyikan kesedihan)
" Memang keluarga Mattew Lee sudah dua kali bertemu tapi ketika saat kalian masih anak-anak, ayah sudah berkali-kali makan malam dengan keluarga itu untuk membahas perjodohan antara kamu dengan anaknya, selain untuk menyatukan dua keluarga juga memperkuat bisnis, pernikahanmu dengan keluarga Mattew lee akan menghasilkan simbiosis mutualisme saling menguntungkan, anak-anak dari keluarga Lee sangat berpendidikan tinggi dan sangat sopan, Ze kamu seharusnya bersyukur keluarga Lee bersedia dijodohkan denganmu" kata ayah menjelaskan panjang lebar dengan semangat.
"Ayah,.. aku bahkan belum pernah bertemu dengan anaknya, Ziva saja yang ayah jodohkan dengan keluarga Lee, bukankah sama saja, sama-sama putri Gunawan?" Zechva menatap Ziva, Ziva melotot memberikan kode agar berhenti berbicara.
"Jika kau siap meninggalkan dunia game, dan membantu keperusahaan properti ayah, ayah tidak menuntutmu lagi"
"Kak Ze, kau menumbalkan hidupku?, Aku sudah berkorban banyak untuk perusahaan ayah, hanya kak Ze yang belum, nah ini salah satunya,.. tapi Keluarga Mettew Lee dengan keluarga kita banyak perbedaan, dari segi adab, agama dan ras pasti mereka tidak akan selevel dengan keluarga kita" ucap Ziva mencari alasan.
"Mereka ingin berteman dengan ayah hanya karena bisnis ayah saja, jika bisnis Ayah bangkrut dan ayah sudah tidak produktif lagi, ayah akan disisihkah olehnya, dimana letak ketulusan itu?" jawab Zechva lagi.
" Kalian anak-anak pintar, tapi tetap mama ikut khawatir akan kakakmu yang keras kepala, bahkan dia selama ini tidak tahu apa saja bisnis orang tuanya" kata mama.
"Ze, Ayah tetap akan teguh dengan perjodohan ini, untuk menikahkanmu dalam waktu dekat, berhentilah bersikap dingin" Kata Ayah lagi.
" Apa,...???!!! aku belum siap" jawabku terkejut hingga ingin memuntahkan seluruh makanan dimulutku.
" Usiamu sudah 23 tahun, diluar sana gadis seusiamu sudah sukses dengan income-nya sendiri, apa ada yang bisa kau taruhkan " tantang ayah.
Aku tersenyum, "Ayah, mengancamku,..?" Zechva.
"Kau takut,...?" Ayah.
"Nanti malam ada pertandingan e-sport teamku maju ke babak final, ayah bisa melihatku jika aku malam ini kalah, aku akan ikuti keinginan ayah untuk masuk di perusahaan Ayah tapi tidak untuk sebuah perjodohan apa lagi pernikahan dalam waktu dekat" jawab Zechva.
" Kax Ze, aku tahu di e-sport ada yang kakax suka kan makanya kakax tidak ingin di jodohkan, hayo mengaku, siapakah itu" ledek Ziva padaku dengan cengengesan
"Jika kalian bersi keras ingin menjodohkan, jangan harap aku akan pulang" kataku sedikit mengancam balik (Sambil mengambil roti dan melangkah pergi)
" Anak ini, memang harus segera menjadi pengantin, dia pikir masih anak-anak sesuka hati dia berbicara" kata ayah dengan suara hampir tidak ku dengar.
------------------
Aku tak menyangka dengan apa yang ku ucapkan jika aku tidak akan pulang, tiba-tiba seluruh tubuh ini bergetar, detak jantung berdebar kencang, seakan aku benar-benar telah terakhir kalinya menginjakkan kaki dirumah sendiri.
------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Ready to Love
RomanceMenceritakan seorang gamer wanita yang ingin bebas dalam kehidupannya dan ingin selalu berdiri di kakinya sendiri namun tak mampu, dia menyukai seniornya yang tidak lain juga ketua dalam sebuah team yang menaunginya namun cintanya ditentang oleh aya...