9. Not a Friend 2

44 3 0
                                    

Jalanan di Jakarta yang masih asing bagiku dikarenakan keterbatasanku, yang kehilangan phonsel serta uang yang terbatas untuk bertahan hidup di kota ini, dan akhirnya aku bertahan dengan tumpangan dari seorang pria yang tidak sengaja menolongku, pria itu tinggal di apartemen berkelas, jika aku dilingkungan apartemen tentulah mereka memandangku sebagai orang kaya,  namun ketika ku keluar tak sepeserpun aku mengengamnya, karena uang transferan dari ziva sudah habis kukenakan  makanku tiga pekan ini.

Aku sudah menghematnya dengan sering datang di supermarket dan hanya membeli mie dalam sebuah gelas yang nanti akan aku sedu di rumah untuk menghemat lagi, namun hal ini membuat perutku menjadi sakit akhir-akhir ini, selain berjalan mencari pekerjaan aku pasti suka tersesat yang membuat bibi Ami khawatir untuk selalu mencariku hingga ke persimppangan, hal itulah yang membuat majikannya keberatan jika aku keluar dengan alasan mencari pekerjaan,

aku juga belum memiliki rencana yang jelas untuk masa depan yang terang, kehidupanku didunia game hampir usai, rasanya hanya ingin mengubah semua kebiasaan dan pola kehidupanku menjadi lebih baik di setiap harinya, setidaknya aku bersyukur bisa untuk sementara waktu ini terbebas dari perjodohan walaupun pada akhirnya aku menerimanya, ingin rasanya membuktikan kepada keluarga termasuk ayahku jika aku bisa hidup bahagia dengan jalan yang aku pilih, aku berhutang nyawa dengan pria yang telah menyelamatkan aku saat terdampar dikota metropolitan ini, meskipun sikapnya yang dingin dan menginginkanku segera pergi dari tempatnya. 

Why,.. aku lari dari kejaran harimau namun masuk di kandang singa yang menyeramkan, laki-laki dingin ini mengatur hidupku, bahkan baju yang ku kenakan dia belikan tanpa mempertanyakan aku menyukainya atau tidak, iya dia selalu tidak pernah mengangapku ada, dia juga tidak pernah mengangapku temannya.

"Jangan coba-coba mendekatiku, hanya untuk memelas meminta tetap bisa tinggal dengan gratis" katanya saat duduk di sofa.

"Pinjami aku phonsel" Kata Zechva.

"Apa ?"

"Aku akan menghubungi keluargaku bukan hanya membayar hutang-hutang selama aku disini, tapi aku juga akan membeli tempat tinggalmu" Zechva.

"Woow,... sekaya apa keluargamu?, katakan aku telah menyandramu dan minta uang tebusan, apakah keluargamu akan peduli?"

"Bukankah jika keluargamu memperdulikanmu, tentu keluargamu sudah memasang iklan jika kehilangan putrinya" Tambah Bel

Zichva tertunduk,..

"Pergilah besok, aku akan memberimu uang, carilah tempat tinggal yang layak,..!!" kata laki-laki itu

"Pergilah, karena besok pemilik kamar yang kau tempati datang, jangan sampai membuatnya salah paham, pergilah sebelum pukul 10:00 WIB...!" perintahnya.

Zichva masih tertunduk terdiam, binggung akan mencari tempat tinggal dimana,

"Baik" Jawab Zechva berlari kekamar dengan kesedihanya,...

"Apa aku terlalu kejam, mengusirnya didalam kesulitannya, namun aku akan memberinya uang bukan?" Bel bicara sendiri.

..........................

Aku membuka gordeng jendela kamar melihat baju-baju yang bekas ku pinjam selama ini berderet tergantung memang modelnya semi laki-laki namun warnanya terlalu dominan pink, memang aku berusaha untuk berhati-hati dengan laki-laki setelah rasa sakit cinta tak terbalas dari seorang sahabat, bahkan orang asingpun menolak kehadiranku, apakah aku sehina ini, untuk di sayangi?

Mungkin saja ini adalah kamar istrinya atau kekasihnya, jadi aku harus mengerti dan berkemas dengan baju-baju pemberiannya, aku tidak boleh membuat kesalah pahaman.

"Aku merasa tak sanggup lagi,..hix,..hix,..hix,..." Zechva menangis dalam kesunyian

.........................

I'am Ready to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang