14. Sweet Brother 2

22 2 0
                                    


Satu bulan yang lalu, Belvin dan Royce menemukan Zechva di jalan raya, Belvin yakin dia baru keluar dari statiun Gambir pemberhentian terakhir kereta api antar kota di Jakarta, waktu itu hari sudah lumayan larut, Belvin dan Royce sekertarisnya pulang dari jamuan makan malam pembukaan resto baru di Salemba milik teman lamanya, Zechva yang sedari seharian menghabiskan waktu di stasiun karena masih ling lung, akhirnya memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya berjalan keluar dari area stasiun Gambir, setelah menarik transferan dari Ziva dia berniat akan menaiki taxi mencari Hotel terdekat, namun ternyata badanya tak sekuat ambisi menaklukkan mimpinya, iya,... badanya lemah hingga terjatuh dan tak sadarkan diri saat dia ingin menghentikan taxi di pinggir keramainan jalan raya, berlalu lalang mobil pribadi, tepat saat Royce memberhentikan mobilnya karena menunggu lampu merah dari sebrang jalan dia melihatnya dengan baik, sedang Belvin yang sedang asyik memandangi phonselnya sedari tadi, menghentiaknnya ketika Royce memulai bicara.

"Tuan Bel, ada sesuatu di sebrang jalan"

"Apa maksudmu?" Belvin menghentikan pandangannya pada phonselnya

Setelah lampu merah sudah berubah menjadi hijau, Royce melajukan mobilnya pelan, menyalakan dua lampu untuk berhenti di tepi jalan dimana Zechva pingsan, Royce keluar dari mobilnya, Belvin masih ragu namun akhirnya Belvin turun juga, membantu Royce untuk mengendong Zechva ke dalam mobilnya, disinilah letak dimana phonsel Zechva terjatuh saat Royce mengangkat badannya, phonsel itu keluar lentur dari saku jaketnya namun Belvin dan Royce tidak menyadarinya, Zechva diletakkan di belakang sementara Belvin berpindah di depan disebelah Royce menyetir.

"Apa kau yakin ingin menolongnya?" Tanya Belvin memastikan.

"Apa tuan akan membiarkan gadis itu mati dijalanan?" Royce.

"Huuuft (menarik nafas panjang),... apa kau akan membawanya ke rumah sakit?, jika kau membawanya, kita akan ikut terseret dalam masalahnya, kita tidak tahu gadis ini, dan bagaimana keluarganya" Belvin yang visioner selalu memikirkan apa yang akan terjadi dimasa depan jika mengambil tidakan saat ini, hal ini selalu diterapkan pada hal-hal kehidupan kesehariannya juga, wajar saja dia berhasil dalam mengelola bisnis iklannya.

"Gadis itu terluka pak Bel" Royce dengan tenang menyetir, Royce sudah seperti teman, walau Royce lebih tua 2 tahun dan sudah ada pengalaman pernah menikah namun gagal, hal itu tetap dilakukan profesional, Jika Belvin adalah Boss yang pengertian terhadapnya bahkan pada keluarganya.

"Bukankah kita tidak sedang melakukan tindakan kriminal?, apa yang kita takutkan?" Royce

"Apa kau akan membawanya ke tempat tinggalmu yang ada keluargamu?"

"Tentu tidak pak Bel" Royce

"Ternyata kau juga takut" Belvin kesal

Royce terdiam, "Maaf pak Bel" 

"Bawa saja ke apartemenku, ada kamar Kevin yang tak terpakai, aku akan meminta Bibi Ami untuk membersihkan badannya dan mengobati lukanya" Belvin.

"Baik Pak Bel" Royce melajukan mobilnya kearah Exelent Resident, apartemen yang ditinggali Belvin, walaupun apartement itu terlihat tinggi menjulang namun Belvin memilih lantai 5 yang menjadi tempat tinggalnya.

***

Belvin membuka pintu ruangan dimana Ze dipembaringan dengan banyaknya alat bantu,

"Haaahhh,... " Kevin antara tercengang dan entah ingin berteriak namun ditahannya dengan kedua tanganya.

Dia benar gadis yang mengalahkannya sewaktu pertandingan solo di Hight Diamond, kini dia berada dipembaringan belum sadarkan diri, bagaimana euphorianya gadis itu saat bermain game mengalahkannya dengan jari mungilnya yang sangat lincah mengenggam mouse serta menekan keyboard untuk mematikan lawan dengan ulti diwaktu yang tepat, sekarang tangan itu dibalut perban infus, sesekali Kevin mencubit tangannya sendiri.

"Oh,.. ini nyata" Kevin dengan bengong dia masih berdiri di dekat Zechva, dia masih memastikan kebenarannya, apakah benar atau dia memiliki saudara kembar "Wajahnya benar-benar sama" Kevin masih tak percaya.

"Apa yang kau lakukan?" Belvin yang melihat tingkah adiknya meneliti dengan detail mengelilingi pembaringan Zechva.

"Apa benar dia pemilik jaket itu?" tanya kevin memastikan lagi.

"Iya, dia" Belvin menjawab singkat duduk di sofa sudut ruangan yang nyaman.

"Ada apa?, kau mengenalinya?" Tanya Bel pada Kevin.

"Dia bukan kekasihmu?" Kevin berbalik tanya, jika saja dia benar kekasih kakaknya tentu saja dia akan babak belur lagi, jika dia bercerita yang sebenarnya, kejadian yang ada di Hight Diamond bersama teman-temannya.

"Emm,... kau menyukainya?" timpal Belvin

"Aku,...

...

"Pak Bel,... aku membawa makanan,... " Royce datang memotong percakapan antara kakak beradek,..

Royce membawakan ciki-ciki dan yogurt rasa leci kesukaan Kevin,

"Aku sengaja membawakan banyak makanan kesukaanmu" Royce tersenyum.

"Dia sudah bukan anak-anak lagi" Belvin.

"Hey,.. tuan Kevin, kenapa wajah tampanmu?" Tanya Royce saat melihat bekas pukulan di sudut bibirnya.

Kevin hanya terdiam, tersenyum.

"Itu ucapan selamat datang dariku" Belvin tersenyum.

...............................

I'am Ready to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang