29. Plan or Love ?

29 2 0
                                    

Royce menjemput Kevin untuk kembali ke apartemen.

"Tuan Bel ingin berbicara dengan nona Zechva sebelum pergi" Royce sambil melajukan mobilnya.

"Katakan pada bosmu, besok sebelum berangkat aku akan ajak dia ke taman bawah apartemen" Kevin.

"Selama ini tuan Bel sulit menyukai wanita, disaat nona Ze,...

"Jangan suka ikut campur urusan pribadi orang lain" Kevin memutus ucapan Royce

"Maaf tuan, tapi apa tuan Kevin pura-pura tidak tahu jika sedari awal tuan bel menyukai nona Ze?"Royce.

Kevin terdiam membisu saat mendengar hal itu, iya dia sudah menyadari jika kakaknya menyukai Ze, "Apa yang harus aku lakukan?" batin Kevin .

"Focuslah mengemudi" Kevin.

"Apa aku harus mendukung kakaku, bagaimana jika sebenarnya aku juga benar-benar menyukainya?" di kepala Kevin sangat ramai berkeliaran pikiran-pikiran mengenai Ze.

...............

"Aku akan membantumu untuk mempromosikan Lion, aku akan memberikan dana untuk membesarkan nama Hight Diamond, bukankah HD milikmu juga" Belvin pada Kevin.

"Apa syaratnya?"

"Lakukan rencana kita, selama aku di Paris, jaga Ze untuk rencana kita" Belvin.

"Aku tidak ingin melakukannya" Kevin

"Apa kau benar-benar menyukainya?, bukankah kau bilang dia bukan tipemu?"

"Dia sudah cukup menderita" Kevin

"Lalu, apa kau akan garansi dia baik-baik saja bersama Kenzo?" Belvin.

"Bukannya kakak bilang dia bukan mainanku, apa dia milikmu itu artinya mainanmu?" Kevin.

"Aku tidak akan melakukan itu, aku akan menikahinya, saat rencana itu berhasil" Belvin.

"Apa kau sudah merasa memilikinya karena sudah menciumnya?, kau ingin menikahinya bukan karena menyukainya, melainkan karena dia orang yang di Jodohkan dengan Kenzo?" Kevin.

"Apa?" Benar ternyata kakaknya menyukai Ze, dan berniat untuk menikahinya, Kevin berada di posisi yang sulit tidak ingin kehilangan Ze, namun dia juga butuh uang untuk dana membuat  membesarkan HD, dia juga tahu jika kakaknya pastilah akan memperlakukan Ze dengan baik.

Dengan berat hati Kevin mencoba mendukung kakaknya, jika dia sangatlah mudah mendapatkan wanita, berbeda dengan kakaknya, hanya ada Ze yang dia sukai jadi bagaimanapun caranya Kevin berusaha agar Ze tidak bersama dengan laki-laki lain, Kevin sudah merencanakan pengagalan saat pernikahan Ze dan Kenzo, agar tepat saat hari itu datang kakaknya dari Paris yang langsung menuju ke resepsi, ketika Kenzo tidak ada di tempat pastilah Ayahnya akan menyuruh kakaknya untuk maju menutup malu keluarga besarnya, Kevin juga meminta bantuan dari Banni jika opsi pertama gagal memakai Opsi ke dua yaitu membawa Ze pergi dihari itu, itulah rencana Belvin dan Kevin.

Kevin masih memikirkan bagaimana caranya mengagalkan keduanya, agar Ze bisa pergi bersamanya, walaupun dihadapan kakaknya dia seolah menurutinya.

"Tetaplah di HD selama aku di Paris, aku rasa disana tempat yang paling aman karena ada Banni dan Royce yang membantumu jika Kenzo membuat kekacauan" Belvin.

"Iya, aku sudah janji untuk membelikan cemilan untuk Ze saat pulang" Kevin.

"Bujuk dia agar besok ingin menemuiku" Belvin menyhodorkan kartu kreditnya untuk jajan Kevin.

"Tentu saja dia akan mw menemuimu" Kevin tersenyum mengambil kartu dari tangan kakaknya.

"Bagus!" Belvin tersenyum terlihat dari raut wajahnya seperti tidak sabar ingin bertemu dengan wanitanya.

Kevin terdiam jika dia jujur dia menyukai gadis itu juga, pasti malam ini akan menjadi peperangan.

...........................

Kevin  kembali ke HD membawa bungkusan berisi ciki-ciki dan yogurt leci kesukaannya, langkahnya terburu-buru setengah berlari kecil menaiki tangga ke lantai tiga, suara nyanyian kecilnya membangunkan Ranzo hingga membuka pintu kamarnya, melihat Kevin yang berlahan ingin mengetuk pintu kamar Ze,..

"Suuuttzzzz, jangan berisik Laluna sudah tertidur, kau selalu menganggunya" Ranzo

"Aku membawakan cemilan malam pesanannya" Kevin

"Apa kau akan berperang dengan kakakmu sendiri?" Ranzo

"Menurutmu?" Kevin

Kevin mendapati pintunya tidak dikunci, 

"Aku akan masuk, apa kau akan ikut untuk melihat adegan lebih panas dari yang kakaku lakukan?" Kevin menjaili Ranzo yang polos.

"Oh,.. tidak,.. tidak,.. jangan membuat otakku kehilangan server" Ranzo mengelus dada.

Kevin masuk kekamar Ze, melihat Ze yang terlihat kelelahan, matanya yang bengkak itu terlelap, dia mengingat bagaimana dia pertama kali bertemu, Kevin menatap Ze kembali lebih dekat, mengingat.

"Ze,.. apa kau  mulai menyukaiku?" Belvin.

Anggukan sekali kepala Ze itu, memutar berkali-kali di dalam kepala Kevin, detak jantungnya yang tak menentu, "Aku benar-benar cemburu" batinya

"Kenapa kakakku begitu berani?, bukannya selama ini tidak ada wanita yang pernah dia dekati" Kevin mengumam,..

 ini pertama kalinya merasakan hal aneh dalam tubuhku, bukankah aku sudah sering dekat dengan wanita, kini aku terjebak seolah aku benar-benar merasakan jatuh cinta dan takut kehilangan" Kevin terdiam sejenak namun kali ini kata-kata kakaknya yang bermunculan kembali.

"Hufft,.. ini bisa membuatku gila" Desahnya meletakkan bungkusan di meja.

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, jika aku adalah kakaku tentu aku sudah mengajakmu pergi ke Paris, tapi aku bukan kakak yang memiliki banyak uang" Kevin berbicara pada Ze yang terpejam.

"Aku berharap, hari itu cepat berlalu, aku memikirkan bagaimana caranya kita bisa bersama tanpa rencana kedua kakakku yang ingin menikahimu, tolong bantu aku ya" Kevin mengusap rambut Ze, mencium keningnya, Kevin meraih tangan Ze dan digenggamnya, Kevin yang duduk di bawah kasur merasa lelah dia terlelap juga, Ze membuka matanya memindahkan tangan Kevin, ya selama Kevin berbicara Ze mendengar semuanya, Ze memandangi peragai wajah tampan yang ada di bawah duduk menyandar ranjangnya terlelap, 

"Hah,.. apa yang dilakukan bocah ini?, yach,.. yach kenapa dia tertidur disini?" Ze terkejut saat sadar Kevin berada disitu.

Rabanni mengetuk pintu kamar Ze,..

"Yach,.. dia tertidur disini" Rabanni membangunkan Kevin.

"Bawa dia kekamarnya" Ze

"Dia kelelahan, Kevin bangun pindah kekamar Ranzo" Rabanni membantu Kevin untuk beranjak.

"Ze,.. kau terbangun?, apa kau baik-baik saja" Kevin masih dalam memejamkan matanya.

Ze membantu Banni memapah keluar kamar.

Banni geleng kepala,..

.......

Ze mengecek Ponselnya ada pesan dari Belvin.

"Besok pagi sarapan bersama di caffe depan taman apartemen,..!" Belvin

"Ya" Jawab Ze singkat dan dingin, namun dia tersenyum.

I'am Ready to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang