20. Dream of love

22 2 0
                                    

"Jangan Pergi,...!"

Belvin terbangun di sofa ruang tamu, memegang pipinya dengan kedua tangannya, Bel juga mengenggam bahu lebarnya dengan bersilang, sayup-sayup terbayang wajah paruh baya dihadapannya,

"Tuan Bel, bermimpi tentang nona besar lagi?" tanya Bibi Ami dengan cemas, memberikan selimut tebal ke tuannya

namun dia masih sedikit merasa aneh,

"Tidak"

"Lalu?"

"Bukankah aku sedang berbahagia?, apa yang aku katakan?" Bel bertanya setengah sadar.

"Iya?, tuan?" Bibi Ami masih menerka-nerka perkataan tuannya.

"Apakah aku terlalu lama di kamar nona Ze?" Bel bertanya

"Tidak, tuan hanya sebentar disana, tuan lama tertidur di sofa" Jawab Bi Ami

Bel tersenyum  merengangkan badannya yang atletis "Dia sedang apa bibi?" Belvin menayakan tentang Zechva

"Ya,.. ampun bukannya tuan bangun tidur mandi malah menayakan nona Ze, lihat saja sendiri dikamarnya tuan Bel, bibi sudah bantu untuk mandi, bibi akan bersiap untuk pulang" Kata Bibi Ami.

Belvin melangkahkan kakinya, membuka pintu kamar Ze dengan berlahan tanpa mengetuk pintu, hanya punggung gadis itulah yang terlihat, walau gadis itu tak mengenakan jaket hoodie kini dia mengenakan kemeja miliknya, gadis itu bernyanyi-nyanyi kecil dengan riang.

"Nona Ze?" Bel memberanikan diri untuk masuk

"Iya" Ze hanya menoleh dan memiringkan kursi rodanya

"Tunggu..,!! kenapa anda datang kekamar tanpa permisi?" Zechva.

"Bukankah nona sudah meminjam bahuku?"Belvin

"Iya, aku sedikit lega telah meluapkan semuanya yang aku pendam" Zechva

"Huft,.. "menarik nafas Panjang, terduduk meraih kursi roda Ze, dan membalikkan kehadapannya.

"A-Apa nona baik-baik saja" tanya Bel terduduk bersandar dinding.

"Aku tidak akan membuatmu takut, aku akan segera pergi" Bel beranjak.

"Kenapa kau selalu baik padaku?, bukankah sudah ku katakan, tetaplah menjadi laki-laki yang angkuh dan selalu sibuk,....." Zechva

"Kau takut dengan laki-laki yang baik kepadamu?,... bukan berarti kau dapat menyamaratakan semua sifat seorang laki-laki, aku sangat ingin menghormatimu, jika kau takut aku berbuat yang tidak-tidak terhadapmu aku akan segera pergi, aku hanya ingin memastikan jika nona baik-baik saja" Bel memotong perkataan Ze,..

"Iya, aku bercerita panjang lebar tentang keluh kesahku, kau jadi mengetahui rahasiaku" Jawab Ze.

"Aku kelelahan" Jawab Bel, mengalihkan pembicaraan, beranjak namun kembali lagi menghampiri Zechva

"Apa perban bekas luka oprasimu sudah di ganti?" tanya Belvin lagi,..

"Iya, Bi Ami membantuku" Ze dengan nada turun dari biasanya.

"Oh,.. " Jawab Bel beranjak pergi dari hadapan Ze.

Dia bahkan mengkhawatirkan aku disaat dirinya sendiri tidak baik-baik saja, lagi-lagi kata-kata Bi Ami muncul di benaknya, "Oh,.. Tuhan bagaimana aku menghadapinya?" Ze mengela nafas.

***

25 menit yang lalu

Bi Ami menyiapkan peralatan mandi, dengan sangat lengkap dan mendetail, obat-obat salep dan hal-hal yang diperlukan, anduk besar dan kecil disiapkan, ya selama ini hanya tangan dan kaki saja yang di usap dengan anduk basah dengan bantuan Bel selama di RS, ya aku baru merasakan kesegaran, aku dapat membersihkan badanku sendiri walaupun penuh kehati-hatian, sementara Bi Ami stanby di depan pintu kamar mandi

"Bibi sangat terharu" Kata bibi Ami menunduk dengan berkaca-kaca.

"Ada apa dengan Bi Ami??" tanya Ze.

"Semenjak kepergian nona besar (ibu Bel) Tuan jarang sekali terlihat Bahagia" Bi Ami mengusap sudut matanyanya.

"Ow,.. " Ze mengangguk-angukkan kepala

"Keluarga tuan Bel sangat menjaga image dan martabatnya, di dalam keluarganya menjunjung tinggi kesopanan, Keluarga besarnya tentu akan sangat marah jika tahu mengenai nona Ze berada disini" kata Bibi Ami

Ze termenung.

"Tuan Bel sepertinya menyukai nona Zechva" Kata Bibi Ami tersenyum

"Tuan Bel memang dingin namun dia sangat perhatian dan hangat, Nona Ze tidak memperhatikan? bagaimana tuan Bel memperlakukan nona?" Bibi Ami.

"Dari mana rasa suka itu Bi Ami?" Zechva hanya tersenyum,

"Dia hanya kasihan terhadapku itulah yang dikatakan Kevin padaku, aku juga mendengarnya sendiri saat dirumah sakit, aku tidak ingin berkespektasi terlalu tinggi" Zechva.

"Tuanmu juga pernah mengusirku, aku hampir mati bisa saja itu karnanya" Zechva tambahnya.

"Nona,..! sebenarnya dia mengurungkan niatnya untuk mengusir nona, namun sekertaris Royce salah paham dan mengantarkan anda untuk pergi, saat sekertarisnya datang mereka mencari nona kembali"

Ze, terdiam, masih bimbang, disisi lain dia merasa detak jantung yang tidak karuhan jika didekat laki-laki itu, disisi lain bayang-bayang Michel akan cinta tak terbalasnya menyisakan bekas luka di hatinya.

Hatinya mulai kacau, menginggat bagaimana laki-laki itu menolongnya berkali-kali, dia sangat dingin namun yang sebenarnya hatinya sangat lembut,  aku yang kebinggungan tempat tinggal sewaktu terlantar di Jakarta dialah yang membawaku dan memberikan tempat tinggal padahal itu melanggar peraturan didalam keluarga besarnya yach walaupun pernah mengusirku, dia juga yang membelikanku pakaian, dia tidak pernah menghitung berapa kali aku makan di rumahnya, saat aku sakit dia yang tidak pernah membicarakan habis berapa biaya rumah sakit setelah aku operasi, dia masih saja meladeniku walaupun aku pasang tampang yang tidak menyenangkan,..ya Tuhan maafkan aku,.. diri ini yang tidak tahu diri, sering menyulitkan urusannya, dia meninggalkan pekerjaannya beberapa hari untuk menemaniku di RS, lain kali aku akan berfikir lebih jernih lagi.

Zechva mulai ada perasaan sedikit menyesal dengan sikapnya, aku hanya ingin membalas kebaikannya selama ini, ya aku harus segera pulih.

—--------------------------------------------------------------

I'am Ready to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang