"Jangan menangis lagi,.." Belvin menghapus air mata Ze, saat Kevin, Banni dan Ranzo datang ke ruangan VIP room.
"Aku sudah membereskan kamar tidur untuknya" Banni.
"Aku terpaksa mengusir karyawanku pindah ke bekas gudang, ya gudang itu sudah direnove untuk kamar menjadi sangat manusiawi" Banni timpalnya.
"Apa tidak ada kamar lagi untukku tingali disini?" Belvin
"Ya,... kau punya segalanya kak Bel, buat apa aku memikirkan kau tinggal dimana" Banni jengkel.
"Kami sudah feelling jika kalian akan mendapatkan masalah ini, tidak mungkin tuan putri Laluna akan kita tempatkan di gudang" kata Ranzo menggoda Kevin.
"Sepertinya ada yang terpotek hatinya, hancur perkeping-keping" Ranzo melirik Kevin.
"Kapan lagi seorang penakhuk wanita patah hati, bukannya kau suka berganti wanita disetiap pekan" timpalnya lagi.
Ze yang sedari tadi tertunduk tidak ingin memperlihatkan wajahnya karena habis menagis.
"Aku hanya mengujinya, jagan baper donk, kami juga tahu jika kau tak senakal rumor yang beredar" Ranzo.
"Ayo kita antar dia kekamarnya, biar dia bisa menenagkan dirinya" Banni meraih tas ransel berisi baju yang di bawa oleh Kevin.
Kami naik ke lantai 3 ya, dibelakang arena ada beberapa kamar-kamar untuk karyawan, kamar member Lion dia diberikan kamar yang biasa di tempati Banni yang berada di ujung ruangan yang terpisah ada tiga kamar dengan ukuran luas dan paling nyaman, bahkan sudah ada computer gaming beserta printilannya, kamar nuansa gaming itu menyilaukan mata Ze yang membengkak, dia lupa akan kesedihannya beberapa menit yang lalu,.. "Waah,..."
"Kau menyukainya?" Belvin tersenyum melihat Ze terlihat bahagia.
"Laluna, kau dapat menggunakan computer gaming ini sepuasnya, jika kau ingin bermain di ruangan lain dan makan kau bisa gunakan ID Cart" Banni menjelaskan.
"Jika ada sesuatu, kau bisa tekan tombol darurat" Banni menunjukkan tombol merah dekat pintu.
"Apa aku perlu menjadi karyawanmu?" Ze, sudah bersuara.
"Pekerjaanmu berlatih dan melatih beberapa member junior diHigh Diamond" Rabanni
"Oke,.. jadi pekerjaanku bermain game?" Zechva dengan mata berbinar
"Bukankah ini yang kau inginkan dari saat pertama kali datang?"Banni
"Kau hampir mengabaikan bakatmu, dengan menuruti ide konyol bocah gila ini untuk bekerja sebagai pelayan di restoran milik pamanya, yang satu gedung dengan hotel milik keluarganya, Kevin memang suka melakukan hal yang tidak masuk akal" Ranzo menghela nafas panjang.
"Itu sudah berlalu" Kevin dengan santainya.
"Bukankah hal itu yang membuat kalian bertiga menjadi ribut?" Ranzo.
"Sudah Ranzo, kembali ke kamarmu" kamar Ranzo di samping kamar Banni, ya Banni akhirnya menempati kamar kosong yang dulu di pakai Kevin, yang tadinya di tempati karyawannya sebelum pindah ke gudang yang di renovasi.
Jika member lion lengkap dia akan menggunakan 1 kamar untuk dua orang, dan Banni akan tetap sendiri karena seorang leader, tapi karena membernya wanita yaitu Zechva, Banni mengalah.
Kevin mengeluarkan pakaian dari dalam tas, merapikannya kedalam lemari yang ada di kamar yang sekarang bisa disebut kamar Laluna, ada beberapa pakaian miliknya,..
"Ze, kau ingin mengenakan ini?" Kevin memperlihatkan hoodie miliknya yang dulu sering dikenakan Ze saat belum dibelikan pakaian sendiri oleh Bel.
"Taruh saja, aku akan mengenakannya nanti" Zechva.
"Bukannya hoodie yang ku belikan lebih dari cukup, jangan lagi menggunakan milik Kevin" Belvin mode cemburu berat
Kevin tersenyum, mengaruk-garuk kepala,...
Banni masih mengecek beberapa hal yang ada di kamarnya sebelum dia pindah ke kamar sebelah Ranzo.
"Sebaiknya kevin tinggal disini juga, maksudku kau bisa sekamar denganku" Ranzo.
"Iya, memang itu niatku, aku akan mengambil beberapa bajuku lagi, besok kami akan mengantar kak Bel ke bandara, dia akan pergi ke Paris, sebelum kakakku berangkat aku ingin membereskan kekacauan yang telah aku perbuat" Kevin,..
Banni mengerutkan dahinya, memberikan kode pada Ranzo mengajak untuk keluar, memberikan ruang untuk Belvin sebelum dia pergi, tentu saja mereka tahu jika Belvin sedang ingin berdua dengan Ze, dia mencium Ze didalam ruangan VIP dimana sekatnya kaca yang terawang.
"Kami masih ada urusan dengan para junior member" Ranzo keluar dari kamar Ze.
"Kevin,..! " Banni mengedipkan satu matanya agar ikut pergi.
Ze yang sedang duduk di depan computer gaming, wajahnya yang terlihat begitu semangat,
"Ze,..
"Iya,.." Ze menoleh dengan senyuman manisnya pada Belvin.
Belvin mendekat dan berdiri di samping Ze "Kau sangat menyukainya?" Belvin
"Tentu, aku akan membuat akun baru" Zechva
"Ze,.. " Belvin meraih kedua tangan Ze, "Maafkan aku"
"Iya,.. Kenapa minta maaf?" Ze
"Harusnya aku sendiri yang menjagamu" Belvin.
"Aku akan pergi beberapa pekan" Belvin tambahnya.
Ze membalas tatapan Belvin, entahlah karena bahagia dengan fasilitas yang diberikan Banni untuknya, tapi tidak mengira jika Belvin memikirkan hal sejauh ini menggunakan uangnya untuk membeli kamar Ranzo untuk Ze, sebuah tujuan bangkit kembali untuk impiannya yang hampir hilang.
"Jujurlah rencana yang akan kau lakukan dimasa depan" batin Ze tersenyum namun dalam hatinya sangat berhati-hati dengan laki-laki dihadapannya.
"Aku,... aachh,.. aku rasanya tidak ingin pulang ke apartemen, jika kau berada disini" Belvin memanyunkan bibirnya, duduk dibawah Ze dan menyandarkan kepalanya di kaki Ze.
Ze gadis cool yang cuek, melihat pemandangan dihadapannya, dia bahkan tidak tahu benar-benar menyukai laki-laki itu atau tidak, semenjak penolakan dari Michel membuat luka yang sulit sembuh, dia juga harus berhati-hati dengan laki-laki disekelilingnya, ach rasanya aku tidak sudi untuk jatuh cinta lagi, aku tidak terlalu mengambil pusing dengan ciuman pertama yang diambil oleh Belvin, karena aku juga bisa membalasnya lebih sakit jika dia benar-benar hanya ingin mempermainkan aku.
"Belvin,.. bisakah kau membantuku membuatkan akun baru untukku" ternyata Ze tak menghiraukan rengekan Belvin dia tetap sibuk dengan tangannya yang sudah gatal ingin bermain game.
"Och,.. iya" Belvin beranjak berdiri dan mencoba membuatkan akun baru untuk Ze.
"Apakah aku akan mendapatkan bayaran, jika berhasil membuatkan akun untukmu?" Belvin tersenyum.
"Yach,... bukankah aku sudah membayarnya dengan ciuman?" Ze
Belvin tersenyum,...
"Kau selalu menyentuhku tanpa permisi, bahkan sudah berani menciumku?" Ze,
"Dasar bocah gila,...!!" Zechva jengkel.
"Apa kau belum pernah?,... Och tentu saja belum pernah, kau sudah sakit hati terlebih dahulu sebelum berpacaran, Hixhhixhix" Belvin menertawakan Ze.
"Dasar,.. bocah,... aku akan memukulmu" Ze, Ze mengayunkan tangannya dan di tangkapnya oleh Belvin, Belvin menarik badan Ze lebih dekat dengannya, Belvin menatap mata Ze
"Aku bisa merasakan debaran jantung ditubuhmu" Belvin
Belvin ingin mencium bibir tipisnya kembali,
"Kax Bel..,! ada Royce menunggumu di bawah" Kevin membuka pintu kamar tanpa mengetuk pintu menghentikan Belvin " Sial,...!!,"
"Emmm,... haaaaahhhhh,..!" Kevin menutup matanya pura-pura tak melihat apa yang terjadi.
................................
Lagi bucin baget , mana harus pergi lagi,..
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Ready to Love
RomanceMenceritakan seorang gamer wanita yang ingin bebas dalam kehidupannya dan ingin selalu berdiri di kakinya sendiri namun tak mampu, dia menyukai seniornya yang tidak lain juga ketua dalam sebuah team yang menaunginya namun cintanya ditentang oleh aya...